Mohon tunggu...
Ali Hasan Siswanto
Ali Hasan Siswanto Mohon Tunggu... -

Pengamat politik dan penikmat Moralogi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

[Resensi Buku] Jejak Langkah: Sukses Buah Kegigihan

7 April 2017   21:24 Diperbarui: 8 April 2017   11:30 3960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan ditemani istrinya, minke tetap berpikir bagaimana menyatukan kaum pribumi. Pada proses berpikir ini, minke melihat sebuah realitas oragnisasi syatikat priyayi yang mengalami kemandegan dalam menyuarakan suara rakyat dan urusan agamanya. Disisi lain, minke melihat kaum indisch melakukan praktek perdagangan yang bisa menyatukan kaumnya. Berangkat dari realitas inilah, minke menyadari bahwa perdagangan merupakan faktor yang dapat menggerakkan kaum pribumi untuk bersatu, karena perdagangan akan menciptakan kemakmuran bagi kaum pribumi. Oleh karena itu, berdirilah Syarikat Dagang Islamiyah (SDI). 

Lambat laun berjalannya waktu, SDI berkembang dengan pesat sampai Asia Tenggara, keanggotaannya mencapai ribuan mencakup seluruh wilayah di hindia. Perkembangan SDI yang semakin besar dianggap sebagai ancaman, sehingga banyak gerombolan untuk merusak soliditas SDI. Gerombolan yang ingin merusak SDI ini muncul dengan menebar ancaman dan pengrusakan terhadap anggota SDI, Seperti De Knijper, TAI dan De Zweep (yang berarti si cambuk dalam bahasa belanda). De Knijper didalangi oleh Robert Surhof, karena rasa dendam kepada minke, kedua orang ini memang memiliki masalah seperti yang digambarkan dalam anak semua bangsa. 

Banyaknya ancaman dan intimidasi, membuat anggota SDI sadar untuk membela diri dengan belajar bela diri yaitu pencak silat. Saat itulah, pencak silat berkembang dan dipelajari oleh kaum pribumi. Disisi lain, medan priyayi mulai progresif dengan terbit setiap hari untuk menyampaikan informasi dan edukasi kepada masyarakat, termasuk fakta keadilan dalam hukum bagi kaum pribumi yang selalu tertindas. Gerakan untuk membongkar ketidakadilan hukum yang diterima kaum pribumi didukung oleh sahabatnya yang ahli hukum yaitu hendrik frischboten, suami mir sahabat minke dan menangani berbagai kasus ketidakadilan yang disidangkan. Medan priyayi semakin gencar menyuarakan ketidakadilan yang menimpa kaum pribumi. Hal ini menjadi gerakan yang direspon baik oleh masyarakat dan menebarkan benih keberanian bagi kaum pribumi. Masifnya gerakan medan priyayi dalam menyuarakan dan memacu keberanian kaum pribumi dianggap sebagai sebuah ancaman oleh gubermen. Disisi lain, medan priyayi mendapat saingan media baru organisasi tionghoa yaitu koran sin po. Akhirnya minke melakukan berbagai strategi hingga medan priyayi menerbitkan Hikayat Siti Aini dari hadji Moeloek. Strategi inilah yang mengangkat pamor medan priyayi di kalangan masyarakat. 

SDI berkembang pesat ke berbagai daerah, perdagangan kaum pribumi mulai meransek mapan. Pada saat itulah, ketua cabang-cabang SDI, seperti sala, yogyakarta dan kota lainnya dipanggil ke Buitenzorg oleh minke untuk melakukan konferensi. Konferensi ini memutuskan dua keputusan. Pertama, menyetujui minke melakukan kerja propaganda bersama istrinya. Kedua, Minke memberikan mandat pimpinan umum pusat syarikat kepada hadji Samadi di Sala.

Setelah konferensi, minke menjalankan propaganda ke berbagai negeri seperti singapura, malaya, siam dan filipina. Sedangkan seluruh cabang SDI melakukan propaganda di daerah masing-masing. Dan redaksi "medan" diserahkan kepada Sandiman, Marko, Frischboten. Gerakan propaganda di berbagai negeri, memaksa minke mengagendakan untuk menempuh perjalanan panjan bersama istrinya. Rencana kepergiannya diberitahukan kepada istrinya dan istrinya menyetujui untuk ikut serta dalam gerakannya. Sebelum dua hari berangkat, istrinya meminta diri untuk menginap di rumah keluarganya di sukabumi terlebih dulu. Minke memberi ijin kepada istrinya untuk menginap dirumah keluarganya di sukabumi, dan minke tidak ikut serta. Namun takdir berkata lain, minke mendengar propaganda berita meda terkena musibah. Meda telah menghina gubernur jenderal yang baru sehingga berita itu menggemparkan. Akibat dari berita propaganda itu, koran medan di preteli dan dihancurkan. Setelah koran medan diberangus, paginya rumah minke disatroni para polisi dengan membawa surat penahanan atas tuduhan "hutang bangsa minke yang diatasnamakan pribadi tuan minke". Sebelum dibawa untuk ditahan dan dibuang dari pulau jawa, minke menyempatkan menulis sepucuk surat melalui pembantunya Piah. 

Lika liku kehidupan seorang minke untuk merengkuh sukses menyatukan kaum pribumi bukanlah jalan yang mulus, tapi penuh dengan kegigihan dan pengorbanan. Hal ini bisa memberikan kita pelajaran sangat penting bahwa kesuksesan bukanlah hadiah cuma-cuma dari dewa dan Tuhan, tapi kesuksesan adalah konsekwensi logis dari kerja keras, belajar, berjuang dan berdo'a. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun