Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) merupakan pembangkit listrik yang memanfaatkan cahaya matahari untuk menghasilkan energi listrik. Proses konversi cahaya matahari menjadi energi listrik menggunakan panel surya sehingga dapat memenuhi kebutuhan listrik sehari-hari. PLTS biasanya dipasang di dinding atau luar atap suatu bangunan, karena jika PLTS diletakkan di luar terutama di atas atap akan memaksimalkan panel surya menyerap cahaya matahari. PLTS dianggap lebih ramah lingkungan karena dapat mengurangi pemanasan global dibandingkan pembangkit listrik lainnya seperti PLTU yang dapat mencemari udara dan PLTA yang dapat mencemari perairan. PLTS cocok diterapkan di Indonesia yang memiliki iklim tropis sehingga dapat dimanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian sumber energi listrik dari matahari tidak akan habis. Berbeda dengan pembangkit listrik lainnya yang menggunakan bahan bakar, apabila bahan bakar dari bumi terus menerus digunakan maka di masa depan akan habis dan mengalami krisis energi listrik. Kini PLTS telah di pasang di gedung-gedung tinggi dan infrastruktur lainnya seperti perkantoran, sarana industri, rumah sakit, pusat pembelanjaan bahkan perumahan di Indonesia telah memilih PLTS untuk menunjang aktivitas alat elektronik.
Dalam PLTS komponen utama dalam menyerap energi matahari adalah panel surya. Komponen ini merupakan perangkat yang digunakan untuk mengkonversi tenaga matahari menjadi energi listrik. Teknologi pengkonversian radiasi matahari menjadi listrik ini disebut dengan efek photovoltaic yang dikemas dalam suatu modul yang disebut modul surya. Modul ini dapat dirangkai secara seri maupun paralel dengan tujuan untuk mendapatkan energi listrik yang banyak dan maksimal. Efek photovoltaic adalah fenomena dimana munculnya suatu tegangan listrik dikarenakan hubungan dua elektroda yang terhubung dengan sistem padatan atau cariran saat mendapatkan cahaya. Prinsip kerja solar cell adalah ketika foton atau partikel sinar matahari menghantam atom semikonduktor silikon sel surya maka electron pada atom semikonduktor akan terpisah. Elektron negatif yang terpisah akan bergerak pada pita konduksi ke daerah semi konduktor yang bersifat negatif. Adanya persimpangan antara semikonduktor positif dan semikonduktor negatif akan menumbulkan arus listrik ketika diberikan sebuah beban.
Dalam pengembangannya PLTS dapat diaplikasikan di berbagai tempat dan peralatan. Contohnya adalah adanya PLTS atap. Pemasangan PLTS tipe atap sesuai dengan namanya yakni ada di bagian roof atau atap dari sebuah bangunan. PLTS atap dapat terpasang diberbagai jenis bangunan yang utamanya terkena sinar matahari secara langsung dan memiliki kontruksi atap yang kuat. PLTS atap sering ditemui pada bangunan-bangunan tinggi serta beberapa pemukiman penduduk yang memang ingin menggunakannya. PLTS juga diaplikasikan pada sebuah Penerangan Jalan Umum (PJU). PLTS yang dipasang pada penerangan jalan umum dapat menguangi penggunaaan energi listrik yang pembangkitannya berasal dari oil and gas. PLTS memiliki 2 tipe yakni tipe on grid dan off grid. Kedua tipe ini memiliki perbedaan secara komponen dan pemasangannya tetapi tujuan utamanya tetap sama yakni menghasilkan sebuah energi listrik ramah lingkungan.
PLTS dengan tipe on grid merupakan PLTS yang hasil energi listriknya masih terhubung ke jala-jala atau ke kelistrikan utama dari sistem indukannya. Artinya bahwa ketika PLTS memproduksi atau menghasilkan listrik akan terjadi sebuah ekspor energi ke jala-jala atau sistem jaringan listrik induk serta ekspor ke beban. Hal ini membuat kebutuhan listrik dari sistem utama yang biasanya disuplai PLN berkurang, sehingga cost penggunaan listrik menjadi menurun. Pada PLTS dengan sistem off grid juga memiliki keunggulan yang hamper sama baiknya dengan tipe on grid. Hanya saja pada tipe ini hasil energi listrik pada PLTS tidak terjadi ekspor atau impor listrik dari sistem kelistrikan utama (listrik dari PLN). Dengan demikian hasil PLTS on grid akan langsung digunakan oleh beban. Sistem ini sering dikenal dengan sistem stand alone. Untuk memastikan bahwa beban mendapatkan suplai listrik sesuai spesifikasinya maka hasil energi listrik dari PLTS harus disimpan dulu di baterai, hal ini dikarenakan hasil energi listrik PLTS bersifat intermittent. Listrik yang bersifat demikian dapat merusak peralatan elektronik sehingga hasil energi PLTS on grid harus disimpan terlebih dahulu menggunakan baterai.
Penggunaan PLTS merupakan rancangan besar dalam kemajuan energi di Indonesia. Hal nyata yang dilakukan adalah Indoensia menjadi presidensi dalam hubungan multilateral G20. Keberhasilan ini mendorong Indonesia untuk bergerak cepat dalam menciptakan sebuah solusi energi yang ramah lingkungan serta dapat diperbarui. Tentunya PLTS adalah solusi yang handal untuk hal tersebut. Sehingga dalam perencanaan RUPTL PLN serta program dari kementrian terkait khususnya kementrian ESDM sangat mendukung dalam pengembangan PLTS di Indonesia. Salah satu contoh kongkret program pemerintah dalam mengupayakan tersebarnya PLTS adalah melalui kementrian ESDM yakni program Gerakan Inisiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya). Program ini merupakan program yang mewadahi mahasiswa Indonesia untuk turut andil dalam mensukseskan pegembangan PLTS diseluruh Indonesia. Dengan demikian mewujudkan Indonesia emas di 2045 akan semakin terlihat nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H