Mohon tunggu...
ALI KUSNO
ALI KUSNO Mohon Tunggu... Administrasi - Pengkaji Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur

Pecinta Bahasa 082154195383

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Apakah SBY Memasuki "Baby Boomer"?

14 Februari 2017   07:40 Diperbarui: 14 Februari 2017   10:44 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: netralnews.com

Selain gaya bicara, ada kemiripan lain dalam praktik interaksi berbahasa. Kemiripan itu tampak dari seringnya anak-anak dan manula menginterupsi dalam sebuah interaksi (percakapan). Hanya saja, kontribusi dari anak dan manula itu acapkali dianggap tidak relevan dengan percakapan bin tidak nyambung. Hal itu pun mengundang respon penutur lain, “ha? iyelah...” sebagai bentuk pemakluman.

Apakah semua manula tipikalnya sama? Tentu tidak. Ada beberapa kategori kata untuk menyebut orang yang sudah tua, yakni wise (bijak), dignified (berwibawa), cantankerous (bawel), frail (rapuh). Sama halnya kekhasan untuk anak kecil, seperti bouncing (suka melompat-lompat), cute (lucu), dan bratty (nakal). Dengan demikian, kita pun bisa mengidentifikasi kaum manula di sekitar rumah, di kecamatan, di kabupaten, di provinsi, dan di negeri ini. Termasuk kategori yang manakah mereka? Bijak, berwibawa, bawel, rapuh, ataukah yang lebai?

Memang fase kehidupan manula orang-orang di sekitar kita harus disikapi dengan bijak dan penuh pengertian. Tentu kita akan senang apabila menemukan para manula yang bijak dan berwibawa. Mampu ngemong yang muda berbekal kenyang makan asam garam. Mampu memberikan petuah-petuah bijak. Mampu menghadirkan kedamaian dan kesejukan bagi yang bertikai. Mengayomi semua ‘anak cucu’.

Nah, yang ngegemesin wal njengkelin kalau menemukan manula yang bertingkah bawel, rapuh, atau yang lebai.  Sedikit-sedikit mengeluh. Sedikit-sedikit membuat gaduh. Ngeselin kan?

Kalau ada manula apalagi tokoh nasional  setipe itu tadi, ada baiknya dibacakan pesan Margaret Gullette dalam bukunya Declining to Decline” Cultural Comb and the Politics of Midlife (1977). Margaret mengimbau agar “kita yang sudah berusia empat puluh atau lebih, yang sudah tua dan lebih bijak daripada waktu masih muda, harus menulis otobiografi-otobiografi yang bernada positif bagi kalangan usia kita sendiri.”  

Dengan kata lain, bagilah pengalaman-pengalamanmu, bukan keluh kesahmu. Kau akan lebih bermanfaat pada fase manulamu. Jika mampu berlaku demikian, kelak ‘anak cucu’ akan lebih menyayangi dan menjagamu. 

Pertanyaannya, menurut kalian, 

Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono yang sekarang berusia 67 tahun, sekadar info beliau lahir 9 September 1949,

dengan seringnya beliau berkicau di twitter dan facebook, yang isinya kita tahu semua,

Apakah SBY telah memasuki fase 'Baby Boomer'?

Termasuk kategori (manula) yang mana beliau? 

Yang bijak, berwibawa, bawel, atau lebai?

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun