Mohon tunggu...
ali fauzi
ali fauzi Mohon Tunggu... -

Seorang guru, orang tua, penulis lepas, dan pengelola www.sejutaguru.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Orangtua dan Guru Tidak Akan Saling Gugat Jika Mendiskusikan 6 Hal Ini

16 Mei 2016   12:00 Diperbarui: 16 Mei 2016   12:02 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
guru dan orangtua sejutaguru.blogspot.com

Oleh : Ali Fauzi

Banyak bukti menunjukkan bahwa komunikasi yang positif antara guru dan orangtua sangat membantu anak dalam belajar dan meraih kesuksesan. Sebaliknya, jika komunikasi tidak terbangun dengan baik, maka akan ada kisah guru dituntut oleh orangtua muridnya, dan sebagainya.

Beberapa berita tentang seorang guru yang digugat oleh orangtua murid, membuat kita harus berfikir lagi tentang hubungan antara guru dan orangtua murid, peran keduanya, hingga bagaimana cara kerja sama yang baik antara keduanya.

Bulan Mei. Berarti, sebuah sekolah sudah memasuki penghujung tahun pelajaran. Ketika memasuki akhir tahun pelajaran, saatnya menengok sejenak ke belakang. Ya, satu tahun ini. Bagaimana target sekolah, target pembelajaran, disiplin, dan seterusnya. Ketika kita bisa melihat dan kemudian menemukan lubang, maka saatnya merefleksi, mengevaluasi, kemudian menyiapkan perbaikan di tahun pelajaran berikutnya.

Salah satu yang sangat penting dievaluasi adalah hubungan antara guru dan orangtua. Seorang guru kadang juga melakukan kesalahan. Orangtua siswa kadang melakukan kesalahan juga. Masing-masing memiliki perspektif dan cara berpikir yang berbeda. Biasanya, orangtua memiliki cara pandang yang berbeda dalam penegakan disiplin dengan sekolah. Akibatnya, terjadilah komplain. Dan sebagainya.

Jika tidak dikelola dengan baik, komplain akan berubah menjadi protes. Ini sangat tidak perlu. Jika terus berbeda pandangan dan tidak ada penyelesaian masalah, maka korbannya adalah anak itu sendiri.

Komplain merupakan bagian dari proses pembelajaran. Ingat, jika anak mengetahui apa yang kita lakukan, maka anak akan belajar cara menyelesaikan masalah. Maka, baik sekolah maupun orangtua dalam menyampaikan komplain dan menyelesaikan permasalahan harus sangat kooperatif dan bijak agar ada titik temu di antara keduanya.

Diskusi antara guru dan orangtua sangat diperlukan. Mereka harus menjadi partner dalam mendidik anak. Karakter khas anak yang dimilikinya sejak kecil harus sampai ke telinga guru agar cara memperlakukan anak tersebut bisa tepat. Bagaimana memperbaikinya, menumbuhkan, memperkuat, dan kemudian mengembangkan karakter yang sudah bagus.

Ketika seorang guru memiliki keahlian dalam mengajar di sekolah, maka orangtua sangat ahli dalam memahami anaknya. Orangtua mendampinginya sejak kecil, maka orangtua lebih tahu tentang karakter, kebiasaan, gaya belajar, kecenderungan, dan sifat-sifat anaknya. Dengan kondisi seperti ini, menyerahkan seluruhnya kepada sekolah tentang persoalan anak bukanlah pilihan yang baik.

Sekali lagi, terlibat dalam pendidikan anak sangat bermanfaat bagi anak itu sendiri.

Untuk memperkuat hubungan guru dan orangtua, ada 6 hal yang harus sering didiskusikan oleh guru dan orangtua.

1. Prosedur disiplin

Setiap orangtua memiliki karakter yang berbeda dalam mendidik anak. Ada yang menggunakan disiplin tinggi ala militer, ada yang longgar, bahkan ada yang melepas anak begitu saja. Perbedaan inilah yang membuat sekolah dan guru wajib menyampaikan prosedur disiplin yang diterapkan di sekolah.

Jika sekolah sudah menyampaikan prosedur disiplin kepada orangtua dan kemudian keduanya menyepakati, maka kemungkinan komplain tentang disiplin akan semakin kecil.

Jika orangtua dan guru harus bertemu membahas disiplin anak, maka yang dibahas adalah cara memperkuat disiplin dan berbagi metode agar keduanya bersatu membangun mental dan karakter yang lebih unggul. Bukan saling menyalahkan dan menuntut.

2. Cara berkomunikasi

Komunikasi antara guru dan orangtua sangat penting. Kesalahan dalam berkomunikasi bisa saja menyebabkan kesalahpahaman. Maka, guru perlu menyampaikan cara dan gaya komunikasinya.

Komunikasi bisa dilakukan dengan media apa saja dan kapan saja. Boleh langsung, melalui telephone, atau melalui jejaring sosial berbasis aplikasi (Whatsapp, Line, BBM, dll.)

3. Prioritas tindakan

Guru dan orangtua harus membicarakan prioritas tindakan yang ingin dilakukan. Prioritas setiap anak bisa saja berbeda. Akan tetapi, prioritas utama harus sudah diketahui oleh guru dan orangtua. Misalnya, prioritas tentang pembentukan rasa nyaman dan aman di kelas, prioritas terhadap pertemanan, dan sebagainya.

4. Prosedur tindakan

Jika ada kesalahpahaman, apa yang harus dilakukan oleh orangtua?

Inilah pentingnya prosedur tindakan. Setiap hal yang terjadi pada anak akan terselesaikan dengan baik jika prosedur ini ditaati oleh guru dan orangtua.

5. Strategi mengajar

Salah satu hal yang sering dikeluhkan oleh orangtua adalah masalah ketuntasan belajar. Mereka bertanya, kenapa anakku belum bisa materi ini dan itu? Bagaimana cara mengajarnya?

Seorang guru harus berani terbuka untuk membicarakan metode mengajarnya kepada orangtua. Ketika orangtua mengetahui metode mengajar seorang guru, maka orangtua bisa membantu anaknya di rumah. Jika ada anak yang kurang memahami materi tertentu, maka orangua akan lebih bisa memahami dan mengerti.

Tidak hanya strategi mengajar yang harus sering dibicarakan, namun juga strategi memotivasi anak. Jika hal ini dilakukan oleh banyak guru di Indonesia, maka guru tidak hanya mencerdaskan anak namun juga mencerdaskan keluarga Indonesia.

6. Pelayanan Sekolah

Orangtua harus mengetahui apa saja yang mampu dilakukan oleh sekolah dan tidak. Hal ini lebih terkait kepada fasilitas, srana dan prasarana. Dengan transparansi yang baik, maka keduanya akan muncul kepercayaan. Bahkan, jika ada yang tidak mampu dilakukan oleh sekolah, orangtua memiliki kemungkinan yang besar untuk membantu sekolah.

salam hormat,

pengelola sejutaguru.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun