Mohon tunggu...
ALI KUSNO
ALI KUSNO Mohon Tunggu... Administrasi - Pengkaji Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur

Pecinta Bahasa 082154195383

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pak Jokowi, Jangan Salah Pilih Ibu Kota

14 Juli 2017   13:59 Diperbarui: 14 Juli 2017   14:13 649
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kunjungan Presiden Jokowi di Balikpapan, Kalimantan Timur (Liputan6.com)

Mau tidak mau, sebagai ibu kota negara nantinya, pasti menjadi gula-gula  yang mengundang banyak pendatang. Sama seperti Suku Betawi yang kian  terpinggir di Jakarta. Bukan tidak mungkin suku-suku asli di Kalimantan  juga akan mengalami hal yang sama. Konsekuensi itu mau tidak mau pasti  terjadi. Oleh karena itu, apabila sudah siap dengan segala konsekuensi  itu, berarti Kalimantan (entah di mana pun berada) benar-benar sudah  siap menjadi ibu kota negara.

Berdasarkan fakta-fakta tersebut kesiapan sosial budaya masyarakat asli Kalimantan patut dipertimbangkan. Faktor kesiapan sosial budaya ketiga kandidat ibu kota negara perlu dibandingkan. Selain sisi kebencanaan, keekonomian, dan infrastruktur, serta biaya yang dibutuhkan, faktor sosial budaya harus diperhatikan. Manakah kandidat yang potensi konflik sosialnya paling kecil.

Pak Jokowi, semoga benar ibu kota jadi pindah ke bumi Kalimantan. Agar Kalimantan tidak hanya iri melihat gemerlap pembangunan di Pulau Jawa dan Sumatera. Agar jangan lagi ada idiom Garuda di dadaku, Malaysia di perutku. Agar tidak lagi ditemukan kubangan-kubangan sapi di jalanan pedalaman Kalimantan. Agar Kalimantan tidak terkesan dianaktirikan.

Pak Jokowi, semoga benar ibu kota jadi pindah ke bumi Kalimantan. Agar mampu menyejahterakan suku-suku asli di Kalimantan. Semoga benar ibu kota jadi pindah ke Kalimantan. Tanpa membuat suku asli terpinggirkan. Semoga benar ibu kota jadi pindah ke bumi Kalimantan. Rumah bagi semua suku yang ada di Nusantara. Tanpa membuka peluang konflik yang pernah terjadi kembali terulang. Semoga.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun