Bercengkarama dengan alam semestaÂ
Gemericik hujan turun bentuk iramaÂ
Butiran buih terhampar diangkasaÂ
Menari dengan Iringan nada sang kuasaÂ
Aku tatap hamparan jingga di alam nirwanaÂ
Menatap kuasa sang penciptaÂ
Semesta bertasbih menari memuji ke agungan-NyaÂ
Aku terjerat  dalam lingkar tarian semesta, hingga aku menari memujaÂ
Aku menari dengan kalimasada, kalimat tasbih dan kalimat tahlilÂ
Kuagungkan Dzatnya sampai aku tak  kuasaÂ
Ruh dan jasadku hilang terhempas badai nadaÂ
Aku tak tahu, aku siapa dan aku berada dimana,Â
Yang kutahu hanya hamparan derita manusia di hamparan bumiÂ
Derita yang diakibatkan dri hilangnya rasa syukur, rasa ikhlas, rasa empati terhadap sesamaÂ
Derita yang diperoleh dari hasrat material, hasrat arogansi, hasrat keakuan, hasrat pragmatis, hasrat hedonis, sehingga derita terjebak sebagai pengabdi kepada manusia.
Mungkin derita lelah mengabdi dan mengagungkanMu
Dibalik bait2 ini, ampunilah segala khilaf derita, tancapkan kembali rasa syukur, rasa ikhlas dan rasa empati di hati dengan panji2 tauhidMuÂ
la ilaha illa Allah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H