Mohon tunggu...
ALIFIA NOOR OCTAVIANY
ALIFIA NOOR OCTAVIANY Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang Mahasiswa Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Majalaya: Kota Dollar dan Jejak Kejayaan Tekstil di Indonesia

27 Desember 2024   23:09 Diperbarui: 27 Desember 2024   23:09 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Industri tekstil di Madjalaja 1940 (Collectie Tropenmuseum)

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) merupakan salah satu sektor strategis di Indonesia yang memiliki peran penting dalam perekonomian nasional. Dengan struktur yang terintegrasi dari hulu hingga hilir, industri ini mencakup produksi serat, benang, kain, hingga pakaian jadi. Kontribusinya tidak hanya menghasilkan devisa dari ekspor tetapi juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar, sehingga menjadi andalan bagi pertumbuhan industri pengolahan nasional.

Hingga tahun 2019, industri tekstil menunjukkan performa yang gemilang dengan pertumbuhan mencapai 15,35%, menandai pemulihan signifikan dari masa sulit sebelumnya. Namun, pandemi COVID-19 pada tahun 2020 membawa tantangan besar. Banyak pabrik tekstil di Majalaya yang gulung tikar karena tidak mampu bersaing dengan produk tekstil dari negara lain, seperti China dan Vietnam. Kini, sebagian besar masyarakat Majalaya beralih ke sektor ekonomi lain, seperti perdagangan dan pertanian.

Kontraksi ekonomi global, kebijakan pembatasan sosial, serta penurunan permintaan domestik dan internasional menyebabkan pertumbuhan industri ini menyusut hingga -8,88%. Kondisi ini berdampak pada turunnya utilitas pabrik, hilangnya lapangan pekerjaan, dan menurunnya daya saing produk lokal di pasar domestik maupun global. Tantangan lain yang dihadapi mencakup tingginya biaya energi, keterbatasan teknologi produksi, rendahnya produktivitas, serta dominasi produk impor yang membanjiri pasar. Ketergantungan pada bahan baku impor juga menjadi kendala signifikan, terutama ketika terjadi gangguan pada rantai pasok global.

Masa Depan Majalaya: Warisan Kota Dollar

Meskipun kejayaan sebagai "Kota Dollar" telah berlalu, Majalaya masih memiliki potensi besar untuk bangkit. Pemerintah setempat berupaya menghidupkan kembali industri tekstil dengan pendekatan ramah lingkungan. Salah satu inisiatif yang sedang dikembangkan adalah penggunaan teknologi daur ulang limbah untuk mengurangi pencemaran.

Selain itu, warisan sejarah sebagai pusat tekstil dapat dimanfaatkan untuk menarik wisatawan. Konsep heritage tourism yang menyoroti kejayaan industri tekstil Majalaya dapat menjadi salah satu alternatif untuk menggerakkan ekonomi lokal. Untuk memastikan keberlanjutan dan daya saing di masa depan, diperlukan langkah strategis dan inovatif. Modernisasi teknologi melalui restrukturisasi permesinan harus terus didorong agar efisiensi dan kualitas produksi meningkat. Diversifikasi produk, khususnya ke arah pakaian fungsional dan teknologi tinggi, dapat membuka peluang di pasar global. Pemerintah perlu mempercepat perjanjian dagang dengan negara-negara strategis seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat untuk memperluas akses pasar.

Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Khas Majalaya 2019 (Wikimedia Commons)
Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) Khas Majalaya 2019 (Wikimedia Commons)

Di sisi lain, penguatan pasar domestik juga penting dilakukan melalui kampanye cinta produk lokal dan pemberian insentif kepada produsen dalam negeri. Pengelolaan biaya energi, pembiayaan yang kompetitif, serta penguatan infrastruktur logistik menjadi faktor pendukung yang tidak kalah pentingnya. Dengan menerapkan strategi yang tepat dan kolaborasi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat, industri tekstil Majalaya atau bahkan Indonesia memiliki potensi besar untuk kembali menjadi motor pertumbuhan ekonomi. Di masa depan, sektor ini diharapkan tidak hanya menjadi pilar industri pengolahan nasional, tetapi juga salah satu pemain utama di pasar global.

Majalaya adalah bukti nyata bagaimana sebuah kota kecil dapat mendunia berkat kerja keras warganya. Meskipun tantangan zaman modern mengubah arah perkembangan kota ini, julukan "Kota Dollar" akan selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Majalaya. Kini, saatnya masyarakat dan pemerintah bergandengan tangan untuk mengembalikan kejayaan kota ini, meski dalam bentuk yang berbeda.

Sumber Referensi:

Booth, A. (1998). Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun