Mohon tunggu...
KKN 244 Desa Baratan
KKN 244 Desa Baratan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Kelompok KKN Kolaboratif 244 Desa Baratan dari Universitas jember, Universitas PGRI Argopuro Jember, Universitas Dr. Soebandi, dan Akademi Farmasi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Tradisi Bersih Desa: "Takbuta'an" Jadi Icon di Desa Baratan, Kecamatan Patrang

25 Agustus 2022   01:26 Diperbarui: 25 Agustus 2022   01:31 818
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia, negara dengan keanekaragaman budaya yang khas antara satu sama lain. Kebudayaan merupakan suatu kepercayaan adat, bentuk sosial, dan sifat material dari kelompok ras, agama, atau sosial yang sudah melekat secara turun temurun serta wajib untuk dilestarikan. Seperti halnya yang dilakukan oleh masyarakat Desa Baratan, Kec. Patrang yang tetap melestarikan kesenian khas mereka yaitu kesenian Takbuta’an.

Kesenian Takbuta’an merupakan kesenian lokal di Jember yang menjadi perpaduan antara seni topeng dan seni musik khas Jawa. Takbuta’an menjadi kesenian yang digunakan untuk memperingati tradisi bersih desa. Tradisi bersih Desa Baratan dilaksanakan setiap satu tahun sekali, setiap hari Selasa Wage (dalam kalender jawa) yang tahun ini tepat dilaksanakan pada Selasa, 16 agustus 2022. Pada saat kegiatan tradisi bersih Desa, Takbuta'an dipertunjukkan kepada masyarakat yang kemudian akan diarak keliling Desa Baratan.

dokpri
dokpri
dokpri
dokpri

Awal mulanya tradisi kesenian Takbuta’an diadakan saat panen raya kedua. Hal ini bertujuan untuk menghindari risiko gagal panen dikarenakan mayoritas masyarakat Desa Baratan berprofesi sebagai petani, selain itu tradisi ini dulunya digunakan untuk menjaga keselamatan warga Desa Baratan.

“Kesenian Takbuta’an pada zaman dahulu dianggap sakral, tetapi untuk saat ini Kesenian Takbuta’an dilaksanakan dengan mengikuti Zaman namun tetap mempertahankan sedikit kesakralan yang ada, Sebelum Takbuta’an diarak, Takbuta’an diarahkan menuju sesajen terlebih dahulu yang tujuannya untuk mencegah hal yang tidak diinginkan terjadi”, tutur Pak Misrai ketua paguyuban kesenian Takbuta’an "Rukun damai".

Kesenian Takbuta’an mirip dengan kesenian ondel-ondel Betawi, namun karena adanya akulturasi budaya dari Madura, Takbuta’an memiliki keunikan tersendiri. Keunikan terlihat pada wajah dari Takbuta’an yang digambarkan dengan wajah yang seram. Wajah seram pada Takbuta’an identik dengan sifat yang jahat, karena menurut warga Baratan Takbuta'an dianggap sebagai dua sosok raksasa laki-laki dan perempuan yang mengganggu hasil panen warga. Kerangka sosok Takbuta’an terbuat dari bambu duri untuk rangka badan. Sedangkan rambutnya diambil dari ijuk pohon kolang-kaling yang diambil di gumuk serta wajah terbuat dari kayu yang diukir.

dokpri
dokpri

Kesenian Takbuta’an tetap bertahan hingga saat ini tidak jauh dari ikut campur warga untuk mempertahankan tradisi warisan nenek moyang pada zaman dahulu.    

“Harapan saya dengan kesenian Takbuta’an ini agar tetap dilestarikan dan butuh peran serta generasi muda untuk mempertahankan kebudayaan atau tradisi kesenian Takbuta’an karena zaman sekarang sudah terpengaruh oleh gadget”, tutur Sucipto, salah satu pengurus paguyuban kesenian Takbuta’an “Rukun damai” yang ada di Desa Baratan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun