Mohon tunggu...
ALI KUSNO
ALI KUSNO Mohon Tunggu... Administrasi - Pengkaji Bahasa dan Sastra Kantor Bahasa Provinsi Kalimantan Timur

Pecinta Bahasa 082154195383

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berkah Kasus Ahok: Berbanggalah Guru Bahasa Indonesia

13 Desember 2016   10:07 Diperbarui: 13 Desember 2016   10:24 1204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini, Selasa, 13 Desember 2016, akan digelar sidang perdana sidang kasus dugaan penistaan agama dengan terdakwa Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Bagi saya, mengikuti dan mencermati kasus ini tidaklah menarik. Tapi suangat menarik. Jauh lebih menarik dari ‘sinetron’ Kopi Sianida. Yang entah berapa episode itu dan sepertinya masih akan ditambah jam tayangnya.

Kali ini publik akan disuguhkan judul ‘sinetron’ baru. Sebelumnya, saya minta maaf menggunakan pilihan kata ‘sinetron’ ini. Bukan menganggap ini hanya sandiwara. Ini hanya gaya bahasa kawan, biar menarik. Itu saja. Tanpa ada niat apa-apa. Sumpah. Begitu sensitifnya ‘sinetron’ ini, sampai saya tidak berani memberi judul. Masing-masing berhak memberi judul. Sesuai bekal ilmunya. Sesuai pandangan politiknya. Sesuai ketajaman lensanya. Sesuai kejernihan pikirannya. Sesuai temperatur hatinya.

Apa yang menjadikan ratingnya akan melejit?

Selain isu yang begitu panas, juga akan ada ‘artis-artis’ baru yang luar biasa. Kalau dalam ‘sinetron’ Kopi Sianida, berderet ahli forensik yang dihadirkan. Ada ahli digital forensik, ada ahli kedokteran forensik, ada ahli patologi forensik, ada ahli toksikologi forensik, ada psikologi forensik, dan ntah ahli apalagi.

Pendekatan Linguistik Forensik (pixabay.com)
Pendekatan Linguistik Forensik (pixabay.com)
Dalam sidang Ahok ini, kemungkinan juga akan dihadirkan deretan ahli forensik. Bisa ahli digital forensik, bisa psikologi forensik. Namun, yang pasti hadir adalah ahli-ahli linguistik forensik.

Siapa pun linguis-linguis  yang dihadirkan, pastilah orang-orang yang sudah terpilih. Semoga dalam bekal ilmunya. Semoga netral pandangan politiknya. Semoga terjamin resolusi ketajaman lensanya. Semoga terjaga kejernihan pikirannya. Semoga temperatur hatinya sesejuk puncak Gunung Tangkuban Perahu. Nyesss. Ah....

Kehadiran linguis-linguis dalam persidangan itu, menjadi berkah bagi pelajaran bahasa, khususnya bahasa Indonesia. Selama ini pelajaran bahasa Indonesia dianggap sebelah mata oleh siswa. Cenderung diabaikan. Termasuk saya, dulu. Sebagian kita menganggap apalah belajar bahasa Indonesia, toh tanpa belajar kita bisa. Tanpa belajar kita dapat bertutur kata. Tanpa belajar kita dapat menangkap makna.

Kini, kita dibukakan mata. Bahasa Indonesia itu sangatlah berguna. Masalah yang menyita energi bangsa hari ini, tidak lain persoalan bahasa Indonesia. Persoalan berkata dan menangkap makna.

Ujung dari persidangan ini nantinya sangat dipengaruhi adu ketajaman analisis masing-masing linguis. Namun, bukan persoalan siapa yang menang, siapa yang kalah. Kebenaran yang harus diterima semua pihak, itulah yang utama.

Mari mengambil berkah dari kasus ini. Nonton bareng rekaman sidang ini ketika pelajaran bahasa Indonesia tentu dapat menjadi metode pembelajaran yang mendidik dan menarik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun