Harga emas pada 2025 diprediksi berpeluang meroket lagi hingga 50%, setelah berhasil mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masanya pada 19 April 2024 lalu di level US$2.417 per ounce (intraday) dengan penutupan di US$2.390. Bahkan harga logam mulia diramal menembus US$3.500 pada akhir tahun depan. Menurut analis pasar, Ed Yardeni, lonjakan harga logam mulia akan terjadi jika inflasi melonjak lagi. Harga emas melonjak di level tertinggi bulan lalu. Siklus kenaikan upah disebabkan oleh kenaikan harga minyak saat ini, akan mengingatkan kita pada inflasi besar pada 1970-an, ketika harga emas melonjak. Dalam skenario ini, maka harga US$3.000-3.500 per ounce akan menjadi target realistis untuk emas hingga tahun 2025.
Lonjakan indeks harga konsumen memang telah turun drastis dari level tertingginya di atas 9% pada 2022, dengan inflasi 3,2% pada Februari 2024. Namun para analis dan ekonom menilai pasar telah memperingatkan potensi kebangkitan kembali inflasi karena gangguan rantai pasokan yang berasal dari konflik geopolitik dan kuatnya pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS). Tekanan inflasi juga diperburuk oleh kenaikan harga minyak karena produsen OPEC+ akan melanjutkan pengurangan produksi.
 Jika konflik di Timur Tengah meningkat, maka harga minyak bisa naik lebih dari US$100 per barel. Dengan begitu, ada kemungkinan 20% inflasi akan naik ke puncak kedua, yang akan mengakibatkan kenaikan harga emas. Prediksi senada juga disampaikan ekonom terkemuka David Rosenberg. Dia melihat potensi kenaikan 30% harga emas akibat risiko perkiraan penurunan suku bunga acuan AS (The Fed) dan meningkatnya konflik geopolitik.
Selain itu bank sentral, khususnya di negara-negara berkembang juga mulai memborong emas yang jumlahnya mencapai rekor dalam beberapa tahun terakhir, termasuk lebih dari seribu ton pada 2024, yang akan menjadi yang tertinggi ketiga sejak 1967. Bank-bank raksasa global memperkirakan emas akan memperpanjang kenaikan harganya dan kembali memecahkan rekor hingga 2025 ditopang derasnya arus masuk dana investor di exchange traded fund (ETF) emas dan penurunan tambahan suku bunga oleh bank sentral di penjuru dunia. Beberapa bank papan atas dunia itu bahkah memproyeksi harga logam kuning menembus US$3.000 tahun depan.Â
Aksi borong emas oleh bank sentral masih signifikan di pasar over the counter (OTC) London bisa mendorong sekitar 66% dari kenaikan harga emas, yang diprediksi menembus US$2.900 per ons pada awal 2025. Kenaikan bertahap arus dana ETF emas di Bursa setelah penurunan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve diramal akan mendorong kenaikan harga logam mulia sekitar 33%.Â
sepanjang tahun berjalan atau dalam periode 9 bulan terakhir, harga emas dalam negeri mencatat kenaikan 26,1% dari Rp1,05 juta per gram pada akhir Desember 2023 menjadi Rp1,32 juta per gram pada akhir September 2024. Harga emas spot dunia berhasil melesat lebih tinggi mencapai 30% dari sebelumnya US$2.029 per ounce pada akhir Desember 2023 menjadi US$2.639 per ounce pada akhir September 2024.
Tahun 2024 ini dinilai sebagai salah satu tahun terbaik emas karena berhasil mencatatkan kenaikan terbesar sejak 2010 dan memposisikan logam kuning sebagai aset investasi paling mencorong tahun ini. Logam mulia bahkan menembus rekor harga tertinggi di US$2.685,42 per ounce pekan lalu dan telah mencapai rekor tertinggi beberapa kali tahun ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H