Mohon tunggu...
Alifa Salma Musyaffa
Alifa Salma Musyaffa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa aktif Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Krisis Manajemen PT Pertamina dalam Penanganan Kasus Kebakaran Depo Plumpang

31 Januari 2025   21:01 Diperbarui: 31 Januari 2025   21:01 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

PT. Pertamina adalah perusahaan yang terdaftar dari Bagian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sejak disetujui oleh kementrian BUMN Republik Indonesia pada tanggal 12 Juni 2020. Perusahaan ini berfokus pada sektor minyak dan gas bumi serta melakukan aktivitas hulu yang meliputi produksi dan eksplorasi sumber daya minyak dan gas bumi. Depo pertamina plumpang adalah Terminal Bahan bakar minyak (TBBM) milik pertamina yang berfungsi sebagai fasilitas hilir untuk pemasaran, perdagangan, dan pengiriman gas serta minyak bumi. Depo ini menyuplai sekitar 20% kebutuhan harian BBM di Indonesia dan mulai beroperasi sejak tahun 1974 dengan kapasitas tangki penimbun sebesar 291.889 kiloliter. TBBM Plumpang menyalurkan berbagai jenis BBM, termasuk pertamax, premium, pertamax turbo, pertalite, bio solar, dexlite, dan dex (Melati Lutfiah Diah Ningrun, 2024). Sebagai perusahaan BUMN terbesar yang menyediakan bahan bakar ke hampir seluruh wilayah Indonesia, insiden kebakaran di depo Plumpang ini berpengaruh pada citra PT. Pertamina sebagai sebuah perusahaan.

Jika sebuah organisasi ingin membangun reputasi di mata publik, maka kegiatan-kegiatannya perlu difokuskan untuk memberikan manfaat kepada komunitas sosialnya, di samping berusaha untuk memberikan meraih keuntungan finansial. Dalam konteks ini, organisasi tersebut dapat melaksanakan program yang dikenal sebagai tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR). Komunikasi adalah inti dari manajemen krisis. Saat krisis berlangsung tim komunikasi atau public relation dari perusahaan haruslah mengkomunikasikan terkait krisis secara tepat bagi masyarakat maupun stakeholder yang terlibat bagi perusahaan. Kejadian ini menimbulkan pertanyaan penting mengenai tanggung jawab Pertamina sebagai perusahaan energi besar yang mengelola operasi depo Plumpang, Sebagai salah satu perusahaan energi terdepan di Indonesia, Pertamina memiliki tanggung jawab yang signifikan untuk mengklarifikasi penyebab insiden ini, memberikan dukungan kepada para korban, serta menangani dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dalam situasi krisis, public relation harus menyampaikan informasi dengan cara yang tepat, yaitu: instructing information, yang memberikan panduan kepada publik tentang langkah-langkah yang harus diambil dalam menghadaoi krisis; Adjusting information, yang membantu publik dalam mengatasi dampak emosional dan sosial dari krisis; serta internalizing information, yang membentuk persepsi masyarakat terhadap organisasi dalam jangka panjang. Dalam kejadian ini, tantangan utama yang muncul adalah krisis komunikasi, di mana peran komunikasi menjadi faktor kunci dalam menangani permasalhan dengan efektif dan memastikan respons yang cepat serta terarah.

Manajemen krisis merupakan suatu proses terstruktur yang diterapkan oleh perusahaan atau organisasi untuk mengenali, mengatasi, dan menyelesaikan keadaan darurat atau insiden yang berpotensi mengganggu operasional, reputasi, maupun keberlangsungan bisnis. Tujuan utamanya adalah mengurangi dampak buruk dari krisis serta memastikan perusahaan dapat kembali berfungsi dan beroperasi seperti semula. Sebagai perusahaan yang memasok bahan bakar ke seluruh negeri, PT Pertamina sangat bergantung pada reputasi dan citranya. Insiden seperti ini dapat dengan mudah memengaruhi kredibilitas yang telah dibangun selama ini. Peran public relations officer tidak hanya sebatas membentuk citra positif perusahaan, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan stakeholders dan masyarakat, serta menunjukkan kepedulian terhadap aspek sosial dan lingkungan. Dalam hal ini, program CSR memegang peran penting dalam memperkuat dan mempertahankan reputasi perusahaan. Kebakaran di Depo Pertamina Plumpang, Jakarta Utara terjadi pada hari Jum'at tanggal 3 Maret 2023 sekitar pukul 20.11 waktu setempat menjadi tantangan besar bagi pertamina pada awal tahun 2023. Pada hari Sabtu, 4 Maret 2023, direktur utama pertamina mengadakan konferensi pers untuk menyampaikan permohonan maaf  dan rasa prihatin terhadap peristiwa yang terjadi malam sebelumnya. Ia juga menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya 18 orang dan menyebutkan  bahwa 35 orang lainnya sedang mendapatkan perawatan. Menekankan pentingnya mitigasi dampak dan keberlanjutan bisnis menunjukkan bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab tidak hanya terhadap aspek kemanusiaan, tetapi juga terhadap kelangsungan operasional dan keberlangsungan usahanya. Dalam hal ini, perwakilan dari operasi pemasaran regional dan direktur Pertamina menyatakan bahwa mereka bertanggungjawab atas insiden tersebut dan akan memberikan kompensasi serta membantu memenuhi semua kebutuhan masyarakat sekitar dan karyawan pertamina yang terkena dampak. Insiden ini merupakan salah satu insiden paling sadis dalam sejarah pengelolaan bahan bakar di Indonesia.

Pertamina berencana memperluas buffer zone atau zona aman di sekitar Depo Plumpang. Langkah ini menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap insiden kebakaran yang terjadi. Selain itu, pertamina juga mendukung penuh proses investigasi yang dilakukan oleh Polri dengan menyediakan data-data yang diperlukan untuk mengungkap penyebab kebakaran tersebut. Insiden kebakaran ini memiliki dampak yang bersifat nasional karena Integrated Terminal Jakarta (ITJ) Plumpang  merupakan Objek Vital Nasional (Obvitnas) yang berperan penting dalam distribusi energi di Indonesia. ITJ Plumpang menyuplai 15 persen dari kebutuhan harian BBM di Indonesia, dengan total 25 unit tangki (Prastowo, 2024). Hasil investigasi menunjukkan bahwa kebakaran pipa inlet dipicu oleh faktor eksternal yang mengganggu, sehingga kejadian ini tidak dapat dihindari. Dalam hal ini, perwakilan dari marketing operation regional serta direktur Pertamina menyatakan tanggung jawab mereka atas insiden tersebut. Mereka juga berkomitmen untuk memberikan kompensasi serta memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat sekitar dan karyawan Pertamina yang terdampak. PT Pertamina, bersama Patra Niaga, akan membentuk tim investigasi untuk menyelidiki kejadian ini. Pertamina juga berkoordinasi dengan pihak pemadam kebakaran dan kepolisian serta dengan cepat menyalurkan bantuan logistik dan layanan kesehatan bagi para korban yang mengalami luka dan memerlukan perawatan lebih lanjut. Selain itu, perusahaan akan melakukan refleksi serta evaluasi secara menyeluruh pada lingkungan internal guna mencegah terulangnya insiden serupa di masa mendatang.

Kebakaran di depo pertamina Plumpang adalah sebuah insiden teknis yang dialami oleh pertamina yang mengakibatkan kerugian besar termasuk kehilangan nyawa, kerusakan tempat tinggal, kerugian materi, serta kerusakan fasilitas. Dalam situasi ini, public relations berperan penting dalam merancang strategi untuk menghadapi krisis yang terjadi di PT Pertamina. Seorang Public Relations dituntut untuk merespons dan menangani permasalahan ini dengan cepat dan efektif. Manajemen krisis yang dijalankan Pertamina dalam insiden kebakaran Depo Plumpang mencakup respons cepat dalam penanganan darurat, keterbukaan dalam proses investigasi, serta perencanaan jangka panjang guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Kejadian ini juga berdampak signifikan pada masyarakat sekitar, mengingat lokasi pemukiman yang berdekatan dengan depo tersebut. Melalui sosial media, kegiatan ini disebarluaskan ke khalayak luas, memungkinkan masyarakat melihat peran Pertamina sebagai perusahaan yang berkomitmen terhadap tanggung jawab sosial tanggung jawab sosial dan kelestarian lingkungan. Konsistensi dalam menjalankan program (Corporate Social Responsibility) CSR menjadi aspek penting yang menunjukkan bahwa Pertamina, sebagai penyedia bahan bakar, telah lama berkontribusi bagi kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, kegiatan tersebut memperkuat citra Pertamina sebagai perusahaan yang peduli terhadap isu sosial dan lingkungan.

Referensi

Adillah Ainul Jannah, Indah Maharani, Ade Irma Sukmawati. (2023). Ketika Krisis Siapa Bertanggung Jawab? Analisis Framing Pertanggungjawaban Pertamina terhadap Korban Kebakaran Depo Plumpang. Cantrik, 151-161.

Ken Norton Hutasoit, A. S. (2023). RESPON KRISIS KEBAKARAN DEPO PERTAMINA PLUMPANG DALAM ANALISA SITUATIONAL CRISIS COMMUNICATION THEORY. Nivedana, 37-56.

Melati Lutfiah Diah Ningrun, R. R. (2024). ANALISIS KOMUNIKASI KRISIS PT. PERTAMINA PADA KASUS KEBAKARAN DEPO PERTAMINA PLUMPANG MENGGUNAKAN SITUASIONAL CRISIS COMMUNICATION THEORY. 1-24.

Prastowo, N. M. (2024). Manajemen krisis PT Pertamina Patra Niaga dalam menghadapi insiden kebakaran depot Plumpang. Comdent, 406-420.

Raden Roro Nadya Oktaviany Puspaningtyas, L. S. (2024). Strategi Public Relations PT Pertamina dalam Pengelolaan Krisis Komunikasi pada Kasus Depo Pertamina, Plumpang. HUMANUS, 219-225.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun