Apak = Ayah
Amak = Ibu
 Hari ini aku dan Apakku berkeliling desa, menikmati hari sembari bersilahturahmi dengan orang orang sekitar, tanganku selalu bergandengan dengan Apak, cukup kalian tau bahwa pada zaman ini para penjajah masih berkeliaran dimana mana, ya walaupun mereka hanya berpatroli kesana kemari tetapi tidak ada yang tahu apa yang akan mereka lakukan. Sebenarnya aku cukup merasa aman karena Apak mempunyai nama yang di pandang oleh para penjajah di desa ini.Â
"Rasuna, kelak orang orang yang menjajah kita ini akan kembali ke negrinya dan negri kita ini akan merdeka." Ucap Apak ditengah perjalanan.
"Apak, apakah para pribumi akan bisa bersekolah semua?" balasku menatap Apak.
"Apak yakin jika masih ada tokoh tokoh juga masyarakat negri ini yang menginginkan kemerdekaan, semua hal yang dilakukan oleh para penjajah di negri kita ini, bisa kita lakukan kelak nanti," Balas Apak tersenyum, ia mengusap ngusap kepalaku dengan lembut.
"Maksud Apak, kita bisa menjajah negri orang lain juga?" balas ku dengan polosnya.
Apak tertawa mendengar jawabanku, aku yang melihatnya hanya kebingungan, aku berpikir apakah aku salah dalam perkataanku tapi sepertinya tidak.
Apak melihatku kembali dan berkata "Kamu sangat cerdik Rasuna, kamu pintar sekali dalam mencari makna yang salah dalam perkataan Apak,tapi bukan begitu maksudnya biar Apak jelaskan nanti, sekarang kita kembali ke rumah sudah cukup lama kita berjalan jalan."
Aku mengangguk dan mengikuti perintah Apak, tetapi rasa penasaranku lebih tinggi jadi aku meminta penjelasannya sembari berjalan pulang.
Aku kembali sekolah hari ini, aku bergegas pergi lebih pagi dari biasanya rasa semangat belajar sudah berkobar dalam diriku, aku berjalan sembari melihat sekelilingku yang tidak sengaja aku melihat beberapa wanita pribumi yang tidak sekolah dan beberapa darinya diperlakukan tidak layak bahkan beberapa di antaranya ada lelaki dari pribumi yang melakukan kepada wanita itu, rasa sedih akan keadaan ini makin melunjak dalam benakku, sungguh aku ingin sekali para wanita dilakukan sederajat dengan lelaki aku ingin para wanita bisa hidup layak dan diperlakukan layaknya manusia, mereka semua wanita yang mengalami seperti ini membutuhkan kebebasan. Penjajahan ini sangat lah menyiksa bagi kami para pribumi. Perasaan akan keadilan mulai tumbuh kembali dalam jiwa dan ragaku, aku lebih cepat bergegas ke sekolah untuk menuntut ilmu agar setidaknya aku bisa membagi ilmu kepada orang orang yang tidak beruntung kelak nanti.