Masih berkaitan dengan Hari Kemerdekaaan Republik Indonesia. Jika tadi saya menceritakan bagaimana sedihnya Eyang Putri ketika diajak mengungsi di masa sebelum merdeka dan awal kemerdekaan, maka sekarang saya ingin menceritakan bagaimana bahagianya ibu saya, ketika adik diterima SBMPTN 2020.
Tahun 2020 memang masa yang sulit. Bukan karena apa. Karena tahun ini seluruh dunia mengalami efek pandemi. Efeknya bukan saja pada kesehatan, tetapi juga ekonomi yang membuat terpuruk banyak orang. Pengangguran bertambah, pengurangan pendapatan, menurunnya daya beli masyarakat. Semua berkaitan.Â
Demikian pula untuk urusan sekolah dan kuliah. Semua terhambat dalam menjalankan studinya. Anak sekolah harus belajar dari rumah secara online. Demikian pula para mahasiswa. Tidak ada pembelajaran lewat tatap muka, karena ada pandemi. Saya sendiri, karena sedang skripsi, lumayan kesulitan ketika akan konsultasi ke dosen. (Minta doanya ya, agar saya cepat lulus. Aamiin.).Â
Cukup merepotkan, karena hal ini adalah hal baru dan dialami untuk pertama kalinya. Tidak ada persiapan dan harus mencari solusi yang terbaik. Tentu saja tidak mudah, meski dengan cara mencari solusi terbaik. Dan bisa dimaklumi jika semuanya terhambat. Dunia seolah berjalan lambat dan statis. Ups, tapi saya tidak sedang menceritakan diri saya. Saya bercerita tentang ibu.Â
Ibu saya sebagai orang tua juga mengalaminya. Adik lulus SMA tahun ini. Ia generasi era covid. Yang tidak ada pesta kelulusan dan perpisahan. Sejak tanggal 16 Maret 2020 lalu, tidak ada proses belajar mengajar secara tatap muka. Padahal menjelang ujian kelulusan dan UN. Lalu ada keputusan dari Menteri Pendidikan bahwa UN ditiadakan. Hanya ada Ujian Sekolah. Itupun secara online. Ujian di rumah. Dan dinyatakan lulus.
Bulan Juli lalu, adik mengikuti UTBK SBMPTN. Dan tanggal 14 Agustus 2020, pengumuman. Adik dinyatakan lolos. Alhamdulillah. Adik diterima, meski pilihan kedua. Diantara 702.420 siswa yang ikut SBMPTN, yang diterima hanya 23,67% saja (sumber: Kompas.com).Â
Betapa bahagianya ibu. Bisa mengantar adik hingga ke jenjang yang lebih tinggi. Itulah arti merdeka di era kemerdekaan tahun 2020 ini bagi ibu saya. Apalagi dengan kondisi pandemi saat ini. Yang semuanya amat merepotkan. Semuanya dengan aturan baru alias new normal. Serba susah. Tetapi mampu terlampaui.Â
Jadi, merdeka itu bisa berbagai macam ungkapan. Tidak harus berjuang melawan penjajah saja, ya. Ketika berjuang demi putra-putrinya dan mampu mencapai ekspektasi, itu juga merdeka. Itulah merdeka ala ibu saya.Â
Untuk Ibu dan Adik, selamat ya. Kebahagian itu juga milik saya dan ayah, loh.
Salam Merdeka!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H