Mohon tunggu...
Ali Harsojo
Ali Harsojo Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah guru biasa yang suka belajar, menulis dan berbagi. Terutama tentang pendidikan, budaya, dan literasi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kembali Nol: Guru Penggerak yang Tidak Bisa Dicontoh

21 Januari 2023   09:27 Diperbarui: 21 Januari 2023   09:36 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guru Penggerak merupakan katalis perubahan pendidikan. Sebelum menjadi dan lulus sebagai guru penggerak, ia telah melalui berbagai proses yang cukup panjang. Mulai dari memami pengumuman, mendaftar, mengikuti uji seleksi administrasi dan simulasi mengajar serta wawancara, pendidikan guru penggerak. 

Nah, jika ada yang mengatakan bahwa kembali ke nol, dan guru penggerak tidak bisa dicontoh, itu salah besar. Sebab, program guru penggerak ini merupakan program yang sangat bagus. Oleh karena itu, dilaksanakan secara menyeluruh untuk guru di seluruh pelosok nusantara. Mengapa program guru penggerak sangat bagus? Sebab, intinya mencetak guru sebagai pembelajar, pemimpin pembelajaran, agen perubahan, penggagas komunitas praktisi, belajar dan berkarya, melakukan aksi nyata, berpihak kepada murid, menuntun kodrat murid melalui pendidikan dengan filosofi KHD serta sangat banyak lagi nilai positifnya.

Sehingga, jika ada yang mengatakan bahwa program guru penggerak itu program yang kurang bagus, maka ia perlu belajar lagi secara lebih saksama. Tidak cukup hanya belajar dengan membaca. Bahwa guru penggerak itu telah melakukan kegiatan membaca, menulis, aksi nyata dan telah merumuskan visi misi guru penggerak yang akan ia lakukan pascapelatihan.

Dalam pendidikan calon guru penggerak, ia ditempa dengan keilmuan yang mendalam tentang pendidikan dan pembelajaran. Diajak berdiskusi bagaimana menjadi pembelajar sejati. Didorong untuk menjadi pemimpin pembelajaran yang berpihak kepada murid. CGP juga dibekali dengan kecakapan coaching dan fasilitasi. Tak heran jika dalam praktiknya, ia telah melakukan coaching dengan teman sejawat, restitusi dengan peserta didik serta telah melakukan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi.

Memang, tantangannya cukup berat. Terutama di lingkungan sekolah yang tidak seirama. Artinya, energi positif dari beberapa guru di sebuah sekolah tidaklah sama yang diberikan kepada CGP di sekolah itu. Oleh karena itu, saya ingin mengatakan hebat kepada para CGP yang tetap eksis dan semagat di tengah "cibiran" beberapa rekan sejawatnya yang kurang ada kemauan untuk belajar.

Kembali ke judul. Bahwa kembali ke nol, guru penggerak ada yang tidak bisa dicontoh? mungkin saja bisa terjadi. Artinya, setelah ia belajar dan melakukan selama 6 bulan dengan berbagai praktik pembelajaran, maka setelah dinyatakan lulus, semangatnya tidak lagi seperti saat memulai. Ia mulai kendor lagi. Bahkan, mungkin jadi, di tengah terpaan guyonan teman-temannya, ia merasa risih dan kembali pada zona nyaman.

Apakah hal itu terjadi? Kita berharap tidak pernah terjadi. Jika kita menemukan Guru Penggerak yang kembali tidur lagi setelah lulus, janganlah dicontoh. Kita, meskipun bukan GP haruslah semangat untuk mendidik murid kita. Jadi, sebagai guru penggerak, janganlah kembali ke Nol lagi. Sebab, jika kembali ke pengaturan awal, maka ia akan benar-benar tidak bisa dicontoh. 

Ayo terus bergerak dan menggerakkan. Bengun komunitas praktisi yang produktif. Salam bahagia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun