Mohon tunggu...
ALIF RIFQI
ALIF RIFQI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah UM

Menulis segala hal yang saya suka, semoga anda juga suka

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Numismatik, Hobi sekaligus Belajar Sejarah

17 Agustus 2023   12:18 Diperbarui: 17 Agustus 2023   12:29 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Danang Khoirul Albar 

Uang merupakan sebuah alat tukar yang dirilis oleh lembaga sah seperti bank sentral di suatu negara. Penggunaan alat tukar dalam aktivitas perekonomian menggantikan metode barter yang digunakan sebelum uang tercipta. Uang diciptakan untuk mempermudah masyarakat dalam melakukan aktivitas perdagangan yang sebelumnya dilakukan melalui proses barter atau tukar menukar barang, proses barter memiliki sebuah kelemahan karena tidak ada nilai angka yang pasti serta ketersediaan barang yang harus sama-sama dibutuhkan antara dua orang dalam sebuah akad jual-beli. Kehadiran uang adalah sebuah penyelesaian atas problematika pada masa itu, bentuk uang pada awalnya terbuat dari benda-benda yang telah disepakati oleh masyarakat. Di Cina kuno kerang digunakan sebagai alat tukar, 600 tahun yang lalu masyarakat Polinesia menggunakan batu sebagai alat tukar, serta gandum digunakan sebagai alat tukar di kebudayaan Mesopotamia, Babylonia, dan Mesir (Middelkoop, 2016).  Kemunculan koin diperkirakan muncul di Cina serta India dan dibuat dari tembaga dan perunggu, serta pembuatannya diawasi ketat oleh otoritas pemerintahan pada masa itu.

Bahan pembuatan uang selalu berkembang dari waktu ke waktu, penggunaan bahan logam menjadi yang paling lama dan digunakan hingga kini. Kemunculan kertas serta polimer menggeser sedikit peranan logam dalam bahan pembuatan uang. Uang kertas pertama kali diciptakan di Cina pada era Dinasti Song khususnya pada masa kekuasaan kaisar Zhenzong antara tahun 997 hingga 1010 Masehi (Pickering, 1844). Polimer yang tahan air menjadi bahan pembuatan uang di era abad ke 21 kini mendampingi uang kertas dan koin logam yang masih dipergunakan hingga kini. 

Berbagai macam bahan, nominal dan nomor seri uang, serta desain dari uang itu sendiri menyita perhatian bagi banyak orang yang menggeluti hobi numismatik. Termasuk faktor sejarah dari uang itu sendiri yang menjadikannya banyak disukai oleh kolektor. beberapa seri uang yang mengalami hyperinflasi seperti Zimbabwe Dollar kini menjadi incaran kolektor di pasar numismatik internasional karena nominalnya yang unik. Selain Zimbabwe terdapat pula Yugoslavia Dinara, Jerman Mark, dan Venezuela Bolivar yang memiliki nominal angka juta hingga milyar pada satu kertas uangnya. 

Uang Indonesia Rupiah emisi baru yang memiliki nomor seri cantik juga banyak diburu oleh kolektor numismatik dan tentunya harga jualnya menjadi naik berkali lipat, sebagai contoh uang 2000 Rupiah yang memiliki seri urut akan dibanderol dengan harga berkali lipat. Selain nomor serinya, bentuk kecacatan pada percetakan uang juga dapat menjadi nilai lebih dan banyak menarik para penghobi numismatik, seri-seri uang Uncut menjadi banyak diburu kolektor. 

Pada perayaan tertentu bank sentral biasanya akan mencetak commemorative money yang jumlahnya sangat terbatas, seperti pada peringatan 75 tahun kemerdekaan tahun 2020 bank Indonesia mencetak uang bernominal 75.000,- dengan desain khusus dan disematkan logo peringatan 75 tahun kemerdekaan Indonesia. Saat ini sudah banyak kolektor yang menghargai mahal, padahal uang tersebut masih berlaku dan belum ditarik peredarannya. Uang peringatan seperti ini biasanya menjadi incaran kolektor karena sejarah dan keistimewaannya, tentunya akan dilego dengan harga yang tidak murah tergantung dengan tahun terbit dan edisi uang tersebut. 

Desain gambar serta bentuk fisik dari sebuah uang merupakan bentuk daya tarik yang disukai oleh para penghobi numismatik termasuk saya pribadi. Gambar pada uang kertas atau ukiran pada uang koin memiliki keunikan tersendiri dan dianggap sebagai karya seni yang dapat dinikmati. pola-pola tertentu pada sebuah uang menjadikan harga jualnya di pasar numismatik melambung tinggi. Latar belakang sejarah dari uang tersebut juga menjadikan harganya melambung naik, tentu saja faktor kedua inilah yang dapat dijadikan sebagai bahan belajar sejarah, saya sendiri yang mulai menggeluti hobi numismatik menggunakan hobi saya untuk memperdalam khazanah pengetahuan sejarah, tidak hanya sejarah uang itu sendiri namun juga seluruh aspek yang mengelilingi keberadaan uang tersebut seperti pemerintahan, sosial-ekonomi, dan kebudayaan. 

Numismatik juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran sejarah di lingkup pendidikan, guru sejarah dapat memperkenalkan berbagai uang-uang kuno dalam mempelajari sejarah suatu lokasi atau kebudayaan tertentu kepada siswa. uang-uang kuno dapat dijadikan sebagai pendekatan siswa dengan sumber sejarah primer, siswa dapat secara langsung merasakan bagaimana kehidupan di masa lalu melalui analisa uang-uang kuno yang dihadirkan dalam pembelajaran sehingga pembelajaran sejarah yang selama ini membosankan dimata siswa akan sirna dengan didatangkannya sumber primer berupa uang kuno. 

Sumber Rujukan:

Middlekoop, W. (2016). The History Of Money. In The Big Reset: War On Gold And The Financial Endgame (pp. 13-47). Amsterdam University Press. https://doi.org/10.2307/j.ctt195sdt8.5

Pickering, J. (1844). The History Of The Paper Money In China.  Journal Of The American Oriental Society, 1(2), 136-146. https://doi.org/10.2307/3217743

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun