Mohon tunggu...
Alifiano Rezka Adi
Alifiano Rezka Adi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Arsitektur FT UGM Yogyakarta, yang slogannya better space better living, ayoo hidupkan ruang disekitar kita biar dunia ini lebih berwarna :DD

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lebih Bijaksana Memandang Fenomena Sosial Perumahan Elit

10 Februari 2015   00:43 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:31 432
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_395835" align="aligncenter" width="700" caption="Salah satu perumahan elit di Yogyakarta (investasi-rumahjogja.blogspot.com)"][/caption]

Dampak globalisasi telah mendorong perubahan besar bagi kehidupan manusia, baik dalam aspek fisik maupun aspek non-fisik. Aspek fisiik dapat dilihat dari produk fisik yang ada didunia modern sekarang ini, seperti pesatnya kemajuan teknologi, alat transportasi, dan berbagai bangunan dengan arsitektur modern. Aspek non-fisik dapat dilihat dari perkembangan kebudayaan dan bentuk-bentuk organisasi sosial. Kedua aspek ini dalam beberapa kasus sering saling berhubungan erat. Contoh yang jelas terlihat dibeberapa kota besar adalah fenomena pembangunan perumahan elit atau real estate. Dapat dikatakan bahwa perumahan elit merupakan produk globalisasi yang menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat kelas menengah atas dan atas mengenai gaya hidupnya, keinginannya, kepribadiannya, kondisi lingkungannya, dan organisasi sosialnya. Rasa akan kepemilikan ruang dan material yang dirasakan oleh penghuni perumahan elit akan mendorong terciptanya karakteristik hubungan sosial yang unik diantara penghuni didalamnya.

Namun seringkali hubungan sosial yang unik pada konteks perumahan elit dikonotasikan secara negatif sebagai individualistik, eksklusivisme, dan jauh dari nilai-nilai budaya lokal. Penilaian ini mungkin akan selalu muncul jika kita melihat dari sudut pandang keberadaan perumahan elit dengan daerah atau lingkungan disekelilingnya. Hal ini kemudian melahirkan istilah gated community atau komunitas berpagar (Sunyoto, 2014). Sebenarnya terdapat kajian menarik tentang bagaimana sebenarnya profil dan kegiatan yang ada di dalam suatu perumahan elit itu sendiri. Bagaimana hubungan sosial individu-individu di dalamnya, bagaimana kegiatan sosial yang terjadi di dalamnya, dan bagaimana upaya-upaya dalam mengkolaborasikan unsur globalisasi dengan nilai-nilai budaya lokal. Dengan memahami berbagai unsur tersebut, kita dapat lebih bijaksana dalam memandang perumahan elit tertentu sebagai sebuah lingkungan sosial.

Terdapat setidaknya tiga parameter yang dapat digunakan untuk mengukur kualitas sosial dalam sebuah perumahan elit, yaitu identitas komunal, proses sosial, dan konstruksi sosial (Sunyoto, 2014) yang berada di dalam lingkungan perumahan elit tersebut. Identitas komunal berkaitan dengan kultur (budaya) penghuni atau kelompok penghuni dalam perumahan tersebut, struktur sosial yang terbangun didalamnya, dan kepribadian atau aktor sosial dibalik terbangunnya sistem sosial dalam sebuah perumahan elit. Proses sosial berkaitan dengan transformasi sosial yang terjadi dalam lingkup penghuni perumahan elit, ataupun keterkaitannya dengan masyarakat diluar kompleks perumahan ini. Proses sosial mencakup interdependence (ketergantungan antar penghuni), figuration (perspektif baru penghuni mengenai lingkungan perumahannya), habitus (kebiasaan-kebiasaan baru pada penghuni), dan involvement - detachment (penerimaan atau penolakan dari masyarakat sekitar). Sedangkan konstruksi sosial berkaitan dengan material and ideational (gagasan penghuni dalam bertempat tinggal), desire & belief (bagaimana proses pemenuhan kebutuhan mereka hingga dampak yang terjadi setelahnya), dan perubahan lingkungan (tatanan makro) yang terjadi di lingkungan perumahan elit.

Konsep-konsep tersebut masih terlihat abstrak kecuali kita bisa masuk ke dalam lingkungan perumahan elit dan mendalami berbagai informasi di dalamnya. Beberapa perumahan elit di kota-kota besar yang memiliki tradisi budaya yang kuat dapat menjadi objek yang sangat representatif untuk dikaji ataupun diteliti. Misalnya di Yogyakarta, perumahan elit menjadi menarik dikaji karena lokasinya yang berada di pusat kota sehingga bersinggungan dengan budaya lokal yang kental. Yang menjadi pertanyaan adalah apakah ditengah-tengah “atmosfer mewah” yang ada pada sebuah perumahan elit terdapat kegiatan sosial, perkumpulan pengikat antar penghuni, ataupun upaya-upaya dalam mempertahankan budaya lokal.

Kegiatan sosial yang “positif” dan respon terhadap budaya lokal tersebut bila diperhatikan atau diimplementasikan dalam sebuah perumahan elit sebenarnya dapat mengurangi stigma negatif yang ada di masyarakat non penghuni perumahan elit dalam memandang keberadaan perumahan elit tersebut. Bahkan hal ini dapat menambah daya tarik sebuah perumahan elit karena tidak hanya menawarkan lingkungan yang serba mewah, namun juga lingkungan sosial budaya yang terbangun positif di dalamnya. Selain itu, ikatan sosial-budaya yang diupayakan dapat menekan rasa individualistik dan eksklusivisme bagi pihak penghuni perumahan elit.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun