Mohon tunggu...
ALI KUSNO
ALI KUSNO Mohon Tunggu... Administrasi - Pengkaji Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur

Pecinta Bahasa 082154195383

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

(Presiden) Jokowi tidak Sempurna

6 Juli 2017   09:00 Diperbarui: 6 Juli 2017   19:21 868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunews.com

Saya sendiri pernah terjebak dalam kemacetan di jalur Bogor, Ciawi dan Sukabumi. Kemacetan yang parah sekali, sementara terdapat proyek jalan tol di jalur itu yang sudah terbengkalai sejak tahun 1997. Sudah dua puluh tahun lamanya.

Begitulah tulisan Presiden Jokowi yang diunggah pada 22 Juni 2017. Presiden Joko Widodo termasuk tokoh yang intens menggunakan media sosial, khususnya Facebook. 'Presiden Joko Widodo' menjadi akun resminya. Akun ini berisi unggahan Presiden Jokowi. Berisi unggahan seputar kegiatan dan program yang sedang dan akan dijalankan pemerintah. Akun resmi Presiden Jokowi ini sampai hari ini diikuti sebanyak 7.308.681 'jamaah' Facebook.

Presiden Jokowi salah satu presiden yang mengoptimalkan media sosial, khususnya Facebook, sebagai salah satu sarana komunikasi dengan rakyat. Berbagai program yang sedang dijalankan pemerintah diunggah Presiden Jokowi.

Ini menarik menjadi bahan diskusi disela-sela ribut soal pelaporan Kaesang. Unggahan Facebook Presiden Jokowi dapat didekati dengan analisis wacana kritis tiga dimensi model Fairclough. Analisis tiga dimensi ini ialah analisis tekstual (level mikro), analisis praktik wacana (level meso), dan analisis sosiokultural (level makro). Berdasarkan analisis wacana kritis tersebut, unggahan-unggahan Facebook Presiden Jokowi dapat diungkapkan fakta-fakta ilmiah.

Analisis Tekstual (Analisis Mikro).Berdasarkan analisis tekstual, struktur teks unggahan Facebook Presiden Jokowi secara umum tanpa menggunakan pembuka dan penutup. Tuturan dalam akun itu relatif pendek-pendek dengan langsung menyampaikan isi tuturan. Secara substansi, isi teks tuturan itu mengungkapkan beberapa hal yang dapat diidentifikasi sebagai sikap dan pandangan Presiden Jokowi.

Apabila mencermati unggahan tiga bulan terakhir, ada beberapa hal yang menjadi penekanan sikap Presiden Jokowi. Presiden Jokowi menekankan bahwa pemerintah benar-benar bekerja. Arah pembangunan tidak lagi Jawa sentris, tetapi mulai membangun dari pinggiran dengan segala potensi yang dimiliki. Percepatan pembangunan daerah perbatasan dapat dilakukan dengan cara permbenahan infrastruktur. Infrastruktur penting untuk memperlancar arus barang dan manusia. Oleh karena itu, pendapatan negara harus dapat dioptimalkan untuk dapat memberdayakan perekonomian masyarakat.

Selanjutnya, dalam penggunaan gramatika transitif. Aspek ketransitifan (fungsi ideasional bahasa) menunjukkan bahwa Presiden Jokowi menguatkan hal-hal positif dan meniadakan hal negatif. Terdapat penekanan terhadap optimisme dalam memandang persoalan bangsa Indonesia. Selanjutnya, fungsi modalitas (fungsi interpersonal bahasa) berupa tuturan-tuturan yang dapat menggugah optimisme masyarakat Indonesia.

Penggunaan kosakata juga menggambarkan optimisme. Optimisme itu terlihat melalui penggunaan dan pilihan kata.Tuturan unggahan Facebook Presiden Jokowi juga menggunakan bahasa positif nan optimis. Hal itu didukung dengan pilihan gaya bahasa mulia bertenaga.

Dimensi Praktik Wacana (Level Meso).Berdasarkan analisis dimensi praktik wacana, teks unggahan Facebook Presiden Jokowi merupakan gambaran sikap Presiden Jokowi terhadap kondisi bangsa dan negara. Hanya saja satu hal yang dapat dipahami bahwa Presiden Jokowi tidak mengumbar hal negatif sedikit pun. Berbagai program pembangunan yang digalakkan pemerintah disampaikan Presiden Jokowi dalam unggahan Facebook. Tujuan unggahan itu tentu ingin menyebarkan optimisme kepada semua masyarakat Indonesia.

Dimensi Praktik Sosial Budaya (Level Makro).Berdasarkan analisis praktik sosial budaya, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia saat ini dalam masa pembangunan. Kondisi perekonomian bangsa sedang dalam kondisi sulit. Berbagai persoalan tersebut membutuhkan solusi yang harus segera diambil pemerintah. Presiden Jokowi menjalankan program-program pembangunan seperti yang direpresentasikan dalam unggahan di Facebook. Berdasarkan unggahan Facebook tersebut Presiden Jokowi terlihat mencolok dalam upaya pembenahan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur harapannya dapat menggerakkan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Berbagai perkembangan pembangunan infrastruktur disampaikan Presiden Jokowi melalui Facebook. Hal itu tidak lain agar masyarakat mengetahui apa saja yang dilakukan oleh pemerintah dan perkembangannya terkini. Presiden Jokowi optimis terhadap perkembangan setiap daerah. Pola pembangunan diarahkan dengan membangun dari wilayah pinggiran seperti daerah-daerah perbatasan. Begitu pula pembangunan untuk wilayah-wilayah industri. Infrastruktur yang memadai akan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi baru.

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan, bangsa Indonesia harus optimis. Perjuangan untuk mencapai pembaharuan yang harapannya dapat membawa kesejahteraan rakyat. Bisa dipahami bahwa hal itu sebagai salah satu cara menangkis berbagai pandangan negatif tentang pemerintah. Selain itu, sekaligus memberikan informasi yang berimbang kepada masyarakat.                   

Berdasarkan fakta analisis wacana kritis tersebut, ada beberapa hal yang patut menjadi catatan. Catatan pertama, Presiden Jokowi jarang menggunakan media sosial seperti Facebook untuk menjawab keresahan-keresahan dalam masyarakat. Catatan kedua, Presiden Jokowi lebih banyak menggunakan pesan simbolik. Tidak semua masyarakat Indonesia dapat  memahami pesan simbolik. Catatan ketiga, Akibat negatif Presiden Jokowi terlalu fokus pada infrastruktur sehingga jarang menyinggung persoalan-persoalan pembangunan nonfisik selain infrastruktur. Seolah Menteri Pekerjaan Umum saja yang bekerja. Selain itu, membuat kesan bahwa Presiden Jokowi abai terhadap pembangunan nonfisik.

Barangkali hal itulah yang melatarbelakangi adanya persepsi di sebagian masayarakat bahwa Presiden Jokowi lebih banyak melakukan pencitraan. Pandangan negatif tersebut dapat terlihat dari masih adanya komentar-komentar negatif dalam unggahan Presiden Jokowi. Akan lebih lengkap sebenarnya, apabila Presiden Jokowi juga menggunakan Facebook untuk memberikan penjelasan berbagai keluhan masyarakat. Selain itu, bahasa simbolik yang digunakan sebaiknya lebih dipertegas untuk menghindari persepsi yang salah di masyarakat.

Dengan demikian, fungsi media sosial benar-benar efektif sebagai media alternatif penyampai pesan langsung kepada rakyat Indonesia. Media sosial benar-benar efektif memberikan gambaran program pemerintah secara menyeluruh. Sekaligus sarana bagi Presiden Jokowi untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait berbagai isu nasional yang memang  membutuhkan penjelasan presiden secepatnya.

Presiden memang bukan makhluk sempurna, namun berbagai kritikan dan masukan masyarakat dapat memperbaiki kekurangan yang ada. Saya yakin, Presiden Jokowi berkenan menerimanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun