Mohon tunggu...
Alif Putra Indiarto
Alif Putra Indiarto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Intinya satu, harus berani

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Musik dalam Shalawat: Antara Dakwah dan Tradisi Islam

12 Desember 2024   17:24 Diperbarui: 12 Desember 2024   17:56 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Habib Zaidan: https://images.app.goo.gl/q86jkH4f1E2twq9D7

Perdebatan mengenai penggunaan musik dalam shalawat sering kali muncul di tengah umat Islam. Beberapa pihak menilai bahwa dakwah melalui shalawat yang diiringi musik atau nyanyian tidak sesuai dengan ajaran Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Namun, apakah pandangan ini sejalan dengan sejarah, dalil, dan tradisi Islam yang kaya?

1. Sejarah dan Tradisi Islam

Sejak masa awal Islam, seni dan budaya menjadi alat penting dalam menyebarkan dakwah. Salah satu contoh yang terkenal adalah Qasidah Burdah karya Imam Al-Bushiri, yang hingga kini masih dilantunkan di berbagai belahan dunia Islam dengan irama yang indah. Tradisi ini menunjukkan bahwa seni, termasuk musik dan nyanyian, telah lama digunakan untuk mengekspresikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Selain itu, di banyak negara Muslim seperti Indonesia, Mesir, dan Turki, seni shalawat dengan iringan musik berkembang menjadi media yang efektif untuk menyentuh hati masyarakat. Shalawat seperti "Ya Nabi Salam Alaika" atau karya-karya modern lainnya berhasil membawa pesan Islam dengan cara yang penuh keindahan.

2. Pandangan Dalil Al-Qur'an dan Hadits

Dalam Al-Qur'an dan hadits, tidak ditemukan larangan eksplisit mengenai penggunaan musik dalam dakwah, selama musik tersebut tidak mengandung unsur yang haram. Dalam QS. Luqman: 19, Allah berfirman:

"Dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."

Ayat ini mengajarkan agar penyampaian pesan dilakukan dengan cara yang lembut, indah, dan hikmah, termasuk melalui seni.

Hadits lain meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah mendengarkan anak-anak perempuan menyanyikan lagu-lagu tradisional ketika perayaan Hari Raya. Hal ini menunjukkan bahwa seni tidak dilarang selama berada dalam koridor yang sesuai dengan syariat.

3. Kaidah Ushul Fiqih

Dalam kaidah ushul fiqih, ada prinsip yang berbunyi:

"Hukum asal segala sesuatu adalah mubah (boleh) kecuali ada dalil yang melarangnya."

Berdasarkan kaidah ini, selama tidak ada dalil yang melarang penggunaan musik dalam dakwah, maka hal tersebut diperbolehkan. Yang perlu diperhatikan adalah konten dan niat dari aktivitas tersebut. Jika shalawat dilakukan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dan mengajak orang lain kepada kebaikan, maka hukumnya tidak bermasalah.

4. Manfaat Musik dalam Shalawat

Penggunaan musik dalam shalawat memiliki manfaat yang signifikan, terutama di era modern. Musik dapat menjadi sarana untuk:

Menyentuh Hati Masyarakat: Irama yang indah dapat menarik perhatian dan mempermudah penyampaian pesan dakwah.

Menarik Generasi Muda: Musik sering menjadi bahasa universal yang dapat diterima oleh generasi muda, sehingga menjadikannya alat efektif untuk mengenalkan Islam.

Memperkaya Budaya Islam: Tradisi shalawat dengan musik memperkaya budaya Islam yang beragam tanpa melanggar prinsip syariat.

5. Menyikapi Kritik secara Bijak

Bagi yang mengkritik penggunaan musik dalam shalawat, penting untuk mengajak mereka berdialog secara ilmiah dan sehat. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan adalah:

Apakah ada dalil yang secara tegas melarang musik dalam shalawat?

Bagaimana pandangan terhadap tradisi shalawat yang telah menjadi bagian dari budaya Islam di berbagai negara?

Dialog yang baik dapat menjadi kesempatan untuk saling belajar dan memperkuat ukhuwah Islamiyah.

Kesimpulan

Penggunaan musik dalam shalawat merupakan tradisi yang telah lama ada dalam sejarah Islam dan tidak bertentangan dengan syariat jika dilakukan dengan cara yang benar. Seni dalam dakwah, termasuk melalui shalawat, menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan pesan Islam dengan cara yang menyentuh hati. Oleh karena itu, daripada memperdebatkan hal ini, umat Islam sebaiknya fokus pada tujuan utama dari shalawat itu sendiri, yaitu mengekspresikan cinta kepada Rasulullah dan mengajak kepada kebaikan.

Mari berpikir ilmiah, bijak, dan terbuka dalam beragama agar kita menjadi Muslim yang cerdas dan mampu memaknai keberagaman dalam Islam.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun