Mohon tunggu...
Alifya Ayesha Safa Aurora
Alifya Ayesha Safa Aurora Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi di Universitas Andalas

✿

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stunting Issue di Indonesia dari Berbagai Sudut Pandang

18 November 2022   00:36 Diperbarui: 23 Juli 2023   21:08 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stunting issue merupakan sebuah isu yang terjadi dimana seorang anak mengalami ‘pengerdilan’ yang membuat pertumbuhan tubuhnya tidak sesuai dengan umurnya. Stunting ini bisa disebabkan oleh kurangnya nutrisi sejak bayi dalam kandungan hingga masa-masa awal setelah lahir yang mana berakibat pada  munculnya masalah kesehatan pada bayi hingga dewasa. Stunting ini juga berdampak kepada penurunan IQ serta turut memiliki resiko yang cukup besar untuk terkena penyakit-penyakit lainnya, seperti kanker dan diabetes.

Jika dikaitkan dengan unsur geografisnya, kasus stunting ini sering terjadi di daerah-daerah terpencil, terutama daerah-daerah yang kurang memiliki air bersih serta makanan dengan gizi yang cukup. Di Indonesia sendiri, salah satu penyebab stunting issue ini adalah rendahnya kesadaran orang tua akan gizi seimbang untuk anak, yang biasanya dimulai dengan pola makan ibu yang buruk sehingga berdampak pada ASI yang diberikan pada anak. 

Selain itu, masih banyak juga orang tua yang tidak memahami pentingnya ASI dan hanya mengandalkan susu formula saja. Maka dari itu, ketika anak mulai mencapai usia 1-2 tahun, sang anak tidak tumbuh sesuai umurnya.

Dalam studi epidemiologi, jika dikaitkan dengan stunting issue, dapat dilihat bahwa penyakit-penyakit yang dialami oleh masyarakat kalangan atas memiliki perbedaan dengan penyakit yang dialami oleh masyarakat dari kalangan bawah. Penyakit stunting issue yang disebabkan oleh keburukan gizi ini jarang terjadi pada masyarakat kalangan atas, namun masyarakat kalangan atas lebih sering terkena penyakit-penyakit lain yang disebabkan oleh lifestyle-nya.

Dari sudut pandang fungsionalis, perbandingan antara kasus stunting issue dengan tenaga medis sangatlah jomplang di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil yang memiliki jumlah kasus yang masih sangat banyak dengan jumlah tenaga medis aktif yang dapat dihitung dengan jari. Dari sudut pandang konfliknya, masyarakat kelas bawah yang tinggal di daerah terpencil masih memiliki edukasi yang rendah tentang kesehatan. Selain itu kapitalisme juga merupakan konflik yang tidak terelakkan dimana rumah sakit merupakan fasilitas publik yang komersil sehingga masyarakat kalangan bawah harus berfikir ulang jika ingin check-up ke rumah sakit.

Sedangkan, jika dilihat dari sudut pandang interaksional, orang-orang masih memandang atau menginterpretasikan penyakit secara berbeda-beda karena tidak adanya tenaga medis atau dokter yang dapat mengajak mereka berinteraksi untuk menjelaskan penyakit yang ada, sehingga masih cukup sulit untuk melabeli stunting issue ini serta masih tertanam stigma yang berbeda-beda mengenai stunting issue bagi setiap orang karena kurangnya edukasi.

Untuk mencegah stunting issue sendiri, tentunya membutuhkan nutrisi yang tepat baik untuk ibu yang nantinya akan diberikan kepada sang anak. Ibu yang sedang mengandung harus mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang agar nutrisi yang akan diberikan kepada sang janin akan sesuai.

 Orang tua juga harus mempraktekkan pola hidup bersih dan benar serta mencuci tangan dengan air bersih dan sabun. Saat bayi sudah lahir, ibu memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama, dan saat bayi disapih haruslah diberikan makanan bernutrisi dan bergizi sehingga berat bayi mencapai bobot yang seharusnya. Jika anak memiliki berat kurang dari 2,5 kg dan tumbuh lebih lambat, orang tua harus berkonsultasi pada dokter atau petugas kesehatan terdekat.

Di Indonesia, pemerintah telah meluncurkan Gerakan Masyarakat 1.000 Hari Kehidupan Pertama sejak beberapa tahun silam. Hal ini dikarenakan 1,000 hari pertama anak lahir merupakan hari dimana anak harus memiliki nutrisi yang cukup agar bisa berkembang sesuai dengan yang seharusnya. Gerakan ini berfokus pada pemenuhan nutrisi untuk anak-anak dari fase kehamilan hingga usia dua tahun. 

Pemerintah juga meluncurkan strategi nasional untuk Percepatan Pencegahan Stunting pada tahun 2017, yang di dalamnya mencakup komitmen 22 kementerian untuk berbagai program pencegahan stunting. Strategi ini menargetkan 100 kabupaten/kota dengan prevalensi stunting yang tinggi. Jumlah kabupaten meningkat menjadi 160 pada tahun 2019, 360 kabupaten/kota pada tahun 2020, dan akhirnya 514 kabupaten/kota  pada tahun 2021.

Tantangan dari program pemerintah ini adalah program ini harus berjalan secara merata di seluruh daerah Indonesia. Sebagai regional official di sebuah daerah, yang harus dilakukan kepada masyarakat dalam daerah tersebut adalah melancarkan strategi penyuluhan kepada masyarakat luas, dengan target utama orang tua dan ibu hamil yang harus memiliki pengetahuan tentang stunting issue ini.

Penyuluhan tersebut bisa mengandung pengetahuan tentang apa itu stunting issue, pemahaman tentang nutrisi, berbagai macam makanan agar anak bisa mencapai gizi seimbang, serta bagaimana menjaga pola makan agar tetap sehat bagi ibu hamil yang nantinya akan memberikan ASI. 

Selain itu, strategi yang dilakukan bisa juga dengan menyediakan sumber air bersih gratis dan puskesmas yang buka selama 24 jam dengan tenaga medis yang cukup agar orang tua yang mengalami hal yang berkaitan dengan stunting issue bisa berkonsultasi tanpa takut akan suatu hal tertentu. Program-program yang berkaitan dengan stunting issue ini juga harus disampaikan kepada para orang tua secara berkala agar program pemerintah sampai kepada masyarakat secara merata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun