Mohon tunggu...
Aliffian Dafa
Aliffian Dafa Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswa Hukum

Hai, hallo ^o^ Panjang umur nasib baik! Semoga lulus tahun ini bukan hanya omong kosong

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jejak Budaya Persia di Nusantara

5 April 2020   15:05 Diperbarui: 5 April 2020   15:18 5118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persia? Pernah dengar, tapi dimana? Kata Persia sudah pasti sangat jarang kita dengar, mungkin sebagian orang mengerti lewat video game atau pun film yang memiliki background kota Persia, contoh saja Prince of Persia. 

Mungkin beberapa dari kita yang lain lagi mengerti dari mempelajari tentang budaya Islam dan menjadi tidak asing dalam mendengar kata Persia ini. 

Namun tahukah anda tentang Persia? Atau yang saat ini lebih dikenal sebagai negara Iran? Ya, bagi masyarakat dunia maupun Indonesia dalam memandang negara Iran pasti akan langsung terbesit kata Syiah, salah satu golongan dalam ajaran agama Islam. Suatu golongan yang ajarannya telah resmi dianggap "sesat" oleh negara kita ini. 

Namun, masyarakat Indonesia saat ini masih banyak yang tidak mengetahui bahwa Muslim Persia atau yang saat ini lebih dikenal sebagai Iran lah yang pertama kali memperkenalkan kita kepada dunia Islam melalui aktivitas perdagangan di pulau Sumatra. 

Sudah ada banyak bukti yang memperkuat kondisi ini, namun secara umum bisa dikatakan bahwa “gairah ilmiah” umat Islam di Indonesia saat ini untuk sekedar memahami dirinya sendiri dan juga “saudara-saudaranya” di berbagai belahan dunia lain, masih tergolong rendah.[1] 

Tesis paling umum untuk membuktikan bahwa terdapat pengaruh Persia dalam budaya Islam Nusantara ialah pendapat bahwa masuknya Islam ke Nusantara sendiri adalah melalui Persia, atau dari Gujarat India yang sudah terpengaruh oleh Persia. 

Dalam teori ini Islam masuk ke Nusantara abad 13 M dan pembawanya berasal dari Persia. Dasar teori ini adalah beberapa kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia. Pendukung teori ini antara lain adalah P. A. Hoessein Djajadiningrat.

Dalam konteks yang sama K.H. Abdurahman Wahid (Gus Dur) pernah menyatakan bahwa NU (Nahdlatul Ulama') secara kultural adalah Syiah. Hal itu karena tradisi Syafi'i  di Indonesia sendiri berbeda dengan tradisi Syafi’i di negeri-negeri lain corak budaya Syafi'iah di Indonesia sangat didominasi oleh tradisi-tradisi Syiah. Dan ada beberapa shalawat khas Syiah yang sampai sekarang masih dijalankan di pesantren-pesantren. Masih terdapat wirid-wirid tertentu yang jelas menyebutkan lima keturunan Ahlul Bait. 

Sementara itu coraknya pun masih dapat ditelaah lewat masih eksisnya tradisi ziarah kubur di Nusantara serta membuat kubah pada kuburan. Menurut beliau, itu semua tradisi Syiah. Tradisi itu lahir di sini dalam bentuk Mazhab Syafi’i. Jadi, di luarnya Syafi’i namun di dalamnya Syiah.[2]

Persinggungan antar para pedagang yang kebanyakan dari Persia dengan penduduk Nusantara semenjak abad ke-7, dapat diasumsikan mengakibatkan terjadinya proses saling mempengaruhi baik itu dalam aspek ekonomi, sosial, budaya, religi, dan terutama bahasa di antara keduanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun