Kepala Batu
"T-tapi bu, aku bahkan rela membuat novel dan menerbitkannya demi memenuhi resolusi ku ini. Ayolah bu..." Imala memohon. "Hmm, baiklah. Ibu izinkan kamu mengikuti acara sekolah," jawab Ibu dengan nada kesal. "Aaa, Terima kasih bu," tutur Imala.
"Sebenarnya, Ibu tak membolehkan mu mengikuti acara itu bukan karena tak memiliki uang. Namun, firasat Ibu buruk," ucap Ibu dalam hati. Imala padahal sudah berjanji akan berubah dari sifatnya yang keras kepala itu. Namun, hingga kini tak ada yang berubah.
Ia bahkan dijauhi teman-temannya karena sifatnya. Imala memang terlahir di keluarga yang sederhana. Baru kali ini ia bisa mengikuti acara tamasya sekolah. Setelah virus korona yang membuat libur sekolah selama dua tahun di rumah. Ia begitu semangat.
Hari demi hari ia lewati. Ia mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk ke pantai. Imala bersama Ayahnya bersiap berangkat menuju sekolah. "BUG" Imala menutup pintu mobil. Tak lupa, ia melambaikan tangannya kepada Ibu.
Setelah bermenit-menit melakukan perjalanan. Akhirnya ia sampai. Ia mengecup tangan ayahnya, dan bergegas menuju ke teman-temannya. Setelah itu, memasuki bus. "Dadah..." Imala melambaikan tangan ke ayahnya. Setelah seharian perjalanan.
Akhirnya, mereka sampai di pantai. Mereka pergi ke hotel, Imala dan semua disambut oleh angin yang cukup kencang. Setelah itu, terjadi guncangan. Membuat semua menjadi panik. Mereka pun keluar dari hotel dengan perasaan bercampur aduk.
"Anak-anak, untuk hari ini. Jangan pergi ke pantai. Apalagi, berenang di pantai," ujar ibu guru. "Kita harus berdoa, agar tak terjadi hal yang tidak kita inginkan," Ibu guru melanjutkan. Tak lama setelah kejadian itu, suara gemuruh terdengar.
Air laut mulai menyurut. Semua semakin panik. "Deg deg deg" suara detak jantung Dara sahabat Imala terdengar. "Sepertinya, akan terjadi..." Belum sempat Dara mengucapkan kata-kata nya. Gelombang laut dahsyat menarik semua orang.
"AAA, TOLONG..." teriak Imala. Imala tak bisa berbuat apapun, gelombang laut itu menariknya ke tengah laut. Beruntung saat itu ia menggunakan ambung-ambung untuk bersiap berenang. Ia terus terombang-ambing. Dan hilang kesadaran.