“Pekerja kami juga bukan dari orang Kemantren. Tapi dari Wanasaba dan Babakan. Karena sebagian besar warga di sini juga memproduksi tahu dan dijual ke pasar. Jadi lebih banyak dari luar Kemantren,” ujarnya.
Kini, seperti tahun-tahun sebelumnya, mereka bukan hanya harus mengurangi produksi. Namun juga mengurangi pekerjanya. Yang berarti di lebaran tahun ini bertambah lagi pengangguran. Masyarakat Indonesia yang nota bene banyak mengonsumsi tempe-tahu pun gigit jari. Dua bahan makanan itu lenyap di pasaran. Padahal, hanya tempe-tahu, satu-satunya protein murah meriah pengganti daging. Daging sapi sudah barang tentu jauh dari jangkauan masyarakat bawah. Daging ayam, kini harganya juga meroket. Belum lama ini, harga telur pun sudah tak masuk akal. Lalu, harus mengonsumsi apa lagi masyarakat kita? Sungguh pemerintah sangat mengecewakan. Untuk melindungi ekonomi dan gizi masyarakat saja sudah tak mampu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H