Nasionalisme Indonesia merupakan nasionalisme berpondasi Pancasila. Dalam hal ini nasionalisme lebih erat kaitannya dengan sila kelima yaitu “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” yang oleh Bung Karno disebut socio-nasionalisme. Nasionalisme yang demikian menghendaki penghargaan, penghormatan, toleransi kepada bangsa atau suku lain. Oleh karena itu, nasionalisme Indonesia bertolak belakang dengan nasionalisme Barat yang bisa mengarah pada sovinisme atau nasionalisme sempit yang menganggap bahwa bangsa atau sukunya sendirilah yang paling bagus dan paling unggul sehingga tidak menyukai atau memandang rendah bangsa atau suku lain. Harusnya inilah yang harus kembali kita ingatkan kepada sebagian besar masyarakat Indonesia terutama generasi muda agar tidak terlalu larut dalam budaya Barat yang kini mereka “dewa” kan.
Rasa cinta tanah air, merupakan salah satu pupuk untuk membesarkan rasa nasionalisme di mata generasi muda Indonesia. Perwujudan rasa cinta tanah air tersebut dapat berupa macam-macam, dan tentunya setiap orang memiliki caranya sendiri. Rasa cinta tanah air sebenarnya telah berusaha ditanamkan pada generasi muda pada masa menempuh pendidikan sekolah dasar, dimulai dari lagu kebangsaan dan lagu nasional, mengenal tarian daerah dan adat-istiadat. Namun seiring perkembangan zaman, ketika tidak ada lagi yang memberikan “pupuk cinta tanah air” maka ibarat tanah pertanian yang kesuburannya semakin berkurang akibat kurangnya bahan organik (budaya Indonesia) dalam tanah karena tanah telah jenuh dengan bahan-bahan kimia dalam pupuk anorganik (budaya luar), maka secara tidak langsung, rasa nasionalisme itu semakin terkikis dari benak generasi muda Indonesia. Untuk memelihara nasionalisme tersebut, peran lingkungan terutama keluarga dan sekolah sangatlah penting. Terutama untuk menyiapkan generasi muda kita menuju kehidupan bermasyarakat yang diharapkan dapat berkeadilan dan berkemakmuran, sesuai dengan pengamalan sila kelima dalam Pancasila.
Jika dihubungkan, sila kelima dalam Pancasila juga erat hubungannya dengan kehidupan perekonomian bangsa Indonesia. Bagaimanapun juga perekonomian merupakan akar kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam sila kelima ini pula terdapat teladan bahwa dalam pengamalannya, sikap yang perlu ditumbuhkan adalah sikap suka bekerja dan sikap menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan bersama. Tentunya dalam membangun suatu perekonomian dibutuhkan sikap teladan seperti ini. Gejala yang tampak dalam masyarakat Indonesia saat ini adalah peningkatan jumlah pengangguran terdidik karena keterbatasan lapangan pekerjaan. Belum lagi akibat krisis global yang mengakibatkan sejumlah perusahaan membatasi jumlah pekerjanya untuk meingkatkan efisiensi bahkan tidak sedikit pula yang terpaksa gulung tikar sehingga mengakibatkan peningkatan jumlah pengangguran.
Dalam menghadapi tantangan kehidupan terutama perekonomian di masa yang akan datang, diperlukan intelektualitas dan kreatifitas dari pelaku ekonomi tersebut agar mampu bertahan bahkan terus maju. Dewasa ini pemerintah berupaya memajukan industri kreatif yang diharapkan dapat menjadi pilar utama dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif yang memberikan dampak positif bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan misi “Indonesia Kreatif 2009” pemerintah berupaya untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi pelaku usaha di sektor industri kreatif ini.
Komponen-komponen industri kreatif antara lain intelektual sebagai modal utama, dan didukung oleh bisnis, teknologi, seni, dan budaya. Sedangkan sektor-sektor industri kreatif menurut Departemen Perdagangan meliputi 14 subsektor, antara lain: 1) jasa periklanan; 2) arsitektur; 3) seni rupa; 4) kerajinan; 5) desain; 6) mode/ fashion; 7) film; 8) musik; 9) seni pertunjukan; 10) penerbitan; 11) riset dan pengembangan; 12) software; 13) TV dan radio; 14) video game. Dalam kaitannya dengan nasionalisme, industri kreatif merupakan sarana yang sangat memadai untuk membangkitkan kembali rasa cinta tanah air dan nasionalisme, terutama di kalangan generasi muda sebagai penggerak utama industri ini.
Intelektual dan kreativitas merupakan bekal utama untuk menjalankan industri kreatif. Pengetahuan pada umumnya telah diperoleh semasa sekolah atau kuliah. Namun kreativitas merupakan softskill yang diperoleh apabila diasah melalui pengembangan minat dan bakat. Hasil dari proses kreatif yaitu produk kreatif. Umumnya produk kreatif banyak diminati karena ada gebrakan atau inovasi didalamnya, membuat sesuatu yang sebelumnya biasa menjadi lebih dari sekedar biasa. Melalui pola pikir yang kreatif, rasa nasionalisme dapat dipupuk dan ditanamkan kepada generasi muda Indonesia yang senantiasa haus akan rasa ingin tahu dan cenderung mengikuti arus atau trend.
Berkaca dari kondisi yang ada saat ini, dimana budaya Barat terasa masih mendominasi sebagai trend masa kini, mulai dari hal yang pokok, yaitu sandang, pangan, dan papan kita. Trend fashion Indonesia yang desainnya sebagian besar dibuat oleh generasi muda, umumnya masih mengarah pada mode Barat. Trend ini bahkan telah sampai pada masyarakat pedesaan sehingga kita hanya akan menjumpai orang-orang tua saja yang memakai kebaya dan kain batik jarik. Dengan kreativitas pemuda yang ada, mode pakaian tradisional diakulturasi dalam mode pakaian modern dalam hal ini adalah nilai budaya atau tradisi yang melekat pada mode itu sendiri.
Begitu pula dengan trend pangan, dimana produk gandum lebih digemari daripada beras atau umbi-umbian yang merupakan bahan pangan lokal. Makanan cepat saji lebih digemari daripada makanan tradisional karena makanan tradisional terkendala dalam lama penyediaannya. Perkembangan industri kreatif melalui penyediaan pangan lokal tradisional yang telah diakulturasi dalam bentuk pangan modern dengan konsep cepat saji atau francise sehingga lebih mudah dijangkau oleh masyarakat.
Tidak jauh berbeda dengan trend desain hunian tempat tinggal yang juga masih didominasi oleh trend desain rumah Eropa atau Mediterania yang terkesan mewah. Padahal dalam pengamalan Pancasila sila kelima jelas bahwa sikap teladan yang baik adalah menghindari hal-hal yang bersifat pemborosan dan bergaya hidup mewah. Rumah bergaya Eropa tentunya jauh berbeda dengan desain rumah adat Indonesia yang umumnya disesuaikan dengan kondisi setempat. Bahkan arsitektur rumah bergaya Eropa dinilai lebih boros energi. Oleh karena itu, melalui pengembangan industri kreatif di sektor arsitektur, mulai dikembangkan desain rumah tropis yang telah disesuaikan dengan kondisi iklim dan tanah di Indonesia, sehingga diharapkan dapat lebih hemat energi.
Seni rupa, kerajinan, mode, film, musik, dan seni pertunjukan merupakan sektor terbesar yang dapat disentuh oleh budaya Indonesia. Pengenalan cinta tanah air melalui sektor-sektor tersebut dapat dilakukan melalui akulturasi budaya, yaitu dengan mengembangkan seni sesuai perkembangan jaman tetapi tanpa meninggalkan nilai-nilai budaya asli Indonesia yang ketimuran. Nilai kegotongroyongan, kesopanan, keluhuran budi pekerti dan toleransi. Nilai-nilai inilah yang mulai hilang dari sanubari sebagian besar masyarakat Indonesia, dan mulai diisi dengan nilai individualis. Oleh karena itu, tawuran antar warga bahkan antar pelajar pun masih kerap terjadi. Untuk mewujudkan perekonomian yang ideal, dibutuhkan kerjasama dan gotong royong dari berbagai pihak, terutama masyarakat sebagai pelaku utama yang paling merasakan dampak perubahan ekonomi. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat dan sumber daya lokal daerah perlu ditingkatkan, misalnya dalam seni kerajinan tangan khas daerah yang umumnya dapat menyerap banyak tenaga kerja. Pemerintah bertindak sebagai katalisator dalam mempercepat pembangunan industri kreatif di daerah, misalnya dengan memberikan kemudahan permodalan, perpajakan, dan akses terutama informasi. Pada kasus Bandung Kota Kreatif, pemerintah dan pemuda bekerja bahu-membahu untuk menggerakkan perekonomian di Kota Bandung. Hal ini distimulasi oleh pernyataan kebijakan pemerintah bahwa Bandung adalah kota kreatif serta adanya pengembangan industri kreatif dengan cara membangun sumber daya manusia Jawa Barat yang kreatif, inovatif, dan produktif. Masyarakat diberdayakan melalui komunitas kreatif untuk menjadi produktif, tidak hanya konsumtif. Dalam hal ini, terasa ada kebanggaan dari masyarakat Bandung akan potensi yang ada dalam dirinya dan juga daerahnya. Kebanggaan itu mereka tuangkan dalam setiap produk kreatifnya, misalnya kaos yang bertuliskan pesan-pesan dalam bahasa Sunda atau kaos wisata yang akan senantiasa diingat orang lain yang memakainya.
Lembaga Alam Tropika Indonesia, sebuah lembaga swadaya yang bergerak di bidang kehutanan dan berlokasi tidak jauh dari kampus Institut Pertanian Bogor memiliki program Environmental and Entrepreneurship Course (EEC). Program ini bertujuan untuk membekali generasi muda Indonesia yang tidak memiliki kesempatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dengan keterampilan agar kelak peserta didik siap untuk terjun ke masyarakat dengan kemandirian usaha yang mereka miliki. Ada empat kelas kursus, yaitu Hortikultura (pertanian), Handicraft (kerajinan tangan), Jurnalistik, dan Desain Grafis. Tim pengajar merupakan relawan yang berasal dari anggota lembaga swadaya masyarakat dan mahasiswa. Peserta didik diasah keterampilannya melalui pemberdayaan potensi lokal yang ada di sekitar mereka. Pendekatan kecintaan terhadap tanah air juga ditanamkan dalam program ini, misalnya dalam kelas kerajinan tangan, dimana mereka membuat produk-produk yang menggambarkan budaya Indonesia, misalnya boneka adat, tari-tarian, dan kerajinan manik-manik yang terkenal di Kalimantan. Kerajinan tangan buatan mereka telah diperkenalkan hingga ke Dewan Kerajinan Nasional Daerah Kota Bogor. Dengan demikian, pemerintah turut membantu pengembangan usaha ini. Di kemudian hari peserta diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaannya sendiri dengan memberdayakan masyarakat yang ada di lingkungan sekitarnya. Kelas Jurnalistik dan Desain Grafis turut membantu dalam periklanan dan pemasaran produk-produk kreatif hasil karya rekan-rekannya yang lain. Demikianlah nasionalisme Indonesia hendaknya tumbuh, dengan rasa saling menghargai karya orang lain dan bekerja sama saling memajukan satu sama lain. Dalam hal ini, nasionalisme dapat diartikan sebagai suatu kebanggaan akan segala potensi yang dimiliki oleh suatu bangsa yang tidak kalah dengan bangsa lain. Berupaya untuk maju dengan memanfaatkan segala potensi yang dimiliki sehingga tidak selalu bergantung pada bangsa lain. Rasa saling menghargai dan menghormati hasil karya orang lain sehingga menimbulkan mutual understanding dalam kehidupan multi-budaya. Rasa nasionalisme ini hendaknya diwujudkan dalam kehidupan kita sehari-hari, mulai dari hal yang kecil yaitu dengan mencintai produk dalam negeri, hasil karya putera bangsa, yang dikembangkan dari potensi lokal yang ada. Dengan pemberdayaan potensi lokal yang ada, tentunya akan mendatangkan manfaat yang lebih banyak bagi kemakmuran masyarakat serta mengakibatkan kemandirian dari masyarakat tersebut. Dikemudian hari, hal ini akan menjadi identitas nasional Indonesia untuk bisa dikenal dalam kehidupan global yang beraneka ragam.