Seiring perkembangan waktu dan teknologi, permasalahan dalam masyarakat terus berkembang. Topik pembicaraan pun kian beragam, dari topik pemilihan kepala daerah  hingga situasi politik internasional dappat mudah ditemui di warung-warung makan desa atau melalui grup whatsapp warga.Â
Namun ada permasalahan yang tidak pernah berubah dari waktu ke waktu, persampahan. Permasalahan sampah kian hari tidak berkembang, selalu berkutat pada produksi sampah dari masyarakat yang tinggi dan penampungan/pengelolaan sampah yang terbatas. Hal ini pula yang terjadi di Kedungsugih Pagerbarang Tegal Jawa Tengah.
Dalam suatu kesempatan Kepala Desa Kedungsugih, Sumitro mengatakan,"Desa Kedungsugih sudah memiliki penampungan sampah yang mampu menampung hingga lima tahun produksi sampah warga". Ketika ditanya bagaimana jika sudah lima tahun dan penampungan sampah penuh Sumitro menjawab,"Ya itu urusan nanti".Â
Meskipun terdapat BUMDes yang mengelola sampah, tidak ada konsep dan masterplan yang jelas dalam pengelolaan sampah di Kedungsugih. Hal ini dipandang sebagai celah mahasiswa untuk memberikan intervensi  keilmuan dalam upaya pengembangan masyarakat.Â
Adalah Farhan Ahsani, mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota Undip Semarang yang tergerak untuk mendorong masyarakat mengelola sampahnya secara mandiri dan sistematis. Terhitung sejak dijalankan dari 12 Januari 2020, program rencana tindak pada pengelolaan sampah masyarakat sudah menghasilkan banyak diskusi untuk menemukan masalah dan solusinya.Â
Dalam salah satu pertemuannya, ketua BUMDes menjelaskan,"Kita sudah ada divisi pengelolaan sampah, kita lihat dulu keberjalanannya tahun ini".Â
Farhan memiliki pandangan yang berbeda dengan ketua BUMDes, dalam pertemuannya dengan ketua divisi persampahan, Khoirunisa, pada 15 Januari, Farhan menjelaskan bahwa pengelolaan sampah harus dibuat target dan strategi pengembangannya.Â
Pada tanggal 28 Januari 2020 bertempat di Balai Desa Kedungsugih, konsep pengelolaan sampah berkesempatan untuk dipaparkan di hadapan warga, perangkat desa, dan BUMDes.Â
Dalam pemaparan itu Farhan menjelaskan, sampah harus dipilah sejak dari sumbernya, ada sampah organik dan non organik. Rumah tangga/warga berperan penting untuk mengurangi timbulan sampah melaui program Reuse, Reduce, Recycle.Â
Dengan begitu pengangkut sampah hanya mengangkut sampah organik saja. Sedangkan sampah non organik dikumpulkan dan dikelola oleh bank sampah. Masyarakat menyambut hangat tawaran ide ini. Namun ketika ditanyakan kembali kapan akan dimulai kegiatan bank sampah masyarakat, kebanyakan warga hanya diam dan menunggu warga lain untuk berinisiatif.Â
Selanjutnya pada malam tersebut, setelah usai pemaparan, Farhan selaku mahasiswa memberikan poster pedoman pengelolaan sampah masyarakat kepada Khoirunisa sebagai perwakilan dari BUMDes yang mengelola persampahan.Â
Nama Program : Rencana Tindak pada Manajemen Sampah MasyarakatÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H