Mohon tunggu...
Ali Hasan Siswanto
Ali Hasan Siswanto Mohon Tunggu... -

Pengamat politik dan penikmat Moralogi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Agenda Terselubung Dinasti Saud

3 Maret 2017   07:01 Diperbarui: 3 Maret 2017   08:22 934
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah 47 tahun, raja saudi datang kembali menginjakkan kakinya di Indonesia. Kedatangan raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud disambut dengan gemerlap di Indonesia. Dengan pertimbangan hubungan Indonesia dan Saudi selama ini yang berjalan baik, rakyat indonesia menyambut dengan meriah dengan harapan membawa kemaslahatan bagi rakyat indonesia. Sudah sepatutnya raja Saudi mendatangi Indonesia yang memiliki penduduk muslim terbesar di dunia ini. 

Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud datang dengan rombongan sangat besar. Setelah dari Malasyia kemudian datang ke indonesia, dimulai dari pertemuan di istana bogor, istiqlal, pidato di gedung rakyat sampai berlibur ke bali selama lima hari. 

Harapan kemaslahatan rakyat ini disambut baik oleh saudi dengan menandatangani sebelas MOU. Sebelas kesepakatan tersebut adalah 1) Meningkatkan kepemimpinan bersama dalam sidang komisi antara pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Arab Saudi, 2) Kerja sama kebudayaan antara Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dan Kementerian Kebudayaan dan Informasi Kerajaan Arab Saudi, 3) Kerja sama antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia dan Otoritas Usaha Kecil dan Menengah Kerajaan Arab Saudi dalam pengembangan usaha kecil dan menengah, 4) kerja sama antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Kementerian Kesehatan Kerajaan Arab Saudi di bidang kerja sama kesehatan, 5) Kerja sama antara otoritas aeronautika pemerintah Republik Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi, 6) Kerja sama antara Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia dan Kementerian Pendidikan Kerajaan Arab Saudi dalam bidang kerja sama saintifik dan pendidikan tinggi, 7). Kerja sama antara Kementerian Agama Republik Indonesia dan Kementerian Urusan Islam, Dakwah dan Bimbingan Kerajaan Arab Saudi di bidang urusan Islam, 8) Kerja sama antara pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah Kerajaan Arab Saudi di bidang kelautan dan perikanan, 9) Kerja sama di bidang perdagangan antara Kementerian Perdagangan Republik Indonesia dan Kementerian Perdagangan dan Investasi Kerajaan Arab Saudi, 10) Kerja sama dalam pemberantasan kejahatan antara Kepolisian Negara Republik Indonesia dan Kementerian Dalam Negeri Kerajaan Arab Saudi, 11) Kerja sama mengenai kontribusi pendanaan Saudi terhadap pembiayaan proyek pembangunan antara Saudi Fund for Development dengan Pemerintah Republik Indonesia. Semoga MOU ini tidak hanya sekedar coretan diatas kertas belaka agar masyarakat Indonesia dapat menikmati kedamaiaan dan kesejahteraan. 

Kedatangan Raja Saudi beserta rombongan ke Indonesia merupakab sisi positif untuk meningkatkan kerja sama antara dua bangsa. Namun pertanyaan yang muncul adalah, kenapa baru kali ini raja Saudi ke indonesia, ada apakah dengan Saudi?.

Setelah sekian lama, raja Saudi datang ke Indonesia bukan tanpa alasan, tetapi memiliki berbagai alasan kepentingan. Kalau kita lihat melalui double movement, kita akan melihat sebuah tontonan publik yang sangat baik, di publik kesan yang ditampilkan ileh mereka adalah berusaha membantu bangsa indonesia melalui investasi dan membawa uang triliunan untuk menutupi hutang RI kepada RRT. Kesan kepedulian yang ditampilkan oleh mereka telah berhasil menghipnotis masyarakat dan pejabat Indonesia sehingga mereka dielu-elukan dan mendapatkan sambutan sangat mewah. 

Munkinkah raja Salman memberikan bantuan kepada bangsa indonesia untuk melunasi hutangnya, padahal uang kematian korban robohnya Crane di masjidil Haram yang dijanjikan sendiri sampai hari ini tidak dibayar, belum lagi janji untuk menghajikan keluarga korban di Mina itu. Hal ini ketidak peduliannya kepada korban dan masyarakat islam umumnya, justru sebaliknya Saudi memeras umat islam dunia dengan menaikkan visa Haji dan umrah, menjadikan haji dan umrah sebagai komoditi ekslusif dengan market yang captive. 

Berpijak pada realitas inilah, sebenarnya raja Salman dan rombongannya memiliki hidden agenda. Untuk menelisik hidden agenda ini, penulis melihat dibalik agenda kedatangannya memiliki kepentingan negaranya, lebih sempit kepentingan dinasti saud, yang terkait geo ekonomi. Kebijakan ekonomi luar negeri Saudi diarahkan ke arah timur, karena laju instasinya di barat semakin sulit. Hal ini dikarenakan ekonomi USA yang belum sembuh dari kehancuran akibat krisis mortgage 2007, ditambah lagi dengan lebijakan Trump yang american first, self protective dan anti islam. Disisi lain, eropa dan beberapa negara seperti Yunani, Portogal, Spanyol mengalami krisi ekonomi, ditopang oleh keluarnya Inggris dari UE sehingga semakin memberi ketidak pastian investasi Saudi di barat. Begitu juga, kalau kita lihat hubungan Saudi dengan negara Islam, Saudi tidak melihat mereka sebagai saudara seagama tetapi menganggap sebagai sebuah negara yang tidak menguntungkan, sehingga Saudi acap kali tidak melakukan apa untuk saudara di Mesir, Libya, Palestina, Suriah, Irak, Yaman dan negara terdekat lainnya. Sekalipun negara islam kalau tidak menguntungkan bagi Saudi maka Saudi enggan untuk membantunya, apalagi dengan dalih umat terbesar di Indonesia. Itu hanya bagian kamuflase publik untuk mengeruk keuntungan dari bangsa Indonesia ini. 

Disisi lain yang bisa kita lihat, kedatangan Raja Saudi ke indoneaia yang diteruskan liburan di Bali seakan memberi sebuah gambaran bahwa wahabi atau orang2 radikal toleran terhadap budaya dan masyarakat di bali sehingga masyarakat Indonesia merubah mondset mereka yang selama ini menganggap wahabi sebagai garis keras dan imaje jelek lainnya. Hal ini dilakukab untuk menyuburkan paham wahabi di indonesia. Hal ini harus diantisipasi dan disadari okeh semua masyarakat dan kaum elit agar tidak bergantung pada para kapitalis termasuk Saudi Arabia, agar masyarakat tidak hanya menjadi pelayan di bangsanya sendiri.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun