Sederhananya, antum mnyuruhku untuk SELALU HADIR DENGAN SABAR..
Menjadi CAHAYA YANG BERPENDAR TANPA INGKAR.
Meskipun mendung menutupi
>
Tentang sunyi yang berdenting sendiri,
Tentang kata yang tersusun dari sepi ke sepi
Aku lelang duka pada puisi
>
Dalam keheningan lebur bersama senyap,
Membaur dalam pelukan gelap
Dipangku sepi, memangku sunyi
>
Aku sekarat, disuguhkan secangkir kejenuhan yang begtu pekat
Berusaha terlihat baik-baik saja adalah cara untuk menyamarkan luka.
Urusan rela untuk lupa adalah yang semoga bisa cepat membuntutinya
>
Ada kata yang perlahan hilang eja.
Dan pada sunyi yang bertukar posisi dengan airmata, terpejam dalam do'a.
Usailah retak jiwa, susutlah rasa percuma, dan kembalilah hidup yang sewajarnya
>
Aduhai jiwa-jiwa yang sunyi,
Mendewasa dengan sukarela lewat sebuah luka, jangan banyak meronta..
Cukuplah memiliki sebuah rela.
>
Aduhai jiwa-jiwa yang sunyi,
Lepaskanlah memar luka hanya kepadaNya
Merdekakanlah dari segala penjajahan duka
>
Sebuah keseimbangan dalam hidup
Ada yang datang menguatkan, memunguti serpihan dan merapikan retakan.
Ada yang berlalu pergi membuat retakan tanpa pamitan dan lupa untuk merapikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H