Tentu ironis bila kita mengalami kelangkaan pupuk di tengah melimpahnya food waste di Indonesia. Menjadi paradoks pula bila kita khawatir soal krisis energi namun membiarkan jutaan potensi energi menumpuk di TPA hanya jadi limbah dan polusi. Mengapa kita tidak mengolahnya?
Berangkat dari kesadaran ini, kami pun berupaya mengelola food waste, mengubahnya dari polusi menjadi energi alternatif serta pupuk untuk mendukung kehidupan mikroba dan tanaman. Caranya dengan menggunakan teknologi biodigester salah satunya. Tentunya ada banyak cari lain yang diupayakan menjadi satu kesatuan ekosistem.
Tantangan gerakan ini adalah terletak pada edukasi masyarakat agar mereka menyadari nilai sampah sebagai energi sekaligus berempati pada mikroba penyubur tanah layaknya menyayangi kucing dan burung kicau di rumah. Tentu ini tidak mudah mengingat hari ini mikroba dicitrakan sebagai makhluk jahat. Padahal kita bisa hidup berdampingan dengan saling menguntungkan.
Berempati pada eksistensi mikroba menjadi modal dasar meminimalisir pencemaran limbah kamar mandi (greywater) ke tanah dan air tawar. Empati melahirkan kemauan untuk menjaga lingkungan dari limbah domestik. Entah dengan membuat filter, bak penyaring, maupun tanaman tertentu untuk memurnikan air hingga ramah bagi kehidupan mikroba maupun biota air tawar.
Langkahku ke Depan
Ini hanyalah perjalanan kecilku mendaur ulang pangan untuk menjaga lingkungan dari limbah domestik sekaligus mendukung energi ramah lingkungan. Langkah kecil ini adalah bekalku untuk tentukan masa depan lingkungan Sustainable.
Tentunya masih ada langkah panjang yang akan kulalui ke depan. Diantaranya adalah menyusun satu ekosistem ekonomi sirkular berbasis teknologi yang mendukung untuk ketahanan energi, pangan, dan kehidupan makhluk hidup.
Satu hal yang kutahu sekarang adalah, prilaku bijak mengelola sampah adalah langkah emas yang membentuk kebiasaan kita dalam memanfaatkan energi dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan.
Jika tidak peka terhadap sampah, rasanya sulit kita dapat memanfaatkan energi secara berkelanjutan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H