GENRE: CRIME
Mei 1985, Ale baru saja menghadiri pemotongan pita atas peresmian Bandara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang Selatan, Jawa Barat, namun ia bergegas untuk meninggalkan arena tersebut untuk menghadiri ulang tahun putranya, Andy yang ke-4. Ia pun tiba di kediamannya di Pondok Indah, Jakarta Selatan dan di rumahnya sudah ada beberapa keluarganya yaitu istrinya Diana dan putri kecilnya Sofia, Tommy, Ibunda Morgana, John dan kekasihnya seorang peragawati Mariana Darwin, serta Thalia dengan kekasih barunya yang merupakan aktor pendatang baru, Frankie Trunojoyo. Serta pamannya yang merupakan kakak kandung dari Petra, Micky Setiawan.
Pagi harinya, saat Ale ingin pergi ke Departemen Pertahanan dan Keamanan untuk membahas proyek yang akan dikelolanya, ia harus menghadapi percobaan pembunuhan di perjalanan yang membuat dirinya harus mengasingkan diri. Ale pun memilih Yogyakarta dan ia menemui mitra lama ayahnya, Roy Suroadiningrat. Roy pun menyambut kembali kerjasama antara keluarga Hadiwijaya dengan dirinya, serta Roy juga mengajak Ale untuk menemui rekan bisnisnya Dorman Fachrazi yang mempunyai koneksi dengan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos. Ale pun menyetujuinya dan mereka akan berangkat pada Desember 1985. Dirasa sudah aman, Ale pun kembali ke Jakarta.
Saat Ale baru tiba dikediamannya, Anggota DPR/MPR RI menemuinya, orang tersebut bernama Gustav Ridhuan. Anggota legislatif tersebut meminta agar klub malam yang dimiliki oleh Keluarga Hadiwijaya yaitu Starlight ditutup demi kenyamanan dan ketertiban bersama. Gustav pun menyayangkan sikap Ale yang notabene merupakan koneksi terdekat Cendana dan Gustav pun akan merencanakan untuk mengajukan rapat anggota dengan Ale untuk membahas masalah ini. Namun, Ale pun menyuruh Ricardo dan Leonardo sebagai algojo untuk membunuh Gustav. Gustav pun tewas terbunuh di kediamannya di Bulungan.
Ale pun berencana untuk mengajak kakaknya yaitu John untuk pergi ke Manila menemui Roy dan Dorman. Tapi, beberapa hari sebelum berangkat, kekasih John yaitu Mariana dinyatakan tewas tertembak oleh orang yang tidak dikenal. Micky, pamannya mencurigai bahwa penembakan tersebut adalah siasat dari Roy untuk segera bekerjasama dengan Ale dan menguasai saham keluarga Hadiwijaya. Namun, Ale masih mempunyai firasat baik terhadap Roy, namun Micky tidak.
Ale dan John pun berangkat ke Manila melalui Bandara Soekarno-Hatta dan menggunakan fasilitas negara sehingga mereka dianggap sebagai tamu kenegaraan di Filipina. Ale juga menitipkan keluarganya kepada Tommy. Ale, Roy, John, dan Dorman pun mengadakan pertemuan di kediaman Dorman yaitu di kompleks istana negara Filipina. Dorman merupakan salah satu orang kepercayaan Presiden Marcos. Sementara itu pamannya, Micky, mengejar penerbangan ke Manila untuk mengetahui bisnis apa yang dibicarakan antara Ale dan Roy.
Perayaan Tahun Baru 1986 pun berlangsung meriah juga mencekam. Di luar Manila terjadi pemberontakan yang menginginkan pemerintahan Marcos digulingkan, Ale pun yang sedang berada di hotel tiba-tiba menemukan dokumen yang tidak sengaja terbawa dengan kesepakatan bisnis antara Roy dengan Keluarga Hadiwijaya. Isi dokumen tersebut menegaskan bahwa "Kesepakatan ini hanya ingin menyenangkan keluarga Hadiwijaya, keuntungan dan perihal lainnya 70% akan diambil oleh Roy Suroadiningrat, selaku kepercayaan kerabat Yogyakarta". Dan terdapat foto antara John dengan Dorman pada tahun 1980, dan dibawahnya terdapat tulisan "Akuisisi Klub "Starlight" oleh Roy Company" kedekatan antara John dengan Roy yang tidak diketahui oleh Ale, membuat Ale kecewa bahkan menganggap John sebagai pengkhianat keluarga Hadiwijaya. Di samping itu, Micky terus menerus mengawasi gerak-gerik Ale di Manila.
Februari 1986, Marcos mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Presiden setelah adanya aksi damai di Manila dan Corazon Aquino naik sebagai presiden. Ditengah-tengah revolusi tersebut, Ale meninggalkan Manila sendiri tanpa bersama John, sedangkan John menggunakan pesawat terpisah dengan Ale. John tau bahwa Ale sudah mencurigainya dan Ale akan marah besar kepadanya. Micky pun menumpang dengan rombongan KBRI Filipina untuk terbang ke Jakarta.
"Mengapa kau mengkhianatiku, John ?" Tanya Ale
"Aku tidak bermaksud begitu, Ale" Jawab John