Mohon tunggu...
ALIKA MAHARANI SAKTI
ALIKA MAHARANI SAKTI Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Universitas Parahyangan

Mahasiswa Universitas Parahyangan Prodi HI ‘22

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Integrasi Nasional dalam Era Disrupsi pada Generasi Muda

27 Oktober 2022   21:47 Diperbarui: 27 Oktober 2022   22:01 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disusun oleh: 

Alika Maharani Sakti (6092201123)

Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.

BAB I

PENDAHULUAN

Perkenalan Masalah

Era disrupsi adalah era dimana perubahan terjadi secara tiba tiba, secara mendasar, dan hampir seluruh aspek dalam kehidupan terkena dampaknya. Disrupsi atau inovasi adalah kedua hal yang sama. Inovasi-inovasi yang muncul merubah tatanan lama dan diubah dengan sangat drastis karena sudah dianggap tidak sesuai dengan zaman yang hadir. Orang-orang yang masih menggunakan tatanan lama tidak akan bisa bersaing dengan mereka yang telah mengadopsi tatanan baru. Disrupsi menginisiasi hadirnya model-model baru yang lebih inovatif dan memunculkan interaksi masyarakat secara masif. Dengan munculnya e-commerce atau social media, interaksi antar masyarakat serasa tidak ada dinding yang menghalang-halangi.

Keadaan Indonesia yang terbuka oleh segala macam informasi dari macam-macam aspek secara global membuka dampak baik dan buruk terhadap integrasi nasional. Selain itu, kelompok sosial di Indonesia yang mampu mendapatkan informasi-informasi tersebut bermacam-macam. Didalam situasi ini, generasi muda adalah generasi yang paling terkena dampak dan juga tokoh yang berperan dalam penggerak inisiasi inovasi-inovasi terbaru. Dengan kata lain, mereka adalah kunci terbangunnya integrasi nasional sebagai penerus bangsa. Hakikatnya dengan teknologi dapat mempengaruhi semua aspek bahkan dalam konteks sosial setiap daerah yang ada di Indonesia.

Penyatuan kelompok sosial dan budaya yang ada di Indonesia menjadi sering memunculkan konflik demi kepentingan kelompok masyarakat masing-masing. Permasalahan ini telah muncul semenjak Indonesia baru merdeka. Munculnya konflik-konflik antar kelompok masyarakat akan mempengaruhi kekuatan integrasi nasional. Konflik-konflik ini biasanya hanya berdasarkan karna adanya perbedaan. Dari hal ini saja sudah dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional harus terus dibangun dan dibenahkan secara bersama-sama.

 

Data dan Fakta

 Konflik-konflik antar kelompok masyarakat Indonesia yang mengancam integritas nasional sudah ada sejak lama. Hal ini diperparah oleh munculnya era disrupsi. Khususnya pasca pandemic covid-19. Pengaruh social media kedalam kehidupan masyarakat khususnya generasi muda tidak bisa dibantah. Menurut survei Kementerian Kominfo dan Kadata Insight Center (KIC), masyarakat pengguna jejaring sosial di Indonesia pada tahun 2021 dan 2022 sebesar 67,6%. Sebesar 19,5% orang menggunakan jejaring sosial untuk berkenalan dengan orang baru dan membentuk kelompok untuk berbagi minat dan sebesar 17,6% menggunakannya untuk menginformasikan tentang diri dan aktivitas pribadi. Kelompok-kelompok sosial dan budaya baru telah terbentuk secara masif di dalam lingkup jejaring sosial. Hal ini akan menambah konflik-konflik yang ada di dalam tatanan masyarakat yang dapat menghambat integrasi nasional. 

Diskriminasi dan kebencian menjadi dua hal yang mendorong timbulnya konflik. Berdasarkan data pengguna jejaring sosial dari survei Kementerian Kominfo dan Kadata Insight Center (KIC), mayoritas atau 71,4% responden tidak pernah mempertimbangkan agama dalam menerima pertemanan di media sosial. Namun, ada 6,6% responden yang cukup sering mengambil sikap tersebut, bahkan 2,3% responden lainnya sangat sering. Kemudian mayoritas atau 79,3% responden tidak pernah mempertimbangkan suku/ras dan 74,4% responden tidak pernah mempertimbangkan status sosial dalam berteman di dunia maya. Tapi, ada juga sekelompok kecil responden yang menerima pertemanan berdasarkan suku/ras dan status sosial.

BAB II

PEMBAHASAN

Analisis

Indonesia dibangun oleh beberapa kelompok masyarakat yang sangat beragam. Kelompok-kelompok masyarakat berdiri dengan tujuannya masing-masing. Bila kita dapat menyatukan seluruh tujuan tersebut menjadi satu tujuan, kita dapat meraih integrasi nasional. Inovasi-inovasi baru muncul di era disrupsi yang merubah tatanan kehidupan masyarakat khususnya bagi generasi muda dalam cara menghidupi kehidupannya sebagai cerminan Indonesia. Oleh karena itu, membangun integrasi nasional menjadi penting hakikatnya.

