Mulutmu Harimaumu sekarang menjadi Jarimu Harimaumu. Perubahan peribahasa ini sangat pas dengan kondisi saat ini. di mana era globalisasi berkembang dengan pesat. Apa yang kita tulis dan katakan di media sosial sekarang bisa membawa kita kedalam jurang bui dan bully oleh netizen atau sering disebut sosial Justice Warrior (SJW).
Seperti pada beberapa saat lalu komedian coki pardede yang tersandung kasus karena terdapat warganet yang tidak setuju dengan komedi yang dia lontarkan di sosial media dalam kasus ini twitter. Â
Dia mendapatkan beberapa hujatan atas komedianya tersebut oleh warga twitter. Tak hanya viral di twitter dimedia sosial lain pun ikut terkena dampaknya, seperti instagram.Â
Di media berita dia pun menjadi topik yang di bahas. Sebenarnya dia sendiri sudah sering tersandung kasus yang serupa. Karena terlalu sering terkena kasus seperti itu banyak media media berita yang mengumpulkan kontroversi kontroversinya.
Jejak digital atau digital footprint adalah sisa sisa dari kita beraktivitas di internet. Jejak digital sendiri cukup berbahaya. Jejak digital berbahaya karena tidak mudah untuk menghapus nya. tidak seperti ketika kita meninggalkan jejak dipantai yang bisa hilang begitu saja.
Biasanya kasus jejak digital seperti ini di barengi dengan cyberbullying. Hal tersebut terjadi karena efek kejengkelan warganet dengan orang tersebut sehingga melontarkan komentar komentar yang kurang enak dibaca. Bahkan tidak hanya membawa topik yang baru menjadi permasalahan tetapi juga dibarengi mengomentari hal hal yang menjurus keranah pribadi. Sehingga cyberbullying tidak dapat dihindarkan, padahal seharusnya para warganet bisa melakukan perilaku yang seharusnya.
Kita sebagai pengguna sosial media utamanya harus sadar dan paham akan apa yang kita katakan, tulis dan share. Dengan kita memahami kita dapat mengurangi dan menghindari terjadinya hal hal yang tidak di inginkan tentang jejak digital kita. Selain kasus coki pardede banyak kasus lain dari artis artis yang kembali viral karena ucapan dia pada masa lalu. Hal tersebut tentu karena jejak digital itu tadi. Banyak orang orang diluar angsana yang memanfaatkan hal hal tersebut untuk menjatuhkan karier seseorang.
Jejak digital sendiri ada dua macam bentuknya, jejak digital pasif dan jejak digital aktif. Jejak digital pasif adalah data yang ditinggalkan tanpa disadari, misalnya rute yang telah kita lewati pada Google Maps, website yang baru saja kita kunjungi, dan histori pencarian di platform media sosial. Sedangkan jejak digital aktif adalah data yang secara sadar dan sengaja dibuat dan ditinggalkan di internet, contohnya ketika kita mengunggah foto atau video, membuat status di media sosial, dan ketika mengirim chat ke orang lain.
Selain terdapat dua bentuk, jejak digital juga memiliki dua sisi yaitu sisi negatif dan sisi positif. Sisi negatif dari jejak digital adalah seperti yang saya contohkan di atas, yaitu yang terjadi pada publik figur tersebut. Selain itu, berita tersebut dapat disalahgunakan untuk menyebarkan berita yang kurang baik maupun hoax serta data-data yang berada di internet juga dapat disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.
Sedangkan Sisi positifnya adalah kita dapat membuat portofolio. Sehingga pemanfaatan jejak digital itu tadi menjadi lebih baik. Misalnya ketika kita membuat status melalui aplikasi sosial media instagram bahwa kita sedang mengerjakan sebuah film yang ternyata cukup terkenal. Nah dari status tersebut kemudian dapat dijadikan sebagai jejak digital yang baik karena dapat menjadi bahan portofolio.
Oleh karena itu, ketika kita sedang berselancar di sosial media kita harus dapat menahan diri. Tidak hanya menahan diri saja namun juga menahan emosi agar kita tidak salah menggerakan jari jemari kita untuk mengetikan sesuatu hal yang tidak selayaknya maupun kurang pantas untuk berada di dalam media sosial. Kita harus betul-betul menjaga hal tersebut karena kembali lagi bahwa jejak digital itu sulit untuk dibersihkan maupun dihilangkan.