Melalui konsep ini, Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya pendidikan yang menyeluruh, tidak hanya membentuk kecerdasan akademis tetapi juga karakter dan kesadaran sosial peserta didik. Pendidikan diarahkan untuk memberikan contoh positif, mengembangkan semangat, dan membimbing individu menuju kemandirian dengan kesadaran sosial yang tinggi.
Indikator Pendidikan Merdeka: Tetap, Mantep, Ngandel, Kendel, Kandel, Bandel, Neng, Ning, Nung, Nang, Gong
- Tetap (Tetap): Mungkin mencerminkan keteguhan atau kestabilan, yang dapat diartikan sebagai konsistensi dalam menjalani prinsip-prinsip moral dan etika, termasuk penolakan terhadap tindakan korupsi.
- Mantep (Mantap): Dapat diartikan sebagai kekokohan dan keyakinan diri. Dalam konteks pencegahan korupsi, ini dapat merujuk pada keberanian untuk menolak dan melawan tindakan korupsi, bahkan jika dihadapkan pada tekanan atau godaan.
- Ngandel (Ngandel): Mungkin berkaitan dengan kejujuran dan ketulusan, yang merupakan nilai penting dalam upaya pencegahan korupsi.
- Kendel (Kendel): Dapat diartikan sebagai kekompakan dan kebersamaan. Dalam konteks pencegahan korupsi, hal ini bisa merujuk pada dukungan kolektif terhadap nilai-nilai anti-korupsi.
- Kandel (Kandel): Mungkin mencerminkan keadilan dan keberpihakan yang sesuai dengan prinsip-prinsip pencegahan korupsi.
- Bandel (Bandel): Dapat diartikan sebagai keberanian untuk bersikap tegas dan tidak toleran terhadap perilaku korupsi.
- Neng, Ning, Nung, Nang (Neng, Ning, Nung, Nang): Mungkin menunjukkan variasi atau keragaman dalam penerapan nilai-nilai anti-korupsi sesuai dengan konteks dan tantangan yang dihadapi.
- Gong (Gong): Mungkin merujuk pada keselarasan atau keharmonisan dalam menerapkan prinsip-prinsip pencegahan korupsi.
Pendidikan merdeka memiliki indikator spesifik menurut Ki Hadjar Dewantara. Ini melibatkan kepemilikan pendirian yang tetap, keteguhan, prinsip, kualitas, keberanian, pengetahuan yang luas, dan keberhasilan dalam hak dan kewajiban.
Bahasa, Pendidikan, dan Kebangsaan: Mempertahankan Identitas Budaya
Ki Hadjar Dewantara menekankan pentingnya mempertahankan identitas budaya, bahasa, dan pendidikan lokal sebagai bagian dari usaha membangun bangsa yang kuat. Dalam konteks pencegahan upaya korupsi, pemahaman akan identitas budaya dan pendidikan yang kuat dapat menjadi landasan untuk membentuk karakter yang menolak korupsi.
Berikut adalah beberapa cara di mana konsep ini dapat berkaitan dengan pencegahan korupsi:
- Pengembangan Karakter Moral: Identitas budaya dan nilai-nilai lokal sering kali mencerminkan norma dan moralitas yang dihormati oleh masyarakat. Dengan mempertahankan dan mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam pendidikan, kita dapat membentuk generasi muda dengan karakter moral yang kuat, termasuk sikap menolak terhadap korupsi.
- Pemberdayaan Komunitas: Mempertahankan identitas budaya dan bahasa seringkali berarti memberdayakan komunitas lokal. Dengan memberdayakan komunitas, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih adil dan berkeadilan, yang pada gilirannya dapat mengurangi kesempatan dan dorongan untuk terlibat dalam tindakan korupsi.
- Kritis Terhadap Pengaruh Asing yang Merugikan: Dengan menjaga bahasa, pendidikan, dan kebudayaan sendiri, masyarakat menjadi lebih sadar terhadap pengaruh asing yang mungkin merusak nilai-nilai lokal. Kesadaran ini dapat membantu mencegah terjadinya korupsi yang mungkin muncul sebagai dampak negatif dari pengaruh eksternal.
- Pendidikan Anti-Korupsi: Memasukkan prinsip-prinsip anti-korupsi dalam kurikulum pendidikan lokal dapat menjadi langkah penting. Dengan demikian, generasi muda akan dilengkapi dengan pemahaman yang kuat tentang bahaya korupsi dan pentingnya menjaga integritas.
Pentingnya memahami dan melestarikan identitas budaya, bahasa, dan pendidikan lokal sesuai dengan visi Ki Hadjar Dewantara dapat menjadi dasar untuk menciptakan masyarakat yang lebih kuat dan bersih dari korupsi..
Metafora Pendidikan: Kabudan/Pawiyatan - Sistem Asrama dan Pendidikan Biarawan/I
Ki Hadjar Dewantara menggunakan metafora Kabudan/Pawiyatan sebagai bagian dari konsep pendidikan yang diusungnya. Metafora ini mengacu pada sistem asrama dan pendidikan biarawan yang diterapkan dalam tradisi kebudayaan Jawa. Berikut adalah pemahaman metafora ini:
- Kabudan/Pawiyatan:
Kabudan: Mengacu pada suatu wilayah atau asrama tempat pendidikan berlangsung.
Pawiyatan: Mengacu pada pendidikan formal yang diberikan dalam suatu komunitas atau asrama. - Sistem Asrama:
Pendidikan dalam suasana asrama menciptakan lingkungan di mana siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan akademis tetapi juga terlibat dalam pembentukan karakter dan nilai-nilai moral.
