Moda transportasi umum Biskita rencananya akan diterapkan tarif berbayar pada tahun ini. Perencanaan tarif Biskita ini diusulkan oleh Pemerintah Kota Bogor yang berkolaborasi dengan BPTJ Kementrian Perhubungan. Hal ini dilakukan oleh Pemerintah Kota Bogor dalam mengembangkan layanan Biskita lantaran layanan angkutan umum ini terjadi load factor atau peningkatan penumpang setiap harinya.Â
Biskita kini usianya menginjak lebih dari satu tahun mengaspal di jalanan-jalanan utama Kota Bogor. Sejak peluncuran pertama kalinya pada bulan November 2021 lalu, Biskita selalu menjadi pusat antusiasme masyarakat Kota Bogor dalam bermobilitas. Standar pelayanan yang diberikan berbeda dengan angkutan umum konvensional lainnya, karena Biskita dapat menjangkau segala aksesibilitas, seperti kenyamanan dan keamanan.
Selain itu, layanan transportasi Biskita ini masih belum dikenakan tarif sepeser pun hingga saat ini. Hal tersebut yang memicu peningkatan pengguna Biskita setiap harinya. "Sampai saat ini Biskita memang masih gratis karena Biskita itu kolaborasi antara BPTJ KemenHub dengan Pemerintah Kota Bogor dan dapat anggaran subsidi angkutan umum dengan skema Buy The Service, makanya kebijakan tentang tarif harus koordinasi sama pemerintah pusat. Tapi yang pasti tarif berbayar ini akan kami lakukan," ungkap Manajer Projek Biskita, Gery Widiana Lutfi. Penerapan tarif Biskita yang dilakukan pemerintah ini menjadi huru-hara masyarakat karena tidak akan ada lagi angkutan umum yang gratis di Kota Bogor.
Kisaran Tarif Pada Biskita
Besaran tarif yang nantinya akan diberlakukan pada Biskita tentunya tidak semahal itu. Kisaran tarif yang diusulkan oleh Pemerintah Kota Bogor kepada BPTJ Kementerian Perhubungan sebesar Rp4.000 saja. Penetapan tarif tersebut tidak semena-mena ditentukan karena harus melihat kebutuhan dari masyarakat yang menggunakan layanan transportasi ini. Penerapan tarif ditinjau dari kemampuan masyarakat dan kemauan dari masyarakat itu sendiri untuk membayar, karena takut masyarakat akan mengeluhkan soal tarif yang besar. Apalagi rata-rata pengguna Biskita sekarang adalah anak sekolah dan mahasiswa.
Selain itu, penetapan besaran tarif pada Biskita ini juga dilihat dari fasilitas yang tersedia pada Biskita, jangan sampai tarif yang mahal tidak sebanding dengan fasilitas yang belum mumpuni. Tentu saja untuk metode pembayaran Biskita ini hanya mengandalkan kartu elektronik atau e-money. Caranya hanya dengan tap kartu pada pintu masuk Biskita, maka saldo tersebut akan terpotong dengan sendirinya.
Tujuan Penerapan Tarif Pada Biskita
Seperti yang kita tahu bahwa Kota Bogor juga identik dengan Kota Seribu Angkot. Julukan tersebut diberikan karena merajalelanya angkotan perkotaan yang kerap kali menimbulkan kemacetan di kota Bogor. Selain itu, penggunaan kendaran pribadi juga menjadi salah satu penyebab yang membuat lalu lintas menjadi semrawut. Hadirnya layanan transportasi Biskita menjadi upaya yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bogor dalam mengatasi hal tersebut. Pengembangan layanan Biskita terus digarap oleh Pemerintah Kota Bogor agar masyarakatnya bisa nyaman dalam menggunakan transportasi umum.
Seperti pada tahun ini, Biskita yang awal mulanya gratis ternyata akan mulai diberlakukan tarif pembayaran. Rencana penerapan tarif tersebut sebagai upaya untuk mendukung masyarakat beralih menggunakan transportasi umum Biskita. Kota Bogor terpilih menjadi pilot project yang membuat pemerintah akan menggalakkan kebijakan push pollicy untuk menunjang masyarakat menggunakan transportasi umum yang lebih terintegrasi dengan cara menerapkan tarif pada Biskita.
Program Buy The Service yang ada pada Biskita menimbulkan animo masyarakat yang tinggi untuk menggunakan layanan transportasi umum ini. Hal tersebut dibuktikan dari penuturan Gery yang menyebutkan bahwa pengguna Biskita bisa mencapai ribuan per harinya. Harapannya, dengan diberlakukan sistem pembayaran ini tidak menutup antusiasme masyarakat untuk menggunakan Biskita sebagai penunjang kebutuhan hidupnya.Â
Persoalan mengenai rencana penerapan tarif Biskita ini ternyata sudah melebar luas di kalangan masyarakat Kota Bogor. Tentu ada beberapa respon masyarakat yang kurang setuju dengan besaran tarif yang diajukan. Seperti penuturan dari Jeremi Penatas, mahasiswi Sekolah Vokasi IPB, yang mengatakan bahwa besaran tarif Rp4.000 terlalu mahal bagi Biskita karena fasilitasnya yang masih belum dikatakan selaras dengan tarif yang ditetapkan. "Menurut saya ini masih terlalu mahal karena jika kita lihat dari Biskita itu sendiri masih tipe bus yang medium, selain itu belum ada jalur khusus bagi Biskita sehingga masih ikut macet-macetan di jalan," ungkap Jeremi Penatas sebagai pengguna Biskita.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Rosiana, seorang Ibu Rumah Tangga yang sering menggunakan layanan Biskita. Ia mengungkapkan bahwa dengan tarif sebesar Rp4.000 mahal dan sama seperti naik angkot konvensional, apalagi estimasi kedatangan Biskita yang lama dan terkadang tidak sesuai dengan jam keberangkatannya. Namun dari segi fasilitas yang ada di Biskita, menurut Rosiana sudah lengkap dan sesuai dengan standar pelayanan yang baik.
Penerapan tarif pada Biskita memang masih belum dipastikan kapan diberlakukannya. Prosedur mengenai penetapan tarif pun masih harus dikaji lebih luas oleh Pemerintah Kota Bogor. Bukan hanya dari segi fasilitas saja, namun penambahan koridor dan jumlah armada bus juga tetap diutamakan. Mengingat Biskita sekarang ini dikategorikan sebagai transportasi umum yang sudah menjadi ikon Kota Bogor. Meskipun akan dikenakan tarif berbayar pada Biskita, jangan sampai budaya naik moda transportasi umum luntur karena kenyamanan dan keamanan akan selalu terjamin serta biaya yang dikeluarkan pun lebih hemat dibanding menggunakan kendaraan pribadi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H