Angin malam mulai menyelimuti keheningan dan kesunyian. Derap langkah pakpoh Sucipto, penjaga malam di kampungku atau bisa disebut seorang hansip bagian ronda malam. Bersama seorang sahabatnya ronda yang kuat berani lagi pemurah hatinya, Paklik weza.
Mulai melangkah menyusuri satu persatu sudut yang ada di kampungku, demi keamanan kampung kami, Desa Jepang. Waktu itu aku masih ingat betul, pukul 11.30. Kentongan yang selalu melekat di telapak tangan pak weza dan pak sucipto dibunyikan dengan sangat keras oleh pembawanya dan itupun berkali-kali.
Tak kusangka aku bangun dengan kagetnya ragaku, tetapi saat aku bangun abahku sudah berdiri membuka pintu untuk melihat apa yang terjadi di tengah malam seperti ini. Lalu aku menyusul abahku yang sedang menemui 2 bapak superhero malam tadi, pak weza dan pak sucipto.
"ono opo seh kok tang..tung..tang..tung? " tanya abahku.
 Yah.... maklumlah bahasa abahku memang lucu, aku pun terkadang tertawa melihat serta mendengarkan beliau berbicara. Sejenak abahku berbicara, bapak two musketer itupun menjawab
 "WONG CEBLOK.....!!!!".
Ohh iya.. aku lupa tentang abah, abah sebenarnya bukan ayahku tapi kakekku yang tercinta beliau berumur 78 tahun. Tapi kakekku masih sehat dan bugar, bahkan masih sempat ngopi di warung sebelah saat selesai sholat isya, wow....kakek yang superkan?. Â Karena jawaban paklik dan pakpoh berteriak sontak membuat abahku kanget, lalu marah-marah pada mereka berdua.Â
Aku pun malas mendengar omelan abahku yang panjang,lebar,tinggi yang juga kudengar tiap waktu.
Akhirnya aku masuk ke dalam rumah melanjutkan mimpi yang indah. Namun besoknya aku tak lupa untuk menanya pada abahku tentang cerita tadi malam.
 "abah.. ndek wingi wonten nopo to, bah?" tanyaku pada abah.
Abahku tak menjawab satu katapun, tapi aku selalu memutar mutar pembicaraan agar abah mau bercerita padaku.
"ayo... to bah.." desakku pada abah
"lah,,ko wedi nduk?!?!......wes ndang adus, sekolah kono! " jawabnya.
 Dengan cemberut aku pergi mandi, sarapan, pamitan pada abah dan pergi menuntut ilmu. Sampai sekolah aku pukul 06:30. Asmaul husna sudah dibunyikan. Tapi heran semua temanku bergerumbul seperti membicarakan sesuatu, akupun menghampiri mereka.
 "hey ges..enek opo ki?" tanyaku.
 "Asca!!!" kagetnya teman temanku sontak berteriak menatapku.
Ya, Asca dipanggil Aska, itulah namaku ,nama yang kubuat sendiri karena aku samakan namaku dengan nama channel youtube ku, aku ini youtuber loh....singkatanya Alifia Sangat CAntik,he he.
 "ono opo to jane?" ujarku pada mereka.
 "loh... you don't know about it?. Begini lif, yesterday ada orang yang mencoba membenahi tiang listrik and you know !!, na'as listriknya konslet and menyambar orang itu serta pohon jambu disampingnya, akhirnya orangnya jatuh and meninggal lalu the jambu tree terbakar habis of fire. Tetapi paginya pohonnya utuh lagi! That is amazing!!!" jawab jodha.
Jodha  adalah sahabat terbaikku, cantik, baik, hitam manis, logat Tammil Hindi, bahasanya campur karena baru pindah ke sini, tapi walaupun begitu dia keturunan India asli.
 Aku tak menjawab apa apa tentang cerita itu, aku hanya diam dan termenung. Tet.........Tet.........Tet...,bel sekolah berbunyi menandakan bahwa waktu pulang telah tiba. Saat aku pulang aku kepo, ingin melihat TKP kejadian kemarin, akhirnya aku putar jalur pulangku yang tadinya lewat depan warung buk Tri pecel, sekarang kubelok sepedaku melewati warung kopi bu Roso.
 Ternyata...di sana masih ramai orang melihat, banyak sekali hingga aku tak bisa lewat. Dengan berani aku menerobos kerumunan manusia yang hadir. Aku bingung saat melihat banyak orang kenduren dibawah pohon itu. Anehnya, hanya ranting pohon yang terbakar, bagian bawah dan tengah tidak, aneh kan?. Akupun pulang dan bertanya pada abah tentang mengapa dimulainya adat kenduren di bawah pohon itu.
Kata abah adat itu dimulai karena kepercayaan orang orang tentang nyawa orang yang masuk dalam pohon itu, maka dari itu pohonnya hidup lagi. Tapi adat itu bukan bermaksud untuk memuja pohon itu. Tetapi hanya untuk menghormati.
Karena itulah saat diadakan kenduren, hanya dilakukan istigotshah dan doa pada Allah SWT agar desa aman dan tentram yang dilakukan setiap 1 Syura. Dan adat itupun masih berjalan baik hingga sekarang. Yang dikenal dengan nama "Kenduren Wit" di desa Jepang ini.
 Namun sayangnya kearifan lokal yang ada di desaku belum banyak dikenal di seluruh kecamatan atau kabupaten. Tetapi kisah itu, yang membuatku selalu bangga atas keadaan lingkungan desaku yang aku cintai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H