Sistem asrama menekankan kehidupan bersama, kerjasama, dan kedisiplinan dalam pembelajaran sehari-hari. - Pendidikan Biarawan/I:
Menggambarkan pendidikan yang mencakup aspek spiritual dan moral, mirip dengan pendidikan yang diterima oleh biarawan atau pertapa.
Fokus pada pengembangan karakter, disiplin diri, dan pengabdian kepada masyarakat.
Metafora ini mencerminkan visi pendidikan Ki Hadjar Dewantara yang holistik, mencakup aspek intelektual, moral, dan spiritual. Sistem asrama di Kabudan/Pawiyatan tidak hanya menjadi tempat pembelajaran formal tetapi juga menjadi komunitas tempat siswa dapat tumbuh dan berkembang secara menyeluruh.
Pentingnya metafora ini adalah untuk menghasilkan lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki karakter dan moralitas yang kuat, serta memiliki dedikasi untuk melayani masyarakat. Ini adalah konsep integral dalam pendidikan yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara untuk membangun generasi yang memiliki nilai-nilai luhur dan tanggung jawab sosial
Penutup: Memahami dan Menerapkan Pemikiran Ki Hadjar Dewantara
Dalam penelusuran konsep-konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara, terutama melalui Panca Darma, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani, Kemerdekaan Belajar, konsep "Taman", Tri Rahayu, Sistem Among, Tri Sentra Pendidikan, dan Trikon Pendidikan, kita mendapati fondasi kuat untuk mendukung pencegahan korupsi melalui pendidikan.
Konsep-konsep tersebut tidak hanya menekankan pengembangan intelektual, tetapi juga pembentukan karakter yang berintegritas, kritis, dan bertanggung jawab. Pendidikan yang berakar pada nilai-nilai kebangsaan, moral, dan kemanusiaan dapat menjadi benteng yang efektif dalam melawan godaan korupsi.
Dengan mengaplikasikan asas-asas ini, diharapkan generasi muda dapat tumbuh menjadi pemimpin yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki moralitas tinggi dan kepedulian terhadap kepentingan bersama. Pendidikan, sebagai perpaduan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat, memiliki peran sentral dalam membentuk masyarakat yang bersih, berintegritas, dan tahan terhadap korupsi. Dengan demikian, pencegahan korupsi bukan hanya tugas lembaga pemerintah, tetapi juga merupakan tanggung jawab bersama untuk menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.
REFERENSI:
- Verreladevanka Adryamarthanino & Tri Indriawati (2022). Definisi Pendidikan Menurut Ki Hajjar Dewantara. Di akses pada 23 Desember 2022 dari https://www.kompas.com/stori/read/2022/12/23/120000879/definisi-pendidikan-menurut-ki-hajjar-dewantara?page=all
- Alvonsus Glori A, S.Pd., Gr., M.Pd. PANCA MATRA KI HADJAR DEWANTARA TENTANG PENDIDIKAN. Di akses pada 03 September dari https://www.gurusiana.id/read/alvonsus/article/panca-matra-ki-hadjar-dewantara-tentang-pendidikan-4432176/?bima_access=0
- Rahwiku Mahanani (2020). Arti Semboyan Ki Hajar Dewantara 'Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani'. Di akses pada 7 Desember 2020 dari https://kids.grid.id/read/472458871/arti-semboyan-ki-hajar-dewantara-ing-ngarsa-sung-tuladaing-madya-mangun-karsatut-wuri-handayani?page=all
- Soeratman, Darsiti. (1985). Ki Hadjar Dewantara. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
- Suparlan, Henricus. (2015). Filsafat Pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Sumbangannya Bagi Pendidikan Indonesia. Jurnal Filsafat. Vol. 25, No. 1, Hal. 56-74
- Andayani, A., Subekti, H., & Sari, D. A. (2021). RELEVANSI KONSEP NITENI, NIROKKE, NAMBAHI DARI AJARAN KI HAJAR DEWANTARA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN SAINS. PENSA: E-JURNAL PENDIDIKAN SAINS, 9(1), 1-6. Retrieved from https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/pensa/article/view/38483
- Rahma Tanisa (2022). Menilik Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara. Di akses pada 29 November 2022 dari https://naikpangkat.com/menilik-konsep-pendidikan-ki-hajar-dewantara/
- Bartolomeus Samho, SS, M.Pd & Oscar Yasunari, SS, MM (2010). KONSEP PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA DAN TANTANGANTANTANGAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA DEWASA INI. Media Neliti : https://media.neliti.com/media/publications/12663-ID-konsep-pendidikan-ki-hadjar-dewantara-dan-tantangan-tantangan-implementasinya-di.pdf
- Wikipedia Ki Hadjar Dewantara dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hajar_Dewantara
- Siti Malikhah Towaf (2017). The National Heritage of Ki Hadjar Dewantara in Taman Siswa about Culture-Based Education and Learning. Di akses pada 27 Maret 2017 dari https://knepublishing.com/index.php/Kne-Social/article/view/768/2213#info
- Dwi Wijayanti (2018). CHARACTER EDUCATION DESIGNED BY KI HADJAR DEWANTARA. Di akses pada Juli 2018 dari https://www.researchgate.net/publication/334271115_CHARACTER_EDUCATION_DESIGNED_BY_KI_HADJAR_DEWANTARA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H