Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Penggerak vs Guru Malas Gerak

19 Februari 2022   08:58 Diperbarui: 19 Februari 2022   09:02 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketika tulisan ini saya buat guru penggerak telah memasuki angkatan keenam dalam masih dalam proses seleksi. Sebagai peserta angkatan keempat saya sendiri telah merasakan berbagai manfaat dan segala tantangan yang dihadapi. 

Saya akui bahwa modul-modul yang diberikan sangat baik dan aplikatif setidaknya bagi guru yang didukung dengan dukungan yang lengkap baik secara moral maupun sarana prasarana. Namun demikian hal itu tidak bisa di jadikan sebuah alasan untuk tidak maju dan bergerak lebih di sekolah. 

Guru penggerak mempunyai tugas yang berat dan cukup kompleks hal itu tersirat dari tagline yang telah digambarkan yaitu Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan. 

Tergerak, dari kata pertama ini seorang guru penggerak harus dapat menyadarkan dirinya sendiri, mempunyai jiwa reformis dan tentunya stop making excuse dalam bertindak. 

Menyadarkan diri sendiri untuk tergerak melakukan sesutu yang berbeda dalam pengajaran dan lingkungan adalah hal yang paling sulit karena hal ini berkaitan dengan merubah mental diri, mengubah kebiasaan buruk, menggali potensi baik, membangun skill baru dan segala hal yang melahirkan jiwa baru dalam mengajar. 

Tanpa semangat ini maka untuk selanjutnya akan sulit untuk diimplementasikan. Misalnya ketiak semua sarana-prasarana lengkap, dukungan kepala sekolah sangat baik dan semua rekan kerja juga mendukung namun tidak ada semangat dari diri sendiri apalagi belum muncul rasa percaya diri maka dia tidak akan tergerak melakukan sesuatu. 

Jiwa reformis untuk merubah yang ada akibat masalah yang ditimbulkan di sekolah juga patut dibangkitkan. Hal ini menjadi sangat penting karena kalau mutivasi ikut guru penggerak hanya ingin mencari pangkat atau sertifikat maka tidak akan terjadi perubahan namun bisa di pastikan hasil pekerjaannya hanya bersifat manipulatif. 

Yang kedua adalah bergerak, setelah sang tokoh guru penggerak tergerak di dalam dirinya dan mempunyai motifasi untuk mereformasi sekolah maka selanjutnya adalah dia bergerak. 

Guru penggerak dapat memulai pergerakannya di dalam lingkup yang kecil yaitu kelas yang dia ajar. Membuat pembelajaran sesuai misi guru penggerak, membuat media pembelajaran yang menarik para murid dan keluar dari kebiasaan guru yang konvensional. 

LMS yang terdapat di guru penggerak sungguh sangat baik karena disana dalam perjalannnya guru di pandu untuk berbuat lewat semina, diskusi dan praktik kerja kelompoak yang akhirnya melakukan aksi nyata di dalam kelas. 

Selain itu dalam praktiknya guru juga di dampingi seorang pengajar praktik yang memantau implementasinya di sekolah. Jika hal ini di praktikkan dengan sungguh-sungguh maka akan lahir guru yang berkualitas yang di lahirkan dari program guru penggerak.

Yang ketiga adalah Menggerakkan, point ini akan menjadi sulit jika dua kata yang sebelumnya belum terbangun dengan kokoh dan baik.

Kata menggerakkan berhubungan erat dengan memobilisasi orang lain agar ikut bergerak dengan apa yang di lakukan sang penggerak. 

Bagaimana dia bisa menggerakkan jika dia sendiri belum percaya diri, tidak punya skill cukup, komunikasi buruk bahkan dia sendiri juga belum melakukan hal yang krusial di dalam kelas, belum melakukan perubahan-perubahan kecil di kelas dsb. 

Menggerakkan dan menstimulasi orang lain harus didasarkan dengan contoh, data, dan pengalaman yang cukup agar orang lain juga ikut melihat atau bahkan meniru atas apa yang dia lakukan.

Berhadapan dengan Guru Mager 

Partisipasi kepala sekolah sebagai penentu kebijakan sekolah sangat dirangkul dalam program guru penggerak karena jika hal tersebut tidak dilakukan maka dapat dipastikan semua program guru penggerak tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Bahkan pada lokakarya ke 0 semua kepala sekolah dihadirkan untuk membangun komitmen bersama agar berjalan baik kedepannya. 

Namun apakah ketika kepala sekolah merestui semua akan berjalan dengan baik? jawabannya belum tentu. Kenapa? karena selain kepala sekolah, guru penggerak juga berhadapan dengan para guru yang mempunyai karakter yang berbeda-beda.

Tantangan untuk membuat perubahan bukanlah hal mudah, terlebih dari rekan guru yang telah berasumsi buruk dan tidak mau digerakkan karena telah terlanjur nyaman dengan keadaan yanga ada. 

Tantangan yang lebih besar adalah ketika guru penggerak  masih berusia muda dan dipadnag junior oleh para guru lainnya maka hampir dipastikan pergerakannya akan lebih terbatas. 

Bahkan kepala sekolah yang tidak menguasai keadaan yang ada juga kadang tidak di pandang oleh beberapa guru yang merasa senior ini karena mungkin di padang pengalamannya yang kurang.

Sebenarnya mental-mental buruk tersebut sudah lama `bertengger` di dalam guru-guru yang masih old fashion dan hal  itu membutuhkan reformasi mental yang tidak mudah. 

Kendala-kendala yang disebutkan di atas bukan berarti dapat dijadikan alasan untuk tidak bergerak dan menggerakkan namun justru sebagai tonggak utama inovasi bagaimana mencari jalan keluar agar tetap semangat dalam menjalankan program.

 Membuat komunitas kecil bisa menjadi jalan pertama dalam menggerakkan orang lain. komunitas ini bisa bisa  jadi hanya beranggotakan beberapa guru yang mempunyai pikiran sama dan misi yang sama. 

Pastikan komunitas tersebut menghadilkan sesuatu yang dapat di rasakan oleh orang lain sehingga dapat menraik orang lian untuk bergabung untuk berbuat hal yang sama.. Jika hal tersebut rutin dilakukan maka akan tercipta guru-guru yang inovatif dan mengurangi keberadaan guru yang mager.    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun