Pada tahun 2013, Perdana Menteri Israel dan Presiden Palestina menjalankan sebuah perundingan damai di bawah pengawasan Amerika Serikat. Perundingan itu tidak berjalan secara baik, mengingat Israel yang telah ingkar membebaskan 26 tahanan penjara Palestina sesuai dengan waktu yang telah dijanjikan. Setelah ketegangan Israel dan Palestina, juga diiringi oleh konflik internal politik Palestina antara Hamas dan Fatah, Hamas berhasil memulai beberapa serangannya. Serang-menyerang selama 50 hari berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir. Perang ini berdampak sebanyak 2.200 warga Palestina meninggal dunia, 11.000 terluka, serta 17.000 rumah warga hancur. Di sisi lain, Israel dengan 71 korban jiwa. Hal ini menunjukkan kerugian besar yang telah Palestina alami.
Apabila mengkaji mengenai Palestina dan Israel, perlu diingat kembali Nakba, dalam sejarah Palestina, merupakan sebuah tragedi kelam berupa penghancuran yang terjadi pada tahun 1948. Nakba merupakan peristiwa pembersihan etnis terhadap masyarakat Palestina oleh Israel. Beberapa negara Arab telah berupaya untuk mencegah terjadinya pemisahan di Palestina, namun Israel mengalahkan tentara-tentara mereka. Pada Agustus 1948, warga Palestina telah kehilangan rumah serta properti milik mereka. Peristiwa ini memiliki kemiripan dengan beberapa tragedi lain, salah satunya merupakan Turki dan Yunani setelah Perang Dunia I. Namun, Peristiwa Nakba memiliki tiga kunci yang membedakan peristiwa tersebut dengan peristiwa lainnya, yaitu perpindahan penduduk asli, bersifat merugikan satu pihak (Palestina), serta terdapat pengusiran besar-besaran. Musa al-Alami melalui bukunya memaparkan kesalahan-kesalahan serta siapa yang bertanggung jawab atas kalahnya Palestina pada saat itu. Faktor eksternal yang ditekankan adalah Inggris, Amerika, serta Rusia yang mengakibatkan terjadinya peristiwa Nakba.
Beberapa saat lalu, pada tanggal 7 Oktober 2023 terjadi sebuah peristiwa titik balik yang dilakukan oleh Hamas. Pada Hari Sabat, pada hari terakhir sebuah festival perayaan, Hamas melakukan aksi al-Aqsa Flood, yaitu berupa serangan terhadap beberapa border Israel. Hamas melakukan serangan dengan mengirimkan tentara lalu meledakkan tembok dan pembatas. Setelah itu, Hamas mulai menyerang markas besar Israeli Defend Forces (IDF) dan berhasil membuat IDF lengah dengan berjalannya aksi mereka. Setelah berhasil menyerang markas IDF, Hamas melakukan penculikan dan penyerangan terhadap perwira dan warga sipil di Israel. Segelintir kejadian-kejadian tersebut kemudian menuai respon dari Israel. Israel memulai misinya melalui Operation Iron Swords yang bertujuan untuk merebut kembali wilayah yang berhasil dikuasai oleh Hamas. Terjadi beberapa kejadian serang-menyerang antara Israel dan Hamas, mulai di Kota Sderot, hingga daerah Tepi Barat. Dalam serang-menyerang ini, Palestina mengalami kehilangan yang masif. Lebih dari 400 orang Palestina terbunuh akibat ledakan yang tiada hentinya diluncurkan oleh Israel. Akibatnya, rumah sakit tidak dapat berfungsi dengan semestinya, karena para tenaga medis pun tidak mampu menangani lonjakan pasien yang terjadi akibat peristiwa ini.
Dalam merespon Peristiwa 7 Oktober 2023, Hamas merilis sebuah laporan resmi yang berisi mengenai motif dari kejadian pada hari itu. Hamas menyampaikan bahwa operasi al-Aqsa flood perlu dilakukan untuk melawan rencana Israel dalam merampas lahan Palestina, melakukan Yahudisasi di tanah Palestina, serta mengambil kendali atas tempat-tempat suci seperti Masjid Al-Aqsa. Hamas juga mengakui bahwa terdapat kesalahan dalam operasi tersebut yang menyebabkan kekacauan terjadi. Namun, Hamas tetap menekankan bahwa operasi tersebut merupakan bagian dari upaya mereka dalam meraih kemerdekaan serta membebaskan diri dari kekuasaan Israel.
Setelah mengkaji beberapa peristiwa-peristiwa kunci Israel-Palestina, penulis berhasil mengidentifikasi perspektif yang tepat sebagai lensa dalam memandang permasalahan ini, yaitu melalui perspektif orientalisme. Melalui buku Edward W. Said, orientalisme dijelaskan sebagai perspektif yang menegaskan mengenai perbedaan antara Timur dan Barat. Kata oriental sendiri digunakan untuk mendeskripsikan Timur, baik secara geografis maupun budaya. Melalui sudut pandang Barat, Timur dipandang sebagai inferior, malas, serakah, serta kasar. Said juga menekankan bahwa Barat memiliki persepsi tertentu terhadap budaya Timur, dimana orang Barat memandang orang Timur penuh dengan generalisasi pada tindakan yang dilakukan oleh individu. Said berpendapat bahwa hal ini disebabkan karena adanya pengaruh Eurosentrisme. Selain itu, Said dalam bukunya juga menekankan peran signifikan invasi Napoleon kepada mesir terhadap Orientalisme, seperti mempengaruhi pandangan Eropa terhadap Timur, khususnya dalam konteks ini Mesir.
Mengaitkan perspektif orientalisme dengan Israel-Palestina, negara-negara barat, khususnya Amerika Serikat telah berhasil menunjukkan sikap keberpihakannya terhadap Israel. Amerika Serikat dalam prosesnya telah banyak memberikan dukungan terhadap Israel, baik secara ekonomi, militer, serta diplomatik. Sejak tahun 1976, Amerika Serikat memberikan lebih dari $140 juta sebagai bentuk dukungan terhadap Israel. Terlebih lagi, Amerika Serikat juga mendanai Israel untuk mengembangkan persenjataan serta memberikan akses kepada Israel terhadap persenjataan terbaik milik Amerika Serikat. Dalam konteks diplomatik, Israel juga menerima bantuan yang besar dari Amerika Serikat, seperti memveto 32 resolusi yang kritis terhadap Israel oleh Dewan Keamanan PBB. Dukungan ini dipengaruhi oleh individu-individu serta kelompok yang mendorong Amerika Serikat untuk membuat kebijakan Amerika Serikat mengarah Pro-Israel, disebut sebagai “Israel Lobby”. Umumnya, mereka adalah American Jews yang aktif dalam mendorong Amerika Serikat dalam membuat kebijakan, seperti memilih kandidat yang Pro-Israel. Namun, perlu ditekankan bahwa tidak semua American Jews merupakan bagian dari “Israel Lobby”. Dapat disimpulkan bahwa kelompok “Israel Lobby” menunjukkan bahwa keberpihakan Amerika Serikat terhadap Israel bukan semata-mata disebabkan oleh kesamaan kepentingan strategis.
DAFTAR PUSTAKA
ACLED. (2023, October 20). Fact Sheet: Israel and Palestine Conflict (19 October 2023) - occupied Palestinian territory. ReliefWeb. Retrieved April 1, 2024, from https://reliefweb.int/report/occupied-palestinian-territory/fact-sheet-israel-and-palestine-conflict-19-october-2023
Alouf, R. A. (2023, October 8). Gaza hospital deluged as Israel retaliation kills and wounds hundreds. BBC. Retrieved April 4, 2024, from https://www.bbc.com/news/world-middle-east-67045078
Arosoiae, A. (2015). Israel-Palestine, 4. https://www.jstor.org/stable/pdf/26351320.pdf?refreqid=fastly-default%3Ad8c888f246185cfc18c436df755174f4&ab_segments=0%2Fbasic_search_gsv2%2Fcontrol&origin=&initiator=&acceptTC=1
Greenstein, R. (2019). Racism After Apartheid (V. Satgar, Ed.). https://www.jstor.org/stable/pdf/10.18772/22019033061.8.pdf?refreqid=fastly-default%3A8fd9db174bddbb1c0b4b2ca02bc4f559&ab_segments=0%2Fbasic_search_gsv2%2Fcontrol&origin=&initiator=&acceptTC=1
Haboush, M., & Topcu, G. (2024, 2 23). Hamas releases report clarifying Operation Al-Aqsa Flood. https://www.aa.com.tr/en/middle-east/hamas-releases-report-clarifying-operation-al-aqsa-flood/3115099
Manna', A. (2013). The Palestinian Nakba and its Countinuous Repercussions, 14. https://www.jstor.org/stable/pdf/10.2979/israelstudies.18.2.86.pdf?refreqid=fastly-default%3Aad18294cc8810fb800e48013a3894fc8&ab_segments=0%2Fbasic_search_gsv2%2Fcontrol&origin=&initiator=&acceptTC=1
Said, E. W. (2003). Orientalism. Penguin Group.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI