Penyakit Mulut dan Kuku atau yang biasa disebut PMK ini menjadi kejutan bagi para peternak dan para pelaku industri berbasis hewani terutama peternak hewan berkuku belah seperti sapi dan kambing/domba. Hal ini karena sudah 35 tahun Indonesia telah dinyatakan bebas dari PMK.
4 kabupaten di Jawa Timur, seperti Gresik, Lamongan, Sidoarjo, dan Mojokerto telah terpapar virus PMK ini. Dan kota Surabaya sendiri yang berada di tengah wilayah-wilayah ini menjadi konsumen dari produk olahan ternak-ternak ini khususnya daging sapi.Â
Di Jawa Timur sendiri, virus ini sudah tidak hanya menyerang sapi-sapi potong saja, namun sudah mulai menyerang sapi perah. Hal ini akan mengganggu pasokan daging nasional, utamanya menjelang hari raya Idhul Adha.Â
Dalam keputusan menteri pertanian PMK ini telah digolongkan dalam penyakit hewan menular strategis, hal ini dikarenakan dampak yang tidak hanya mengenai kesehatan dan kesejahteraan hewan saja, melainkan juga berdampak pada segi sosial dan ekonomi rakyat.Â
Penyakit ini tidak tergolong dalam penyakit zoonosis/ tidak menular kepada manusia. Oleh karena itu, pengetahuan akan PMK ini perlu di sosialisasikan terutama kepada para peternak di Indonesia.
Pengertian PMK
Mengutip dari penjelasan Prof. Fedik salah satu pakar virologi di Universitas Airlangga. Penyakit mulut dan kuku adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus Picorna viridae yang merupakan jenis virus yang terkecil diantara virus dengan ukuran kecil lainnya. Infeksi virus ini biasanya menyerang mulut dan kaki sapi sehingga akan menimbulkan pelepuhan, sehingga sapi atau hewan tersebut sulit makan.Â
PMK ini tergolong penyakit yang sangat menular, dapat menular melalui udara, air yang terkontaminasi, feses sapi, dan peralatan ternak yang terkontaminasi virus ini. Gejala penyakit ini adalah demam yang tinggi, melepuh pada mulut dan kuku sapi, sulit makan, berat badan menurun. Virus ini juga menyerang organ dalam hewan, hingga akhirnya menyerang jaringan epitel hewan sebagai tujuan utama.
Kerugian peternak
Pada peternak sapi pedaging, sapi yang terjangkit virus PMK ini akan mulai mengurus, dan bahkan akan menyebabkan kematian, hal ini akan merugikan para peternak dikarenakan nilai jual sapi akan menurun, begitu juga para peternak sapi perah, produksi susu dari sapi akan juga menurun, bahkan hingga 10% saja.
Cara mencegah dan mengobati
Pencegahan yang dapat dilakukan oleh peternak agak ternaknya dapat terhindar dari virus PMK ini adalah sebagai berikut,
- Melakukan penyemprotan desinfektan, dapat berupa air kapur gamping/air sabun setiap pagi dan sore pada kandang
- Menyemprot dengan desinfektan semua peralatan kadang setiap setelah digunakan, seperti pakaian peternak, alat makan, alat perah susu, sepatu, topi peternak, dsb.
- Mencuci tangan atau peralatan ternak dengan sabun setelah berinteraksi dengan sapi yang terinfeksi.
- Mencuci bagian tubuh sapi yang melepuh dengan cairan NaCl 1%.
- Sapi yang terinfeksi tidak boleh untuk tidak bawa keluar kandang.
- Jauhkan pakan ternak dari dekat kandang, dan jauhkan sapi yang sehat dengan sapi yang terinfeksi.
- Jangan langsung meminum susu sapi tanpa melalui proses pasteurisasi.
- Tutup kandang dari sapi yang terinfeksi agar tidak menular pada sapi yang lain, hal ini karena penularan virus PMK banyak yang melalui udara.
- Karena vaksin dari virus PMK masih belum ada, peternak dapat meringankan dengan memberikan antibiotik penicillin 3-5 hari. Konsultasikan pada dokter hewan terdekat terkait dosis yang tepat.
- Hindari membuang kotoran maupun mencuci jeroan/daging sapi di saluran air mengalir.
- Ketahanan virus PMKÂ
Virus PMK ini dapat bertahan pada beberapa media
- Air tergenang 50 hari
- Rumput 74 hari
- Tanah 26-200 hari
- Menur/cairan feses sapi kering 48 hari
- Menur basah 8 hari
- Feses sapi 34-43 hari
- Limfonodul sapi/sumsum sapi yang terinfeksi dapat beberapa bulan
Apakah daging sapi PMK layak konsumsi?
Daging maupun jeroan sapi setelah direbus pada suhu diatas 70 derajat celcius, maka virus ini akan mati, sehingga daging maupun jeroan sapi ini masih layak untuk dikonsumsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H