Mohon tunggu...
Alif Syuhada
Alif Syuhada Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://alifsyuhada.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Tradisi Sema'an dan Ngaji Kitab Kuning Selama Ramadan di Pesantren

9 Mei 2019   21:33 Diperbarui: 9 Mei 2019   21:48 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Khataman kitab kuning telah menjadi tradisi khas bulan Romadhon. Tradisi ini telah turun temurun di pesantren. Meskipun ngaji kitab kuning sudah menjadi bagian hidup sehari-hari santri, ngaji kitab kuning di bulan Romadhon memiliki perbedaan. Hal itu terletak dari segi waktu, jenis kitab, dan jumlah kitab yang diajarkan oleh kyai.

Dari segi waktu, ngaji di bulan Ramadhan hanya berlangsung selama satu bulan. Sebab itu, pemaknaan kitab dengan metode pegon (huruf arab tapi bahasa jawa) itu harus khatam (selesai) beberapa hari sebelum lebaran. Proses maknani kitab kuning pun berlangsung lebih cepat dari pengajian di hari-hari biasa.

Interval waktu yang hanya satu bulan itu tentu menentukan jenis kitab yang akan dikaji. Biasanya, kitab yang dikaji adalah kitab-kitab ringkas yang membahas perihal tasawuf seperti misykatul anwar, kimiyatus sa'adah, atau kitab akhlak seperti ta'limul muta'alim, alala, dan juga kitab fiqh seperti safinatun najah. Tidak jarang juga dikaji kitab kuning yang membahas sejarah wali-wali Jawa, atau kitab perihal makhluk-makhluk ruh seperti malaikat dan lainnya.

Meskipun ringkas, tapi jangan salah, kitab-kitab tersebut karangan ulama' ulama' besar seperti Imam Ghozali. Bahkan umumnya, kitab-kitab ringkas itu menjadi dasar pokok yang diatasnya ulama generasi selanjutnya membangun karyanya dengan menjabarkan kitab pokok itu yang dikenal dengan nama syarah dalam tradisi kitab kuning.

Walaupun hanya satu bulan, jumlah kitab kuning yang dikaji selama Romadhon terhitung banyak. Paling tidak terdapat 5 jenis kitab yang dikaji sesuai dengan jumlah sholat wajib dalam satu hari.

Setiap sehabis sholat, kegiatan dilanjutkan dengan ngaji kitab kuning. Mereka berbondong-bondong berangkat sholat berjamaah dengan membawa kitab kuning yang akan dikaji. Mereka juga menyempatkan waktu sembari menunggu sholat untuk menyalin makna pegon dari temannya jika tidak mengikuti satu sesi ngaji.

Suasana semarak dapat terlihat dari wajah-wajah santri yang bersemangat menyimak pemaknaan kata demi kata yang disampaikan kyai. Kesenangan luar biasa ini barangkali muncul dari perubahan rutinitas kegiatan santri di hari-hari biasanya.

Terdapat waktu lumayan longgar dan relatif lebih bebas. Kitab-kitab baru yang dikaji di Romadhon juga merupakan kitab yang tidak biasa sehingga menambah rasa ingin tahu dan pengkayaan khazanah keislaman.

Ada dua model pengajian yang dibuka selama Romadhon. Pertama pengajian bagi santri yang menetap di pondok dan kedua untuk santri umum atau masyarakat umum yang ingin mengikuti ngaji kilatan. Biasanya ada banyak santri muda yang pergi berburu pengajian kilatan kitab kuning keliling ke berbagai pondok yang berbeda.

Santri yang mengaji pindah-pindah itu mengingatkan saya pada buku Ben Anderson dalam Revolusi Pemuda (Sinar Harapan : Jakarta 1998). Dalam buku itu diceritakan tradisi santri yang berpindah-pindah pondok dan berguru kepada banyak kyai untuk memperoleh pamaknaan hidup yang lebih mendalam serta ilmu kebijaksanaan yang lebih tinggi. Tradisi lama yang ditulis oleh Ben itu masih berlangsung hingga sekarang di pesantren saat moment Romadhon.

Selain kajian kilatan, biasanya juga terdapat tradisi sema'an dan khataman Alquran. Selama satu hari secara bergantian, santri-santri mengaji dengan pengeras suara di masjid menghabiskan satu juz Alquran. Jadi Alquran akan khatam dalam hari terakhir sebelum lebaran. Adapula santri yang mengkhatamkan Alquran secara individual. Mereka bisa mengkhatamkan Alquran dalam satu minggu sehingga dalam satu bulan terdapat 4 kali khataman.

Ada juga khtaman Alquran dalam satu hari yang biasanya dibacakan oleh para hafid Alquran. Dengan tekun santri menyimak hafalan sejak pagi hari di depan para hafid. Mereka juga membawa botol berisi air putih yang diletakkan di dekat sound system dengan harapan mendapat berkah dari seaman Alquran.

Setiba buka puasa, mereka akan bergegas mengambil air di botol dan meminumnya untuk buka puasa. Perasaan senang dalam hati dan bahagia selalu menyertai mereka dalam berbagai aktifitas khataman di bulan Romadhon.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun