Kesadaran untuk berinvestasi tampaknya semakin meningkat di kalangan usia muda. Gen Z mendominasi jumlah investor individu di pasar modal Indonesia. Kemudahan mengakses informasi finansial melalui ponsel sangat terasa. Meskipun ketertarikan terhadap investasi di kalangan Gen Z cukup besar, pemahaman tentang #Uangkita untuk Masa Depan Indonesia dan perencanaan keuangan di kelompok ini masih perlu lebih ditingkatkan, seperti jenis investasi yang tersedia, risikonya, dan bagaimana cara perhitungannya.
Pada Oktober 2024, jumlah investor pasar modal Indonesia tercatat sebanyak 14.345.441 orang. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 2,87% dibandingkan dengan periode September 2024, yang tercatat sebanyak 13.945.883 orang. Pada Januari 2024, jumlah investor pasar modal Indonesia berada di angka 12 juta investor. Artinya, ada peningkatan sebesar 2 juta investor hanya dalam jangka waktu satu tahun terakhir.
"Sehingga luar biasa ini peningkatannya," kata Prasetiowati dalam program Market Review yang ditayangkan di IDX Channel, Kamis (19/12/2024). Meski demikian, dia menilai jumlah investor profesional hanya 2 persen dari total pemegang saham. Kondisi ini sangat disayangkan jika berlangsung lama.
"Ini akan sangat disayangkan jika kondisi seperti ini terus-menerus berlangsung ya. Jadi, nampaknya ini menjadi perhatian utama dari LSP IKEPAMI sebagai grup usaha Bursa Efek Indonesia, bahwa penawaran dari sumber daya manusia yang sesuai dengan standar kompetensi dasar saat ini harus segera ditingkatkan," ujar dia.
Hal senada juga di ungkap oleh Yupiter Gulo selaku Sekretaris Jenderal Ikatan Dosen Pasar Modal Indonesia. Dia menyebut, literasi investor pasar modal Indonesia masih di bawah inklusi keuangan. "Itu persoalan yang sangat besar dan ini akan terus menerus. Dan tidak boleh dibiarkan. Kalau tidak mau akan ada korban-korban investasi bodong lagi di tengah-tengah masyarakat," tutup Yupiter.
Menariknya, jika dilihat berdasarkan demografi usia di bawah 30 tahun, Gen Z dan Milenial mendominasi investor pasar modal Indonesia. KSEI mencatat bahwa 54,99% investor pasar modal Indonesia berasal dari kelompok usia di bawah 30 tahun. Proporsi tersebut mengalami sedikit kenaikan dibandingkan dengan bulan September yang tercatat sebesar 54,96%.
Pengalaman Investasi Saham
Saya Alif Rifai, anggota komunita Jabodetabek dan termasuk kelompok Gen Z yang mulai melek investasi di tengah pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Dengan pengalaman yang terbatas dan dana yang tidak terlalu besar, saya memutuskan untuk mulai berinvestasi. Karena minimnya pemahaman saya tentang saham, keputusan pertama saya dalam memilih saham lebih didorong oleh rasa FOMO (fear of missing out) dan rekomendasi dari orang lain.
Namun, seiring berjalannya waktu, saya merasa bahwa portofolio saya tidak berkembang seperti yang saya harapkan. Saya bahkan sempat menyebarkan rekomendasi di grup-grup untuk mempengaruhi teman-teman saya membeli saham yang saya beli, dengan harapan harga saham tersebut akan naik dan saya bisa meraih keuntungan.
Saya menyadari bahwa tindakan tersebut tidak benar, karena saya mencoba mempengaruhi investor lain untuk membeli saham dengan harapan saya bisa untung. Setelah itu, saya mencari metode yang lebih tepat untuk mengambil keputusan investasi. Saya mempelajari tiga metode yang umum digunakan: analisis fundamental, teknikal, dan bandarmologi.
Dari ketiga metode ini, saya merasa lebih sejalan dengan analisis bandarmologi, yaitu mengikuti pergerakan bandar saham, atau pihak yang memiliki saham dalam jumlah besar. Saya mulai mengolah data harian untuk memantau pergerakan pemain besar di pasar atau melihat broker summary saat bursa dibuka. Namun, Bursa Efek Indonesia sudah menutup informasi kode broker yang sudah dimulai pada bulan Juni 2022, yang membuat saya harus menunggu hingga pasar tutup untuk menganalisis pergerakan tersebut.
Saat ini, portofolio saya mengalami kerugian sekitar 14 juta, dan saya hanya bisa menunggu harga saham yang saya beli kembali ke titik pembelian saya. Saya menyadari bahwa hal ini terjadi karena kurangnya literasi saya terhadap investasi saham, yang memang penuh dengan risiko. Di pasar saham, ada istilah "adu pintar, adu modal, adu sabar." Saat ini, saya berada di fase "adu sabar," berharap harga saham saya kembali ke titik semula atau bahkan naik di atas harga pembelian.
"Adu pintar" sebenarnya mengarah pada peningkatan literasi keuangan atau pemahaman risiko saham. Sedangkan "adu modal" juga sangat penting, karena untuk bertahan di pasar saham, kita memerlukan modal yang cukup. Dalam pengalaman saya, berinvestasi di saham sering kali membuat saya merasa khawatir dan tegang karena saya terus-menerus memantau saham yang saya miliki.
Saran saya adalah jangan menjadikan investasi sebagai sumber penghasilan utama, karena itu bisa mengganggu kesejahteraan psikologis kita. Sebaiknya berinvestasi dengan tujuan jangka panjang. Saat berbicara tentang investasi, kita berbicara tentang uang yang kita investasikan, jadi penting untuk memiliki pendapatan tetap terlebih dahulu sebelum memikirkan investasi.
Perencanaan Keuangan
Sebagai pondasi #Uangkita yang sehat, pemasukan harus lebih besar dari pengeluaran dan penerapan konsep hidup berkelimpahan.
Hidup berkelimpahan adalah konsep yang menggambarkan kondisi kehidupan di mana seseorang merasakan kesejahteraan yang meliputi aspek finansial, emosional, sosial, dan spiritual. Hidup berkelimpahan bukan hanya soal memiliki banyak harta atau kekayaan materi, tetapi lebih kepada rasa cukup, dan kemampuan untuk menikmati apa yang dimiliki, serta berbagi dengan orang lain.
Berikut adalah beberapa prinsip untuk mencapai hidup berkelimpahan:
1. Pajak & Memberi
-Membayar pajak adalah kewajiban sebagai warga negara Indonesia dan harus dipatuhi sesuai dengan aturan yang ada.
-Berlatih untuk memberi menunjukkan bahwa kita merasa cukup dan lebih dari cukup. Seseorang yang merasa tidak cukup biasanya sulit untuk memberi.
2. Menabung tapi bukan investasi
-Memiliki tabungan untuk memenuhi kebutuhan prioritas dan pengeluaran dana tak terduga.
3. Investasi diri sendiri, bisnis sendiri, bisnis teman, bisnis orang lain (future value)
-Diri sendiri: Meningkatkan pendidikan literasi keuangan (leher ke atas) dan mengembangkan keterampilan pribadi untuk meningkatkan kualitas hidup dan potensi, baik dalam karier maupun relasi.Â
-Bisnis sendiri: Meluangkan waktu dan modal untuk mengembangkan bisnis pribadi.
-Bisnis partner: Menyuntikkan dana kepada teman yang membutuhkan dana segar untuk bisnisnya.
-Bisnis orang lain atau nilai masa depan: Berinvestasi di reksa dana, obligasi, emas, atau saham untuk mendapatkan dividen.
Kesimpulan
Investasi yang cocok untuk Gen Z sangat bergantung pada kemampuan masing-masing #Uangkita. Keputusan investasi harus disesuaikan dengan kondisi uang pribadi dan pengetahuan yang dimiliki.
Perencanaan keuangan memberikan gambaran untuk mencapai tujuan finansial. Yang terpenting adalah disiplin dalam mengikuti rencana dan melakukan evaluasi. "#UangKita untuk Masa Depan Indonesia.
Referensi:
- KSEI. (2024). Statistik Publik Oktober 2024 (Halaman 2). Kustodian Sentral Efek Indonesia. https://www.ksei.co.id/files/Statistik_Publik_Oktober_2024_v24.pdf
- KSEI. (2024). Statistik Publik Oktober 2024 (Halaman 6). Kustodian Sentral Efek Indonesia. https://www.ksei.co.id/files/Statistik_Publik_Oktober_2024_v24.pdf
- Yudha, T. (2024, Desember 2020). Investor pasar modal tembus 14 juta, hanya 2 persen yang profesional. IDX Channel. https://www.idxchannel.com/market-news/investor-pasar-modal-tembus-14-juta-hanya-2-persen-yang-profesional
- NgaturDuit id. (2022, April 12). Cara mengubah hidup pas-pas-an menjadi financial freedom. Youtube. https://youtu.be/x_ZQIn-hQRw?si=zYesO1Vt8x7CDgjb
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H