Mohon tunggu...
Ali Hasan Siswanto
Ali Hasan Siswanto Mohon Tunggu... -

Pengamat politik dan penikmat Moralogi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Teluk Love

13 Januari 2017   07:38 Diperbarui: 13 Januari 2017   07:58 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Disini aku bertafakkur 

Diiringi sepoi angin menyapa setiap makhluk 

Payangan juga disebut teluk love 

Seakan menjadi petanda bagi umat manusia untuk saling mencinta

Tidak hanya menjadi petanda, tapi juga mengingatkan manusia pada rahman rahimNya sang pencipta

Dengan cinta, alam mengajarkan ritme kehidupan

Semilir angin yang melintasi bukit terasa sejuk terasa

Seluruh mata dimanjakan dengan hamparan luas padang rumput kehijauaan

Pepohonan antara satu dengan lainnya saling melengkapi menghiasi keindahan cakrawala

Keindahan cakrawala bebukitan mengisi ruang hati 

Aku bertafakkur dan bertadabbur dalam hening kesendirian

Keindahan alam menjadi obat resak amuk gemuruh ombak

Berkembang mengisi ruang kosong hati, dan rindu yang tersangkut pada sangkar burung yang berkicau

Edelweis tumbuh bertebaran dipojok surau bebukitan

Bunga-bunga menghampar dengan warna warni manjakan mata

Aku tidak tahu nama2 bunga yang indah itu, yang aku tahu hanyalah Aku suka pada keindahannya tanpa harus tahu berbagai nama bunganya

Warnanya teduh selaksa alunan jernih simfoni alam di bukit love

Bernada indah selaksa alunan keroncong di pingiran sungai bengawan solo

Cinta dan rasa indahnya ingin kugenggam dalam keabadian

Tergambar jelas keindahan edeilwes yang mempesona

Warna warni cakrawala mengajarkanku akan arti hidup

Sepoi angin bahwa hidup selaksa angin berjalan, mengitari dan menembus lintasan hidup membentang

Angin terus bergerak di berbagai musim, pergantian musim tidak menjadi penghalang kodratnya

Aku bertafakkur bersama derai tawa jingga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun