"Manusia memang tempatnya lupa, namun menjadi pelupa adalah pilihan buruk"
Sore itu, saya begitu bergembira karena mendapat konfirmasi dari salah satu pihak panitia lomba artikel blog, bahwa hadiah sudah ditransfer ke rekening. Kegembiraan saya begitu meluap, sebab sudah lama menanti "pemasukan taktis" tersebut untuk membayar beberapa hutang saya ke teman-teman di tempat kerja dan di salah satu warung kelontong.Â
Selama "penantian" tersebut, saya sudah lama menahan "tatapan mata" menagih hutang yang malu-malu dibalik raut wajah tersenyum ramah mereka. Tentu sangat tidak mengenakan hati bukan? Sebab itu, pesan konfirmasi pengiriman hadiah itu adalah "malaikat penyelamat" yang harus segera saya tangkap dengan segera.
Tak perlu waktu lama, saya langsung meluncur ke ATM terdekat. Namun perlu diketahui, tempat kerja saya adalah lahan pertanian rintisan berada di sebelah desa yang terletak di lereng gunung Slamet. Lokasi desa begitu jauh dari mesin ATM terdekat. Perjalanan menuju lokasi ATM terdekat membutuhkan waktu sekitar 25 menit perjalanan motor melalui medan jalan yang berliku tajam. Sebab itu, pergi ke ATM memerlukan niat yang tidak sedikit.
Saya menyalakan motor dengan berat hati saat melihat langit yang mendung menghitam. Namun, erangan mesin motor mengingatkan bahwa esok hari akan semakin padat bekerja, dan semakin sedikit kesempatan untuk membayar hutang. Dengan mantab gigi mesin saya masukan, dan meluncur ke bawah (baca : Kota).
Di tengah perjalanan, guyuran hujan lebat turun menyerbu badan. "Nah betul kan, hujan lebat akhirnya" ujar saya membetulkan kata hati saat menyalakan motor tadi. Saya semakin kencang menarik gas motor, dan baju pun semakin basah kuyup. "Tak apa-apa, ini hanya sekali" ujar saya menyemangati diri. Setelah berjibaku dengan hujan dan jalan berliku, saya sampai di ATM Baturaden terdekat dengan mata merah pedih akibat terpaan air hujan.
Saat itu, ATM memang dipenuhi orang, namun mereka hanyalah orang-orang yang berteduh dan terjebak oleh hujan. Jadi, tidak terlalu lama saya mendapatkan giliran untuk mengakses di ATM. Rasa senang pun meluap setiba di depan mesin ATM, seluruh badan yang basah seolah kering seketika. Namun, lonjakan kesenangan itu hanya sesaat hingga akhirnya saya setengah berteriak "astaga! Dimana dompetku?".
Masalah-Masalah yang Sering Dijumpai Pengguna Kartu ATM
Kira-kira sudah 3 menit saya dalam kebingungan sembari berkali-kali membuka tas dan saku secara bergantian sebelum kemudian saya teringat, bahwa dompet saya masih tertinggal di laci lemari tempat kerja.Â
Ada perasaan lega karena dompet dan ATM dalam keadaan aman tersimpan di laci. Namun, perasaan jengkel juga menyerbu sebab waktu dan perjalanan berat sia-sia sebab masalah sepele : lupa membawa dompet.
Saya pun akhirnya duduk di emperan ATM, bersama penunggu hujan yang lain. Tidak ada hal lain yang bisa saya lakukan selain duduk dan menunggu, meski badan sudah terlanjur basah kuyup namun hati terasa lusuh untuk menghampiri sepeda motor. Perjalanan "heroik" itu akhirnya berbuah sia-sia oleh masalah sepele, dan saya tidak bisa berbuat apa-apa lagi.