Dalam menghadapi era disrupsi khususnya pasca pandemik covid-19, generasi muda menggunakan internet sebagai penunjang hidupnya. Kehidupan sebelum pandemik yang sangat berbeda dapat berubah hanya dengan satu sampai dua tahun saja telah merubah gaya hidup masyarakat. Adanya jejaring sosial seperti TikTok dan Twitter membuka jaringan luas secara global. Memperluas sudut pandang dan informasi bagi para penggunanya. Untuk Sebagian orang, hal ini dapat membantu mereka untuk bisa lebih peka terhadap sekitarnya dan mengetahui mana hal yang buruk dan juga yang baik. Sehingga akhirnya mereka dapat mencegah konflik-konflik antar kelompok yang memecah integrasi nasional. Tetapi, untuk sebagian lagi ini malah akan menjadi pemicu perpecahan dan konflik antar kelompok masyarakat.

Orang-orang cenderung akan mengikuti atau membenarkan apa yang mereka lihat di dalam internet. Wawasan utama tentang perilaku manusia yang diambil dari penelitian komunikasi pra-internet adalah orang cenderung tidak akan membicarakan masalah mereka di depan umum, teman, atau bahkan keluarga nya ketika mereka yakin sudut pandang mereka sendiri tidak dibagikan secara luas. Dengan kata lain, teori ini disebut sebagai "Spiral of Silence".Singkatnya, manusia sangat suka mencari validasi atas perbuatan atau buah pikir mereka. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan adanya pernyataan atau rujukan negatif.

Rujukan atau pernyataan-pernyataan negatif yang ada selalu memojokan pihak tertentu. Efeknya, pihak yang memojokan cenderung akan memliki perasaan superiority complex karena pernyataannya di validasi oleh orang lain dengan bentuk like atau comment. Superiority complex adalah sebuah perilaku yang terbentuk karena seseorang merasa lebih hebat daripada orang di lingkungan sekitarnya. Bagi pihak yang dipojokan, mereka cenderung akan membela diri dengan apapun caranya. Contoh kasus yang sedang ramai adalah kasus mengenai tragedi sepak bola di stadiun kanjuruhan antara pihak penonton dan aparat polisi. Dampak yang terjadi akan menghambat integrasi nasional.

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Adanya keberagaman di Indonesia jangan menjadi alasan adanya kerenggangan sosial diantara kelompok masyarakat. Konflik-konflik yang muncul diantara kelompok masyarakat akan menghambat integrasi nasional yang sedang Indonesia bangun sebagai langkah mencapai tujuan. Integrasi nasional ada dan dibangun semenjak Indonesia baru merdeka, begitu pula permasalahan yang menghambatnya.

Waktu selalu berjalan dan ritme nya dinamis. Kita sedang berada di era disrupsi atau era dimana inovasi muncul sangat cepat. Tatanan masyarakat lama terganti dengan yang baru. Generasi muda yang sangat dipengaruhi oleh inovasi ini harus bisa menjadi acuan untuk kemajuan bangsa. Tetapi sayangnya hal ini tidak semudah yang dipikirkan.

Inovasi-inovasi yang muncul dapat membantu kita dalam mencapai tujuan kita. Sayangnya, setiap perubahan akan muncul permasalahan baru. Permasalahan mengenai terhambatnya integrasi nasional semakin banyak. Terbentuknya kelompok-kelompok baru di dalam lingkup internet menambah jumlah dari kelompok masyarakat yang ada. Sehingga, konflik yang muncul pun bertambah.

Para generasi muda mendominasi pengguna jejaring sosial. Mereka mempunyai tujuan yang berbeda-beda, dari berkomunikasi hingga mempublikasikan dan mengekspresikan diri mereka. Informasi yang tersebar di masyarakat melalu jejaring sosial bermacam-macam. Orang-orang dapat membagikan opini, kritik, bahkan ujaran kebencian. Kecenderungan berpikir yang diskriminatif masih menjadi alasan dibalik munculnya pertengkaran. Keadaan ini diperparah oleh bagaimana cara orang-orang menerima informasi. Orang-orang cenderung akan menerima apa yang orang lain sampaikan tanpa mencari lagi kebenarannya hanya karena ujaran yang mereka baca memiliki banyak like atau comment

Perubahan tatanan masyarakat berubah dengan cepat di era disrupsi ini, sehingga kita pun harus dapat mengikutinya tidak hanya asal ikut-ikut saja tetapi juga dibekali oleh cara berpikir yang berkualitas. Khususnya untuk generasi muda, karena mereka adalah generasi penerus bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun