Pengkondisian klasik, yang diperkenalkan oleh Ivan Pavlov, mengacu pada proses belajar di mana seseorang mengaitkan suatu stimulus dengan respons yang spesifik. Fenomena ini pertama kali terungkap oleh Pavlov ketika dia melihat anjing mulai mengeluarkan air liur ketika dia mendengar bunyi bel yang dipasangkan dengan penyajian makanan. Dengan pengulangan ini, anjing belajar mengaitkan bunyi bel dengan makanan, yang menghasilkan respons yang awalnya tidak disebabkan oleh bunyi tersebut. Menurut teori ini, pembelajaran adalah proses kognitif yang mencakup asosiasi yang dapat memengaruhi perilaku.
Pengkondisian klasik sangat penting untuk pendidikan. Dengan memahami bagaimana siswa belajar melalui kolaborasi, guru dapat membuat lingkungan belajar yang lebih baik. Misalnya, jika seorang guru selalu menggunakan suasana tertentu saat mengajarkan materi baru, seperti pencahayaan yang lembut atau musik, siswa akan mulai mengaitkan suasana tersebut dengan kesiapan mereka untuk belajar. Hal ini tidak hanya meningkatkan pemahaman pelajaran, tetapi juga membuat proses belajar lebih menyenangkan dan produktif.
Ada banyak cara untuk belajar berdasarkan konsep pengkondisian klasik. Pertama, menggunakan hubungan yang menghubungkan ide baru dengan suara, foto, atau pengalaman yang sudah dikenal. Sebagai contoh, guru dapat menggunakan kartu flash untuk mengajarkan kosakata bahasa asing dengan gambar yang ditunjukkan bersamaan dengan kata-kata yang diajarkan. Ketika siswa melihat gambar dan mendengar kata-kata yang diucapkan, mereka mulai mengaitkan keduanya, yang meningkatkan kemampuan mereka untuk mengingat.
Selain itu, kebiasaan belajar juga dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran. Siswa dapat menjadi lebih siap untuk pelajaran dengan membuat kebiasaan sebelum pelajaran, seperti meditasi singkat atau menjawab pertanyaan pemicu. Selain itu, strategi yang efektif adalah penguatan positif, yang melibatkan memberikan pujian atau hadiah kepada siswa yang membuat kemajuan. Misalnya, siswa dapat dimotivasi untuk melakukan lebih banyak tugas dengan memberikan stiker atau poin untuk setiap tugas yang mereka selesaikan.
Ada banyak situasi di mana pengkondisian klasik dapat diterapkan dalam pendidikan. Penggunaan kartu flash yang mengaitkan gambar dengan kata dapat membantu ingatan siswa dalam pembelajaran bahasa. Sebaliknya, pengkondisian klasik dapat digunakan untuk mengontrol perilaku siswa dalam manajemen kelas. Misalnya, jika lonceng dibunyikan setiap kali siswa berperilaku baik, siswa akan mulai mengaitkan bunyi lonceng dengan respons positif guru, yang mendorong siswa untuk berperilaku baik lagi. Pengkondisian klasik juga dapat digunakan untuk mengajarkan gerakan tertentu kepada siswa dalam keterampilan motorik seperti olahraga atau seni, dengan mengulangi pola gerak sambil mengaitkannya dengan musik atau isyarat tertentu. Ini membantu siswa mengingat dan melakukan gerakan yang diinginkan.
Namun, pengkondisian klasik sering dikritik karena keterbatasan teorinya, meskipun memberikan dasar yang kuat untuk pemahaman pembelajaran. Banyak pakar berpendapat bahwa pengkondisian klasik tidak cukup untuk menjelaskan proses belajar yang mencakup elemen emosi, kognisi, dan konteks sosial. Akibatnya, banyak pendidik menggabungkan pengkondisian klasik dengan teori lain, seperti teori belajar kognitif, yang menekankan pentingnya pemrosesan pikiran dan informasi dalam proses belajar. Dengan integrasi ini, diperoleh pemahaman yang lebih luas tentang cara siswa belajar.
Pengkondisian klasik masih digunakan dalam pembelajaran modern, terutama berkat kemajuan teknologi dan media interaktif. Gamifikasi, yang memberikan reward kepada siswa untuk mencapai tujuan tertentu, adalah contoh aplikasi pengkondisian klasik dalam dunia digital. Dengan demikian, mekanisme penghargaan dapat meningkatkan motivasi siswa.
Jadi, pengkondisian klasik menawarkan pengetahuan penting untuk membangun strategi pembelajaran yang berhasil. Dengan memahami bagaimana siswa belajar melalui interaksi, guru dapat membuat lingkungan pembelajaran yang mendukung dan mendorong. Dengan menggabungkan teori ini dengan metode kontemporer, dapat dibuat metode pembelajaran yang lebih menyeluruh dan menarik yang tidak hanya efektif tetapi juga menyenangkan bagi siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H