Mulailah dari kelas, jangan yang lain!
Memperbaiki pendidikan---proses dan hasil---bisa menggunakan cara dengan istilah apa saja. Reformasi, reorientasi, evolusi, dan sebagainya. Bahkan ketika Sir Ken Robinson melihat kondisi yang ada saat ini, dia menyebut hanya kata "revolusi"-lah yang pantas untuk perbaikan pendidikan.
Milyaran rupiah, mungkin bisa jadi trilyunan, telah dihabiskan untuk melakukan perbaikan di bidang pendidikan. Kurikulum baru, sistem baru, metode baru, buku baru, dan seterusnya.Â
Padahal, hampir semua pembahasan baru menyentuh satu bagian saja, yakni sekolah. Dan pendidikan lebih luas dari sekadar sekolah.
Untuk melakukannya, mari kita mulai dengan hal-hal kecil. Kita persempit lagi dengan persoalan yang lebih kecil. Biasanya, semua masalah besar merupakan suatu massa padat dari jalinan masalah-masalah kecil. Mengatasi masalah-masalah kecil, sesungguhnya telah merencanakan kemajuan atas penyelesaian masalah-masalah besar.
Simaklah Sir Isaac Newton, misalnya. Dia menulis, "menjelaskan seluruh alam semesta adalah tugas yang terlalu sulit untuk manusia manapun atau bahkan zaman kapan pun.Â
Jauh lebih baik melakukan sedikit hal dengan pasti dan membiarkan sisanya untuk orang lain yang datang setelahnya daripada menjelaskan segalanya dengan dugaan tanpa memastikan apa pun".
Memang, ada pihak-pihak tertentu yang bertugas menyelesaikan hal-hal yang besar. Juga, ada individu brilian yang memungkinkan dirinya berpikir besar dan merealisasikannya. Namun, memulai dari hal-hal kecil tetap menjadi fondasi penting dalam perubahan.
Perubahan kecil ini pulalah yang mengilhami tiga ekonom melakukan penelitian di China terkait daya penglihatan siswa. Berdasarkan penelitian, 1 dari 4 anak ternyata punya penglihatan di bawah standar.Â
Sementara 60% anak dengan masalah belajar memiliki kesulitan dalam melihat. Jika anda tidak dapat melihat dengan baik, anda tidak akan membaca dengan baik dan itu membuat sekolah semakin sulit.