Mohon tunggu...
Alifatun Nahdliyah
Alifatun Nahdliyah Mohon Tunggu... Lainnya - Early Childhood Education, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Saya masih belajar menulis, semua berawal dari tugas kuliah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bagaimana Kita Membangun Hubungan dengan Orang Lain?

7 Oktober 2021   13:24 Diperbarui: 28 Oktober 2021   21:43 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagaimana kita membangun hubungan dengan orang lain?

Kelekatan? Apa itu kelekatan (attachment)? John Bowlbylah yang pertama kali menemukan teori kelekatan ini di Inggris yang mana diteori ini John Bowlby menekankan tentang pentingnya untuk membentuk kelekatan dengan orang tua di awal kehidupan anak. Kelekatan ini terbentuk dari suatu proses, ini juga dipengaruhi oleh respon orang tua kepada anak bagaimana.

Bowlby  mengajar di sekolah untuk anak-anak cerdas, menerima banyak kursus pelatihan medis dan psikoanalitik, dan sejak  1939 mengerjakan buku Wali untuk Anak. Pada tahun yang sama, Bowlby menjadi tertarik pada kerusuhan di panti asuhan. Anak-anak yang diasuh perawat, kata dia, kerap mengungkapkan berbagai masalah emosional, termasuk ketidakmampuan menjalin hubungan intim dan langgeng dengan a anak lainnya. Anak-anak ini tidak dapat mencintai karena mereka tidak  memiliki kesempatan untuk membentuk keterikatan yang kuat dengan citra ibu  di awal kehidupan mereka.

Pola hubungan orang tua-anak pada masa bayi dan masa kanak-kanak sangat  menentukan pola kepribadian dan hubungan interpersonal di masa dewasa. Model hubungan ini merupakan sumber emosi dan persepsi yang dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi lingkungan dan kehidupan sosialnya. Hubungan awal ini dimulai ketika anak lahir ke dunia, sebenarnya   dimulai saat janin masih dalam kandungan.

Di dalam kelekatan (Attachment) ada 4 pola kelekatan anak dan orang tua

Secure Attanchment

Pola kelekatan ini terbentuk oleh kelekatan anak dan orang tua, kasih sayang orang tua ke anak, perhatian orang tua ke anak, kehangatan orang tua ke anak ketika anak membutuhkan perlindungan atau ketika anak membutuhkan kenyamanan.  

Di dalam secure attachment ini orang tua juga membantu anak untuk melawan rasa rasa takut yang mengancam anak. Dengan secure attanchment ini maka akan menghasilakn relasi atau hubungan yang positif. Dengan orang lain pun anak juga akan bersikap hangat dan baik. 

Saya rasa secure attachment ini diterapkan oleh Selebgram ternama yaitu Rachel Vennya bersama anak- anaknya yaitu Xabiru Oshe Al Hakim dan juga Aurorae Chava Al Hakim. 

Beberapa kali terlihat kedekatan dan kehangatan Rachel bersama anak-anaknya sehingga menciptakan anak yang hangat juga ke orang lain.  Jadi, ciptakan suasanya nyaman untuk anak agar nanti mereka tumbuh mempunyai sikap yang baik pula.

Fearful Attachment

Pola Fearful ini kebalikan dari Secure Attachment, di sini orang tua malah sering mengabaikan anak sehingga anak merasa mendapat penolakan interaksi dari orang tua. Lalu apa dampaknya ke anak ketika mereka akan membangun relasi? Anak-anak akan tetap ingin menjalin hubungan/ relasi dengan orang lain. Namun, anak akan merasa kurang percaya diri, mereka takut akan mendapatkan penolakan seperti apa yang dialaminya dirumah bersama kedua orangtua nya.

Preoccupied Attachment

Kelekatan ini terbentuk dari orang tua yang kurang responsive kepada anak, jadi anak akan merasa bimbang akan kehadiran orang tuanya. Anak yang mendapat kelekatan ini mereka akan cenderung merasa ketakutan dan perlu perhatian ketika mereka membangun hubungan atau relasi dengan orang lain.                                       

Dimissing Atachment

Jadi pola kelekatan yang terakhir ini yaitu orang tua yang cenderung cuek kepada anak. Sehingga anak nantinya merasa tidak perlu menjalin hubungan atau relasi dengan orang lain, merasa nyaman dengan kesendiriannya.

Menurut Marcoby dalam (Ervika:2000) ada beberapa ciri anak dapat dikatakan lekat dengan orang lain yaitu :

Menjadi cemas ketika berpisah dengan figure lekatnya. Contohnya adalah anak kecil bahkan bayi ketika akan di tinggal ibu bekerja atau pergi maka ia akan menangis.

Menjadi gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali. Sebaliknya jika sang ibu sudah pulang bekerja atau sudah kembali setelah pergi dari jauhpun anak sudah merasa bahagia.

Memberikan kepercayaan pada orang lain yang dapat memberikan ketenangan

Jadi Kelekatan adalah suatu ikatan emosional anak kepada sang ibu ataupun pengasuhnya. Kelekatan dimulai sejak anak kecil, jadi asuhlah anak dengan baik karena ini akan mempengaruhi mereka nantinya. 91 persen orang ketika kecil tidak memiliki kenyamanan dengan orang tua makan 91 persen orang tadi akan cenderung punya sakit.

Terdapat hubungan positif yang  signifikan antara kelekatan anak pada ibu dengan kemandirian anak. Artinya  semakin positif kelekatan anak pada ibu maka kemandirian semakin tinggi, dan  sebaliknya semakin negatif kelekatan anak pada ibu maka kemandirian semakin lemah

Beberapa penelitian yang mengaitkan keterikatan orang tua-anak dengan kecerdasan moral juga menunjukkan bahwa kelekatan berperan  dalam perkembangan kecerdasan moral pada anak. Pranoto berpendapat bahwa  perkembangan moral adalah proses yang berlangsung terus menerus  sepanjang hidup. Kompetensi moral anak meningkat dan didukung oleh lingkungan yang kondusif, sehingga anak memiliki potensi untuk menguasai akhlak yang  lebih tinggi.  Hal yang sama dikatakan oleh Mulyadi bahwa anak-anak dari generasi yang lebih tinggi tidak akan tumbuh dengan sendirinya.  Mereka membutuhkan lingkungan yang subur yang sengaja diciptakan untuk   ini agar dapat membimbing dan membimbing mereka sehingga mereka dapat tumbuh dan  berkembang kepribadiannya secara alami, yang juga  akan  memungkinkan pengembangan potensi mereka secara optimal.

Lingkungan keluarga khususnya orang tua merupakan lingkungan pertama  yang diketahui anak, oleh karena itu orang tua berperan penting dalam menciptakan lingkungan tersebut agar dapat mengeluarkan seluruh potensi anak agar anak dapat berkembang secara optimal.  Suasana penuh kasih sayang, mau menerima anak apa adanya,  menghargai potensi anak, memberikan stimulasi yang kaya untuk semua aspek  perkembangan anak di masa depan  yang akan datang  

Sumber : Ervika, Eka, (2000). Kualitas Kelekatan dan Kemampuan Berempati pada Anak. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun