Mohon tunggu...
Ali Maksum
Ali Maksum Mohon Tunggu... Guru - Education is the most powerful weapon.

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak Sumitro

21 Januari 2022   06:00 Diperbarui: 21 Januari 2022   06:04 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Jadi berapa harga korannya? " tanya pak Sumitro sembari membuka koran yang berisi amplop tebal. "harga koran" sepertinya merupakan bahasa kode untuk mereka. amplop tebal itu di timang-timag tanpa membuka isinya.

"30 Juta pak, sisanya minggu depan" sahut pak Karno dengan suara lirih dan sedikit gemetar.

"Kenapa hanya 30 juta ? " terdengar suara pak Sumitro meninggi karena tidak puas dengan isi amplop yang dia terima.

"Pokonya saya tidak mau tahu minggu depan harus sudah ada, mudah kan, saja buat saja proyek fiktif dari dana desa biar makin banyak harga korannya. Tapi ingat semua harus rapi. Jangan pakai rekeningku. Pakai rekeningmu saja "

"Saya sudah kehilangan banyak uang untuk menjadi kepala desa di tambah peran sandiwara kamu kemarin menjadi lawanku, tidak sedikit uang yang saya keluarkan untukmu". Sahut pak Sumitro yang kelihatan tidak puas.

"Oke pak, nanti saya atur" segera pak Karno menjawabnya dengan naga lirih. Pak Sumitro meninggalkan Pak Karno di kedai terminal sendirian. Nampak dia memasuki mobil dan sekilas Pak Karno melihat remang dari kaca gelapnya seorang gadis cantik menunggu di kursi depan mobil tersebut. 

Pak Karno menyerutup kembali secangkir kopinya menarik kembali resleting jaket merah marun dan meninggalkan tempat itu. Tempat yang menjadi saksi kemunafikan mereka berdua. 

Dana desa membuat perilaku pak Sumitro menjadi kalap. Tanpa sepengetahuan penduduk desa mereka diam-diam merencanakan niat busuk dengan topeng kealiman di tengah warganya.

Lebih parahnya lagi ternyata pencalonan  Karno sebagai kepala desa hanya sebagai agar pak Sumitro sukses. Kini mereka bekerja sama meraup uang haram tanpa warga ketahui.

Penulis: Ali Maksum

Karya ini telah di muat dalam buku kumpulan cerpen "Dandelion" di terbitkan oleh LovRinz Publising, CV Rin Media, Lobunta, Cirebon Jawa Barat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun