3. Minimnya Minat Peserta Didik Dalam beberapa kasus, siswa kurang termotivasi untuk belajar agama karena dianggap tidak relevan dengan kebutuhan mereka di masa depan.
4. Pemahaman yang Dangkal Ada kalanya pendidikan agama hanya fokus pada hafalan tanpa pemahaman mendalam, sehingga siswa kurang mampu menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan nyata.
5. Radikalisme dan Liberalisme Dua ekstrem dalam pemahaman agama, yaitu radikalisme dan liberalisme, dapat mengganggu esensi dari pendidikan agama Islam yang seharusnya moderat dan inklusif.
Solusi untuk Mengatasi Tantangan
1. Penguatan Kompetensi Guru Guru PAI perlu dilatih untuk memiliki kompetensi pedagogik, keilmuan, dan teknologi agar mampu menyampaikan materi dengan baik dan relevan.
2. Kurikulum yang Kontekstual Kurikulum PAI perlu dirancang agar sesuai dengan kebutuhan zaman, tanpa kehilangan esensi ajaran Islam. Penekanan pada aspek praktis dan aplikatif harus ditingkatkan.
3. Pemanfaatan Teknologi Integrasi teknologi dalam pembelajaran agama dapat meningkatkan daya tarik dan efektivitas proses pembelajaran.
4. Peningkatan Kesadaran Orang Tua Orang tua harus dilibatkan secara aktif dalam mendukung pendidikan agama anak-anak mereka, baik di rumah maupun di sekolah.
5. Penguatan Pendidikan Karakter Pendidikan agama harus lebih menekankan pada pembentukan karakter yang moderat, toleran, dan menghargai keberagaman.
Pendidikan Agama Islam di Era Digital
Di era digital, pendidikan agama Islam harus mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Pemanfaatan platform pembelajaran daring, aplikasi keislaman, dan media sosial dapat menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan ajaran Islam kepada generasi muda. Namun, perlu diimbangi dengan literasi digital agar peserta didik mampu membedakan informasi yang valid dan tidak valid.