Mohon tunggu...
Ali Hasan Siswanto
Ali Hasan Siswanto Mohon Tunggu... -

Pengamat politik dan penikmat Moralogi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang KH Hasyim Muzadi; Membumikan Persaudaraan

17 Maret 2017   09:39 Diperbarui: 17 Maret 2017   09:59 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari kamis, tepatnya tanggal 16 maret 2017, seluruh warga Indonesia, khususnya warga Nahdliyyin dikejutkan dengan pulangnya salah satu tokoh terbaik anak bangsa keharibaan Allah. Setelah beberapa kali dikabarkarkan meninggal (hoax), akhirnya kemaren KH. Hasyim Muzadi (selanjutnya Hasyim Muzadi) akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Sebagai tokoh dan dewan pertimbangan presiden yang memiliki kontribusi besar bagi bangsa Indonesia, akhirnya pemakaman Hasyim Muzadi dilakukan secara militer oleh bangsa indonesia sebagai penghormatan terakhir padanya. 

Tidak dapat disangkal bahwa beliau adalah sosok yang memiliki andil untuk menjaga perdamaiaan nasional maupun internasional. Hal ini dibuktikan dengah posisi Hasyim Muzadi sebagai salah satu dari semvilan presiden WCRP (World Conference on Religion for Peace). Pada titik inilah Hasyim Muzadi mengenalkan Islam yang moderat, santun dan damai ke masyarakat dunia. Islam bukan agama kekerasan dan tidak memproduksi teroris.

Hasyim Muzadi adalah sosok moderat yang mentransformasikan Islam yang damai baik di intern umat islam maupun antar umat beragama. Untuk menciptakan perdamaiaan ini, Hasyim Muzadi bernafaskan tiga ukhuwah yang diperjuangkan selama hidupnya yaitu ukhuwah islamiyah, ukhuwah wahtaniyah dan ukhuwah basyariyah.

Pertama; Ukhuwah islamiyah berlandaskan pada asumsi manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu manusia selayaknya membina hubungan antar sesama, khususnya sesama umat islam untuk memperjuangkan islam yang rahmatan lil alamin. Membina hubungan tanpa harus melihat kelas sosial, karena semua manusia sama di hadapan Allah, yang membedakan adalah ketaqwaannya. Pada taraf ini, ukhuwah islamiyah akan terbangun sebagai spirit keberagamaan yang santun, menyejukkan, bukan saling menebar teror yang dapat merugikan umat islam sendiri. 

Kedua; Ukhuwah wathaniyah. Ukhuwah ini adalah kerangka teoritik sekaligus gerakan untuk membina persaudaraan yang berlandaskan pada nasionalisme dan rasa kebangsaan. Kita umat islam juga menjafi umat nasional yang berdampingan dengan agama dan keyakinan berbeda. Kita umat nasional yang makan, minum, berjuang dan bergerak di tanah yang sama yaitu negara kesatuan republik indonesia. Oleh karena itu, rasa kebangsaan dan nasionalisme yang kita miliki bersama-sama seharusnya menjunjung tinggi kerukunan umat beragama, toleransi, tenggang rasa, gotong royong untuk menciptakan kedaulatan NKRI. 

Ketiga; ukhuwah Basyariyah. Ukhuwah ini membina persaudaraan sesama manusia. Sikap humanisme harus selalu ditunjukkan tanpa memandang latar belakang agama, warna kulit dan ras masyarakat. Selama kita masih menjadi manusia dan memiliki sisi kemanusiaan maka selayaknya juga kita menghargai manusia karena manusianya bukan keran ada apanya atau latar belakangnya. 

Berangkat dari tiga ukhuwah itu, manfaat yang kita rasakan setelah membumikan ukhuwah itu adalah; pertama; terciptanya solidatas yang kuat antar sesama, baik sesama agama, sesama bangsa, dan sesama manusia. Dengan adanya solidatas ini seluruh manusia saling membantu, saling merasa dan saling menjunjung, bukan mengunjing, bukan saling ledek apalagi saling mengkafirkan. 

Kedua; terciptanya persatuan dan kesatuan antar sesama, baik sesama agama, sesama bangsa dan sesama manusia. Terciptanya persatuan dan kesatuan akan menjadi benteng yang kokoh untuk melawan setiap adu domba, konflik dan virus yang menggerogoti keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan. 

Ketiga; terciptanya kerukunan kerukunan, kedamaiaan inter agama dan antar umat beragama. Yang satu dan lainnya tidak saling menghakimi, sehingga kita dapat menjadikan islam sebagai agama yang rahmatan lilalamin bagi semua umat manusia. Kita sebagai generasi muda, selayaknya melanjutkan perjuangan Hasyim Muzadi untuk membumikan tiga ptinsip ukhuwah dalam kehidupan beragama dan berbangsa. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun