Oleh: Ali Fauzi
Tidak ada seorang guru yang merasa iri ketika melihat dan menyaksikan anak didiknya meraih keberhasilan melampaui dirinya. Justru yang ada adalah perasaan bangga. Begitulah mulianya seorang guru, bahagia ketika anak didiknya meraih tangga tertinggi keberhasilan.
Di tanah air, guru mendapat kategori yang bermacam-macam. Ada istilah guru bayar, guru nyasar, dan guru sadar. Ada juga istilah guru sunah, guru wajib, dan guru makruh. Dan lain sebagainya. Sebutan ini merupakan refleksi atas sikap dan mental guru itu sendiri.
Semua guru adalah pribadi pilihan yang akan membangun generasi yang lebih baik. Bagaimanapun kondisinya. Oleh karena itu, setiap guru membutuhkan “cinta” agar semakin hebat dan menginspirasi. Agar mengajar tidak hanya untuk menjawab soal ujian saja. (baca: Tujuan mengajar yang sesungguhnya)
Inilah dua cinta yang akan menghebatkan guru.
Cinta Anak
Guru, setiap harinya menghabiskan waktu dengan anak didiknya. Guru memiliki peran besar dalam perkembangan anak setelah orangtua. Mencintai anak merupakan modal terpenting dalam menemaninya tumbuh.
Bahkan Hillary Rooney, Kepala Sekolah Dasar Laytonsville di Montgomery Maryland, mengungkapkan bahwa satu syarat terpenting saat melakukan perekrutan guru adalah “apakah mereka—calon guru—mencintai anak-anak”.
Ya, mencintai anak memiliki arti yang sangat luas. Sikap seorang guru yang mencintai anak-anak akan memberikan lebih dari sekedar yang dia miliki. Dengan cinta yang dia berikan, anak akan ikut merasakan getaran asyiknya belajar. Anak akan terbawa emosi dan semangat yang dibawa guru tersebut. Selanjutnya, dengan sendirinya anak akan termotivasi dan senang dengan belajar.
Inilah sikap-sikap seorang guru yang memiliki perasaan cinta terhadap anak didiknya.
Membawa emosi positif
Menganggap belajar sebagai kesempatan emas
Berfikir bahwa tidak ada siswa yang “tidak bisa”
Menghargai proses belajar
Menunjukkan kepercayaan kepada anak
Menciptakan kondisi nyaman dan rasa percaya diri
Mengajarkan disipkin dengan kasih sayang
Memberikan perhatian
Meluangkan waktu bersama
Datang dan menyapa anak dengan penuh senyum dan bahagia.
Bertanya kabar secara individu
Bercerita/mendongeng (semua anak menyukai dongeng dan cerita)
Memberi motivasi kepada semua anak tanpa memilih
Memuji dan merayakan setiap keberhasilan walaupun sederhana
Mendengarkan dengan penuh empati
Bangga jika anak senang bertanya
Ingin memberika pengalaman yang berharga
Mengakui dan mengembangkan potensi setiap anak
Memberikan teladan
Berbahagia saat bersama mereka
Menjaga hubungan yang positif
Tambahkan lagi yang lainnya yang lebih positif
Cinta Belajar
Menjadi guru merupakan kesempatan untuk menaikkan level diri dan kemampuan diri pada anak didik. Mencintai belajar sangat dibutuhkan karena guru harus mendidik dan mengajar seorang anak yang hidupnya berbeda ketika kita dididik. Mencintai belajar merupakan pelengkap wajib agar proses belajar menjadi proses sepanjang hayat.
Di zaman sekarang, orang bodoh bukanlah orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Melainkan orang yang tidak mau dan berhenti belajar. Ada hal yang secara tidak sadar akan terjadi jika seorang guru berhenti belajar. Biasanya, guru tersebut mengajarkan apa yang diterimanya ketika dahulu di masa sekolah. Padahal, zaman berubah sangat banyak.
Ingat, jangan membatasi belajar anak dengan cara kita dulu belajar.
Guru yang cinta belajar memiliki kesempatan dan keuntungan seperti di bawah ini. Dengan cinta belajar, maka kita memiliki kesempatan:
Untuk diterima lebih hangat oleh anak-anak
Untuk menjadi lebih baik
Untuk menjadi lebih kreatif
Untuk mengembangkan diri
Untuk memperbaik masa depan melalui generasi anak-anak kita
Untuk menciptakan pemimpin-pemimpin hebat
Untuk menaikkan level kematangan diri sendiri dan anak-anak kita
Belajar adalah memelihara benih
Kemajuan bukanlah semata-mata perbaikan dari masa silam.
Kemajuan adalah bergerak maju menuju masa depan
--Kahlil Gibaran—
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI