Mobilitas manusia yang masif telah memunculkan banyaknya penciptaan sarana transportasi yang semakin canggih dan efisien. Di abad ke 21 ini tentunya sarana transportasi sebagai penunjang mobilitas manusia semakin berkembang ke arah yang lebih ramah lingkungan dan efisien, khususnya transportasi umum yang disediakan oleh pemerintahan untuk menunjang kebutuhan mobilitas warganya.Â
Jenis alat transportasi umum telah banyak dimanfaatkan untuk melayani ribuan hingga jutaan manusia yang membutuhkan sarana mobilitas di suatu tempat, seperti kereta, trem, monorail, mrt, bus, hingga memanfaatkan transportasi air seperti perahu hingga kapal feri. Transportasi umum harusnya menjadi sebuah kewajiban dalam tatanan pembangunan sebuah kota, dimanapun kota dibangun maka transportasi umum adalah hal yang tak boleh ditinggalkan.Â
Transportasi umum juga telah menjadi sebuah ikon dari kota itu sendiri, semisal London dengan bus double deckernya, New York dengan taksi kuningnya, Manila dan Jeepney, Bangkok dengan tuktuk, dan Yogyakarta dengan andong dan becaknya. Sebuah kota yang maju bukanlah kota yang memperbanyak lahan parkir dan meninggikan gedung-gedungnya, akan tetapi kota yang dapat menyediakan sarana transportasi umum yang terkoneksi, tepat waktu, nyaman, aman, dan terjangkau bagi semuanya.Â
Kita memang telah mengenal berbagai banyak kota-kota besar dunia yang memiliki transportasi yang demikian, namun tak semua kota-kota di dunia ini memiliki keberuntungan yang serupa. Sebut saja kota Malang sebagai contohnya.
Selama 22 tahun saya tinggal di Malang tak pernah saya temui transportasi yang memiliki keunggulan dan kelayakan seperti yang saya sebutkan pada paragraf diatas. Jangan pernah membayangkan soal kenyamanan dan keamanan, anda tak akan menemukannya bila menjajal transportasi umum di kota pelajar tersebut. Salah satu transportasi umum yang disediakan pemerintah kota adalah angkot berwarna biru yang rata-rata armadanya sudah usang ditelan zaman dan seolah tak pernah tersentuh satupun oleh peremajaan, transportasi umum Malang seolah-olah telah membekukan waktu sejak era 1990an.Â
Selain armadanya yang usang, anda juga akan akrab dengan copet yang mengintai uang serta alat telekomunikasi anda, pernah suatu waktu saya mendengar cerita seorang ibu berusia sekitar 40an yang kehilangan ponselnya ketika sedang naik angkot dengan jurusan menuju terminal Arjosari. Tak hanya itu, anda juga akan menemukan permasalahan lainnya seperti angkot ngetem sangat lama, supir yang memaksakan penumpang untuk masuk padahal sudah penuh, hingga kedatangan angkot yang tak dapat diprediksi. Semua permasalahan tersebut sudah saya rasakan saat saya duduk di bangku SMA.
Saat ini posisi angkot yang notabene adalah pelayanan pemerintah kota terhadap kebutuhan mobilitas warga kota Malang telah tergeser sangat jauh oleh keberadaan ojek online dan taksi online. Prosesnya yang mudah dan tidak ribet serta bisa langsung ke tujuan yang diinginkan adalah sebuah keunggulan yang tak pernah dihadirkan oleh angkot. Posisi angkot saat ini bisa dibilang telah mati sebagian, hanya di jurusan tertentu saja angkot masih beroperasi, seperti jalanan protokol yang memang ramai.
Apabila melihat hal demikian, artinya pemerintah kota sama sekali belum memenuhi kebutuhan transportasi umum warganya, alhasil jalanan Malang yang sempit selalu disesaki oleh pemotor dan pengemudi mobil pribadi yang membuat jalan semakin macet dan udara yang kotor. ojek dan taksi online pun tak dapat menampung kebutuhan mobilitas warga kota Malang, masih banyak warga kota yang mengandalkan sepeda motor pribadi, termasuk saya sendiri.Â
Seharusnya apabila pemerintah kota memang berkeinginan untuk mewujudkan sebuah transportasi umum yang ideal saya akan menjamin semua warga kota malang akan tertarik menggunakannya termasuk saya sendiri dibandingkan dengan naik kendaraan pribadi. Memang semua itu butuh waktu yang lama dan proses yang tidak mudah, karena harus berhadapan dengan berbagai permasalahan seperti kebiasaan masyarakat hingga para "preman" yang merasa dirugikan dengan kebijakan-kebijakan baru.Â
Terlepas dari permasalahan terkait transportasi umum di Malang yang sudah sangat berbelit, saya masih menyimpan sebuah harapan bahwa kota Malang mampu berbenah dan menciptakan sebuah transportasi umum yang ideal bagi masyarakatnya.Â
Memang akan sangat sulit namun bukan berarti tidak bisa dilakukan, mengingat kota Malang adalah pusat pendidikan yang banyak dilirik oleh para pendatang dari luar Malang, setidaknya transportasi di Malang bisa sejajar dengan ibukota-ibukota provinsi di pulau jawa. seperti Surabaya yang memiliki Suroboyo bus, Trans semanggi, dan angkot Wara-wiri atau Jakarta dengan Transjakarta, Jaklingko, dan MRT nya.Â
Saran saya sebenarnya sederhana, cukup dengan peremajaan armada serta perancangan mekanisme operasional yang lebih efisien dan menguntungkan penumpang dan supir serta pemilik armadanya. Peremajaan angkot tentu saja dengan mengganti seluruh armada yang sudah berumur dengan mobil-mobil terbaru yang tentu saja dilengkapi dengan pendingin ruangan. Untuk urusan mekanisme operasional harusnya pemerintah kota Malang dapat meniru mekanisme yang telah ada di Jakarta dengan program jaklingkonya yang tidak sembarangan "ngetem" dan ongkos tarif yang sama.Â
Selain itu kesejahteraan supir juga harus diperhatikan, saran saya adalah supir tidak lagi dibayar sesuai dengan target, akan tetapi terdapat gaji pokok serta tambahan bonus apabila mungkin terjadi surplus pendapatan, maka dari itu angkot tidak lagi beroperasi secara sembrono karena telah ada waktu khusus operasional yang telah dirancang oleh pihak pemerintah kota. Kemudian pemerintah Kota harus bisa memberikan fasilitas bagi "juragan-juragan" angkot di kota Malang terkait peremajaan angkotnya serta penyuluhan mengenai mekanisme yang baru. pemerintah harus bisa memberikan skema yang sama-sama menguntungkan bagi semuanya.Â
Saya rasa pemerintah kota Malang memiliki kemampuan untuk menerapkan sistem yang demikian, agar tercipta transportasi umum di Malang yang nyaman, aman, dan efisien. Pengadaan transportasi umum harus segera direalisasikan untuk mendorong juga kesadaran terhadap lingkungan hidup. Maka dari itu kota Malang harus bisa mengurangi ketergantungannya terhadap kendaraan pribadi dengan menghadirkan transportasi umum yang ideal.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H