Mohon tunggu...
Alifia Putri
Alifia Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Semarang

Mahasiswa S1 Pendidikan Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

Selanjutnya

Tutup

Financial

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pengangguran di Indonesia

21 Juni 2024   21:43 Diperbarui: 22 Juni 2024   09:31 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Di negara berkembang seperti Indonesia, masalahn pegangguran masih sangat penting. Kesejahteraan masyarakat dan standar hidup dapat berkurang jika tingkat pengangguran tinggi. Kondisi ini disebabkan oleh banyaknya tenaga kerja yang siap bekerja tetapi tidak tertampung di posisi yang tersedia. Akibatnya, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka. Angka pengangguran di Indonesia yang terus meningkat setiap tahun menunjukkan kurangnya kesempatan kerja. John Maynard Keynesmemberikan teori tentang ketenagakerjaan dalam bukunya yang berjudul The General Theory of Employment, Interest, and Money, yang diterbitkan pada tahun 1936. Keynes berpendapat bahwa pengangguran akan tetap ada dalam perekonomian karena rendahnya permintaan agregat ekonomi. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pemanfaatan tenaga kerja penuh, juga dikenal sebagai tenaga kerja penuh, sangat jarang terjadi. Keynes membagi pengangguran menjadi dua kategori utama:

siklikal dan struktural. Pengangguran siklikal terjadi karena ketidakseimbangan dalam perekonomian antara permintaan dan penawaran, edangkan pengangguran struktural terjadi karena perubahan struktural yang terjadi dalam perekonomian yang menyebabkan ketidakcocokan antara kemampuan pencari kerja dan kebutuhan lapangan kerja baru. Diskriminasi berdasarkan jenis kelamin, suku, usia, lokasi geografis, dan sejarah dapat menjadi penyebab masalah struktural ini.

Pertumbuhan angkatan kerja merupakan komponen utama yang mempengaruhi pengangguran di Indonesia. Karena pertumbuhan lapangan kerja tidak sebanding dengan peningkatan usia kerja, ada perbedaan yang signifikan antara jumlah tenaga kerja yang siap bekerja dan jumlah pekerjaan yang tersedia. Setiap tahun, jumlah orang yang lulus dari sekolah dan perguruan tinggi masuk ke dunia kerja terus bertambah, tetapi jumlah pekerjaan baru yang diciptakan tidak sebanding dengan peningkatan tersebut. Kecepatan urbanisasi, yang menarik banyak penduduk desa ke kota, memperburuk ketidakseimbangan ini. Seringkali, migrasi menyebabkan pengangguran terselubung, di mana karyawan tidak dapat menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan mereka. Akibatnya, karyawan ini akhirnya bekerja di sektor informal yang tidak produktif.

Tingkat pengangguran dipengaruhi secara signifikan oleh pendidikan. Keterampilan dan kemampuan yang dimiliki seseorang saat mencari pekerjaan secara langsung dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan mereka. Pendidikan tinggi biasanya meningkatkan keterampilan non-teknis dan teknis yang diperlukan untuk pekerjaan yang lebih kompleks dan bernilai tinggi. Adaptabilitas yang lebih baik terhadap perubahan di pasar tenaga kerja, seperti kemajuan teknologi dan tuntutan industri yang berubah, terkait dengan tingkat pendidikan yang tinggi. Namun demikian, akses ke pendidikan tinggi masih menjadi tantangan bagi banyak orang di Indonesia, terutama di daerah terpencil dan kurang berkembang. Kurangnya akses ini membatasi kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang menguntungkan, yang pada gilirannya meningkatkan tingkat pengangguran di kalangan masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang rendah.

Kemajuan teknologi juga berkontribusi pada pengangguran. Teknologi dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi serta menciptakan lapangan kerja baru di industri teknologi, tetapi juga dapat menghilangkan pekerjaan di sektor tradisional yang lamban. Adoption teknologi di industri manufaktur dan layanan di Indonesia telah mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manual yang tidak terampil, yang seringkali tidak dilatih untuk beralih ke bidang teknologi baru. Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada peningkatan dana untuk pendidikan vokasional dan pelatihan keterampilan yang relevan. Langkah penting untuk mengurangi pengangguran jangka panjang adalah meningkatkan keterampilan tenaga kerja saat ini dan membangun jalur pendidikan yang dapat mengikuti kemajuan teknologi.

Kebijakan pemerintah juga berkontribusi besar pada penurunan pengangguran. Kebijakan yang mendorong investasi dalam infrastruktur, pengembangan sektor swasta, dan insentif untuk industri yang menciptakan banyak lapangan kerja adalah cara pemerintah dapat mendorong penciptaan lapangan kerja. Program pelatihan kerja yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja juga dapat membantu mengurangi jarak antara kebutuhan pasar kerja dan keterampilan pencari kerja. Untuk mengurangi pengangguran, pemerintah Indonesia telah menerapkan program padat karya, pelatihan keterampilan, dan kebijakan ekonomi yang mendorong pertumbuhan industri. Namun, masalah implementasi, korupsi, dan keterbatasan sumber daya sering membuat kebijakan ini tidak efektif.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun