Mohon tunggu...
Alif Febry
Alif Febry Mohon Tunggu... -

siapa saya ? ah hanya laki-laki biasa namun akan jadi luar biasa kelak saat menjadi seorang 'Ayah'

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Sebuah Bendera untuk Negeriku, Indonesia

24 Januari 2016   09:14 Diperbarui: 24 Januari 2016   12:22 999
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"di belakang gubuk ini ada sumur. pakailah untuk keperluanmu. bapak harus pulang, jika butuh sesuatu temui bapak di toko" [berbalik meninggalkan anak itu, Paimin].

**

Pagi sudah tiba. Paimin terbangunkan oleh suara ayam jantan yang hinggap di atas gubuknya. Ia juga terbangun karena keringat yang membasahi tubuhnya pertanda semalam hujan tak kunjung. Berat sekali ia membangunkan tubuhnya. Seakan kasur lapuk itu tak mau ditinggalinya. Ia paksakan untuk bangun. Pikirnya, ia tak akan dapat sesuap nasi jika ia hanya berbaring di sana sepanjang hari.

Setelah membasuh wajah dan mengganti pakaiannya. Paimin beranjak dari gubuk itu. Kembali kaki-kakinya diajak untuk mencari sepatu-sepatu kotor. Dilewatinya gang-gang kecil yang melingkari pemukiman itu. Tak sengaja ia melewati sebuah sekolah. Satu-satunya sekolah yang berada di sana, di pemukiman kumuh.

Terdengar suara gemuruh di belakang Paimin. Ia terkejut dan menolehkan kepalanya ke belakang. Terlihat anak-anak seumurnya berlari ke arahnya. Tergesa-gesa sekali mirip maling yang di kejar warga. Mereka mengenakan seragam dan topi yang sama. Mereka melewatinya tanpa permisi. Lalu mereka memasuki gerbang sekolah tepat berada di hadapan Paimin. Seasaat tatapannya tertuju pada mereka. Ternyata mereka terlambat, upacara bendera sudah dimulai. Ya hari hari itu hari Senin.

Paimin menghentikan langkahnya sesaat setelah melewati jejeran gerbang masuk sekolah. Ia serongkan kakinya ke kiri tepat dihadapan pagar yang menghalangi pandangannya. Tangannya memegang rentetan pagar yang tersusun rapi. Di sela dua rentet pagar, wajah Paimin terhimpit bersamanya.

Saat bendera mulai naik dan terdengar lagu 'Indonesi Raya'. Saat tangan anak-anak itu di arahkan ke arah pelipis kanan dengan kepala yang sedikit menengadah. Serentak tatapan mereka tertuju pada bendera yang sudah berada di ujung tiang. Paimin pun mengikutinya di luar pagar.

Paimin melamun. Pandangannya tertuju pada bendera yang berkibar bebas. Terlihat jelas dari luar pagar. Ia terus memperhatikan. Dalam lamunannya ia berfikir, mengapa bendera itu terlihat kusam dan terlihat kotor pada bagian putihnya. Mengapa lambang yang menandakan kesucian Negeri ini sekotor itu. Atau mungkin orang yang bertanggung jawab atas kebersihan bendera tak sempat mencucinya. "ya mungkin tak sempat" ucap paimin. Ia terus berceloteh setelah meninggalkan sekolah itu.

Di perjalanan menuju kota - Di pinggir jalan, Paimin melihat sebuah toko yang menjual bendera. Bendera itu di gantung tepat di depan toko. Dihampirinya toko itu.

"harga bendera ini berapa mas ?" tanyanya sambil memegang bendera itu.

"40rb dek, itu ukurannya 3 meter" jawab pemilik toko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun